Sesuai dugaan Arin. Nyaris setiap hari, Arin harus bertemu Jeno di rumah sakit. Dalam keadaan apapun itu, entah Jeno yang kaya zombie atau Arin yang kaya zombie karena jaga malam.Namun, sore ini berbeda. Entah, dari tadi siang Arin masuk jadwal jaga, dia belum bertemu dengan oknum Residen penyakit dalam a.k.a Jeno Maalik yang setiap hari nya mata nya semakin berkantung - kantung.
Kalau di hitung - hitung, sudah 1 minggu lebih Jeno masuk ke rumah sakit ini. Bahkan, kalau di ingat - ingat lagi. Lusa, Jisung lamaran. Arin belum cek jadwal jaga nya bakal cocok nggak sama lamaran nya Jisung. Ahhh, terasa masih susah menerima kenyataan bahwa Jisung sebentar lagi lamar anak orang.
Jisung yang di rawat nya sudah seperti kedelai hitam, karena di rawat dengan sepenuh hati. Lusa sudah akan memantapkan diri untuk melangkah kejenjang lebih serius. Sampai saat ini, Arin belum tahu siapa wanita yang akan di lamar Jisung nanti nya.
Karena, Setiap Jisung di tanya selalu di jawab, 'ada deh, pokoknya nggak kalah cantik dari kak Arin. Sengaja adik nggak bilang biar kak Arin dateng ke acara nya adik.' pinter juga dia, pikir Arin begitu.
Akhir kata, Arin cek jadwal shift nya. Jisung bilang acaranya sabtu pagi. Arin bilang, jadwal shift nya sabtu malem. Baik, dia bisa dateng juga. Nggak perlu pusing - pusing tuker shift.
"Naha?" Tanya Denise yang tiba - tiba muncul di samping Arin sambil ngunyah permen karet.
"Cek jadwal." Kata Arin. "Nis, 5 menit lagi kelar jadwal jaga. Karena nggak ada pasien aku cabut duluan ya."
"Nih, ngga demen nih gue nih ngomong jorok berkelanjutan. Siapa koass jaga malem nanti?" Tanya Denise sambil melipat lengan snelli nya.
"Dahyun, sama siapa ya lupa." Sahut Heeseung yang kebetulan baru sampai ke rumah sakit, dia nemenin Denise jaga malam bersama para koass.
"Please jangan Dohyon."
"Sayangnya Dohyon, dokter Denies."
"Damn! Semoga Tuhan memberkati gue." Kata nya sambil menautkan jari jemarinya sambil berdoa.
Arin hanya tertawa mendengar dan melihat interaksi antara Heeseung dan Denise. "Bye!" Pamit Arin sambil melambaikan tangannya dan meraih kopi yang tadi di pesannya dari coffeeshop samping rumah sakit.
Arin tidak benar - benar meninggalkan rumah sakit. Kalau Arin selesai shift sore. Dia tidak akan langsung pulang, ia memilih untuk untuk jalan naik ke atas rooftop menikmati langit sore. Ini sudah Arin lakukan 2 tahun belakangan, itu pun kalau tidak hujan. Syukur, sore ini cuaca amat sangat cerah.
Sudah pukul 5 sore lebih. Matahari yang tepat berada di depannya kini mulai tenggelam seiring berjalannya waktu.
Beberapa saat ia hening dan bergulat dengan pikirannya. Hingga, pintu rooftop tiba - tiba terbuka. Muncul Jeno dari ujung sana dengan rambut yang tidak tertata rapi, snelli nya yang tidak di setrika rapi, dan sendal jepit yang nangkring di kaki nya.
"Lho kak?" Panggil Jeno begitu melihat Arin di sana dengan senyuman.
"Berantakan banget deh." Kata Arin menyambut kedatangan Jeno yang sekarang sedang jalan menghampirinya.
"Ya gimana lagi..." Katanya.
Jeno kemudian menyandarkan punggung nya di pembatas rooftop. Dia tidak memandang langit sore ini, malah pintu masuk lah yang ia pandang. Sambil kedua tangannya masuk ke dalam kantong celananya.