<Kit's POV>
Kami pergi ke mal setelah kelas usai.
"Mengapa kamu memaksaku untuk ikut ke sini? Kit beneran deh kamu harus cari pacar" Beam tidak henti-hentinya menggerutu.
Aku hanya ingin membeli alat tulis tapi kini terasa seperti seumur hidup. Maaf jika kamu sampai harus melewatkan satu jam kencan bersama Nong'Fha. Tapi ini hanya sebentar, harusnya itu tidak masalah buat mu.
Aku memang tidak ingin pergi sendirian ke mal. Di geng 3 dokter ini aku lah yang paling tidak ingin ditinggal sendiri. Aku butuh pacar atau teman untuk semua hal yang aku lakukan. Saat ini aku tidak punya pacar jadi ya Ai'Beam yang ku ajak, maaf.
"Aku tidak ingin meminta maaf" balas ku sambil mecoba pulpen yang akan ku beli.
"Biasanya Moon kampus tahun ini selalu bersama mu" goda Beam.
Dia tertawa terbahak-bahak atas apa yang dia katakan barusan, namun aku tidak bereaksi. Aku jadi teringat akan sesuatu. Sejak Ming menjelaskan tentang hubungannya dengan mantanya, pikiranku jadi sedikit terganggu. Aku tidak dapat menjelaskan perasaan yang kini aku rasakan. Aku berpikir dia itu seorang playboy dan tidak ada harapan untuk mengubahnya.
"Ada apa dengan mu? Kau harus melihat seperti apa ekspresi wajahmu saat ini." Kata Beam.
"Tidak ada apa-apa..." jawabku cepat. Karena kita berteman aku jadi tahu bahwa dia suka bergosip, ya sebenarnya kami berdua suka bergosip.
"Apakah menurutmu aku percaya dengan omongan mu itu? Kamu itu mudah ditebak, aku tahu kamu sedang banyak pikiran" kata Beam sambil mengintrogasi ku.
"Tidak, ayo kita sudah telat, sebaiknya kamu berhenti bertanya yang tidak-tidak" kata ku.
"Kamu jangan coba-coba mengalihkan pembicaraan. Cepat katakan!" seru Beam.
Dia mendekat lalu memegang leherku dengan tangannya. Apa benar ini Beam yang aku kenal?
"Kamu katakan atau kamu pulang sendiri ke apartemen?" ancam Beam.
"Ai'Beam lepaskan aku" paksa ku.
"Jawab pertanyaanku dulu" kata Beam dengan terus memaksa.
"Lepaskan aku! Aku tidak dapat bernafas" keluh ku.
"P'Kit..."
Tiba-tiba seseorang memanggil nama ku. Beam terpaku. Inilah dia. Dialah penyebab kenapa dalam beberapa hari ini aku memiliki pikiran-pikiran gila.
Dia Moon kampus tahun ini.
"Tunggu sebentar Ai'Beam. Aku akan ke kasir untuk mebayar ini" kata ku pada Beam.
Aku berjalan menjauh dari Ming. Ya aku memang jahat tapi karena dialah aku berbuat seperti ini.
"Sawadee Nong Moon kampus" sapa Beam kepada Ming.
"Tunggu dulu Ai'Kit!" seru Beam padaku lalu mengejarku. "Kamu kenal dia kan?" goda Beam.
Rasanya sekarang aku ingin memecahkan tengkorak Beam.
"P...." Ming menyapaku lagi
"Berapa harganya?" tanya ku ke kasir.
Pegawai kasir malah menatap Ming. Bukannya bekerja ia malah bergumam mengagumi Ming. Dia juga salah memindai barcode secara benar hingga aku mendengar Ming memanggilku lagi.
"Apakah aku melakukan kesalahan? Kenapa kamu tidak membalas line ku?" tanya Ming.
Kamu terlalu jujur. Pegawai kasir tersenyum mendengar suaranya sehingga Ming meberikan senyuman balik padanya.
"Aku sedang terburu-buru sehingga tidak bisa berlama-lama dengan mu" kataku yang sedang mencari-cari alasan.
Aku tidak tahu apa yang ia pikirkan sehingga menaruh belanjaannya di atas belanjaan ku.
"Ini juga" kata Ming ke pegawai kasir.
Karena hal itu aku pun berkata "Apa yang kau lakukan? Aku tidak ingin membeli barang itu."
"Aku yang akan membayarnya. Akhirnya kamu mau berbicara juga dengan ku. Apa yang terjadi pada mu akhir-akhir ini?" tanya Ming.
Aku hanya bernafas panjang.
"Jika aku membuat kesalah mohon beritahu aku, Aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat ketika kamu tidak mengatakan apa-apa" lanjut Ming.
Aku sedikit bingung dengan perkataan Ming, namun aku tidak berbicara karena aku tidak tahu apa yang sebenarnya dia pikirkan. Aku bingung dengan diriku sendiri. Aku terkadang suka dengan keadaan ini tapi ketika aku bertemu dengannya aku tidak bisa mengatakan apa-apa.
"Semua 1.037 bath" akhirnya kasir pun meberitahu harga total belanjaan ku.
Apa kah aku sebodoh itu? Kupikir itu hanya sekitar 400 bath. Aku baru saja ingin mengambil uang di dompet namun Ming meberikan kartu platinumnya ke kasir.
"Kamu harus membayarku nanti, jadi kamu harus membelikan aku kopi di Starbucks oke?" kata Ming.
"Aku tidak ingin kau bayari" protesku.
Dia tidak menghiraukan kata-kata ku. Ia juga mengambil belanjaan ku. Aku memerlukan pulpen yang baru aku beli jadi aku mengikuti dia meskipun aku malas untuk mengikutinya. Lagi pula sekarang aku juga tidak tahu Beam ada di mana.
Sesungguhnya aku tidak ingin pergi ke Starbucks. Untuk kopinya sebenarnya tidak masalah, yang bermasalah adalah orang yang di depan ku saat ini. Dia tidak melakukan apa-apa, tidak juga menyentuh kopinya, dia hanya terduduk dan melihat ke arah ku.
Aku tidak nyaman dengan tatapannya itu. Aku bahkan tidak tahu harus melakukan apa.
"Dapatkah kamu katakan kenapa kamu tidak membalas line ku?" akhirnya ia bertanya.
Aku meneguk kopi di tangan ku terlebih dahulu sebelum membalas pertanyaannya "Aku sibuk"
"Sibuk?" tanyanya lagi
"Ya" jawabku.
"Sibuk atau kamu hanya tidak ingin berbicara dengan ku?" tanya Ming dengan muka sedih.
Mengapa aku malah berasa bersalah? Mengapa dia harus menunjukkan kesedihannya padaku? Hanya karena aku tidak membalas line-nya?
"Apakah kamu membenci ku?" tanya Ming
Kenapa dia sedih karena hal itu? Dengan tersenyum saja banyak wanita yang akan menghampirinya. Kenapa harus aku?
"Aku sudah pernah mengingatkanmu..." jawab ku.
"Oke..." katanya.
"Uhm.."
"Sebentar-sebentar aku harus bersiap-siap sebelum kamu mengatakan semuanya" kata Ming sambil meminum kopinya lalu bernapas dalam-dalam.
"Menurutmu apa yang akan aku katakan padamu?" aku balik bertanya.
"Kamu akan berkata bahwa kamu akan meninggalkan aku, bahwa kamu tidak pernah mencintaiku, bahwa aku seorang yang playboy dan pembohong, bahwa aku tidak pernah jujur" jelas Ming satu persatu.
WTF!?!
(end of part 1)
If you like this story, please kindly click the star and leave some comments. I'll appreciate it.
Cheers,
Dimas
KAMU SEDANG MEMBACA
2 Moons Book 2 (translate in Bahasa)
RomanceCerita tentang mahasiswa sains, Wayo yang diam-diam mencintai seniornya ketika SMA, Phana. Mereka bertemu kembali di universitas X. Tanpa disadari Wayo, Phana pun telah lama suka kepadanya. Kini mereka menjalani hari-hari sebagai sepasang kekasih. S...