New York University

955 7 0
                                    

Cab kuning kami berhenti disebuah gedung besar dengan plang besar bertuliskan “ New York University : Arts and Science “. Ketika aku menampakkan kakiku pertamakali disini. Muncul sekelibat bayangan akan seperti apa hari-hariku nantinya.

New York University tidak terlihat seperti Cambridge dengan arsitektur kunonya. Tetapi disini… Seni dan ipa bersatu membentuk ukiran-ukiran dan sebuah penjelasan.

“ wow! Jerr… disini hanya ada dua sub jurusan yaitu art dan science” ucap Claire sambil menerawang sekeliling

“ tanpa kau beritahu juga, aku juga sudah tahu!” ucapku ketus, sambil menelusuri gedung ini.

Beberapa mahasiswa keluar masuk didepan pintu gerbang NYU, beberapa gadis menatap ku dengan histeris, beberapa ada yang hanya melewatiku. Ya… aku memang mencoba terlihat normal disini, kuharap mereka tak akan menyadari siapa diriku.

Memasuki lorongnya, aku disambut oleh sederetan loker dimana-mana dan patung besar. Para mahasiswa terlihat berkeliling dimana-mana. Jam berdentang dan waktu menunjukan pukul 4 sore.

“ ayo kita harus menemui principalnya dulu Jerr” ucap Claire

“ okay…”

Aku pun mengikuti Claire yang berjalan seakan dia sudah mengenal tempat ini, lalu dia pun menunjukan ruang principal dan mengetuk pintunya.

Tok Tok Tok “ excuse me…” ucap Claire

“ yeah…. Come in” ucap suara seorang lelaki dari dalam.

Aku menyikut Claire yang masih termenggu didepan pintu, memberinya isyarat untuk masuk.

“ hhhmm… maaf Claire.. aku gugup…” ucapnya

AKu memutar bola mataku, dan mencongakkan kedua tanganku di pinggang

“ yeah! Seharusnya itu aku…” ucapku sambil memelototinya.

“ oh okay..” ucap Claire pasrah

Soumaya pun membuka pintu ruang kepala sekolah, lalu memberikan salam.

“ permisi… mmm… aku berharap kau tidak sedang sibuk….” Ucap Claire sembari menutup pintu.

Lelaki yang disebut sebagai principal itu… aku berasumsi ia berumur 45-50 tahun, kepalanya agak botak, dan ia mengenakan kacamata yang sudah ketinggalan zaman. IA terlihat sibuk, dengan beberapa textbooks dan komputernya.

Lelaki itu menolehkan kepalanya pada kami, memperhatikan kami dari atas ke bawah.

“ oh! Oh iya! Iya! Aku baru ingat hahahah! Maafkan aku…” ucapnya sembari berdiri dan melepaskan kacamatanya

Pieces of Love riddle ( Indonesian Language )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang