Chapter 25: It's Like That (part 3)

602 15 0
                                    

...

Di mal kami bertiga kembali bertemu.

"Apakah kamu siap untuk memesan makanan?" tanya Ming.

Ming mengeluh namun P'Pha tidak mengindahkannya karena dia sibuk memainkan sumpitnya di atas pipiku.

"Kenapa kamu di sini?" protes P'Pha pada Ming.

P'Pha!!! Apa yang kamu katakan!

"Dia hanya becanda Ming hehe" aku langsung menyanggah perkataan P'Pha.

Oh my God, mereka berdua sebenarnya tidak saling membenci. Apakah mereka akan terus berseteru seperti ini? P'Pha hanya bercanda namun wajahnya tetap dingin.

Coba saja perhatikan apa yang dilakukan P'Pha ketika kami sedang berdua. Harusnya aku bahagia karena itu kan? Aku merasa sebagai pemenang.

"P'Kit apa kabar?" tiba-tiba Ming bertanya pada P'Pha.

"Kenapa kamu selalu menanyakan tentang Ai'Kit? Kenapa kau tidak bertanya tentang Ai'Beam" P'Pha balik bertanya.

"Uhm..." Ming tidak bisa menjawabnya.

P'Pha tersenyum.

"Dia sedang membeli alat-alat tulis, kotak pensilnya hilang. Dia tidak berhenti mengeluh sepanjang hari" kata P'Pha.

Aku melihat ekspresi wajah Ming yang kecewa. Mungkin dia ingin mengantarkan P'Kit untuk membeli alat tulis tersebut.

"Jangan khawatir dia pergi dengan Ai'Beam" lanjut P'Pha.

Wajahnya masih terlihat kecewa.

"Oke..." kata Ming perlahan.

Aku merasa seperti orang ketiga karena P'Pha hanya berbicara dengan Ming.

"Apa masalah mu Ai'Ming?" tanya ku.

"Ah sudahlah jangan dipikirkan" jawab Ming.

Akhirnya makanan kami datang. Aku mulai memakan makanan ku. Sebenernya tidak ada yang pantas dilihat dari diriku namun aku sadar bahwa P'Pha dari tadi memperhatikanku. Aku tidak bisa menelan makanan ku.

"Pelan-pelan saja makannya. Aku hanya khawatir kamu akan tersedak karena makan terlalu cepat" kata P'Pha yang masih memperhatikan aku.

"Aku lapar sekali" jawab ku.

"Apakah kamu mencintaiku juga" tiba-tiba P'Pha bertanya.

"Kamu harus mencari tahunya" goda ku.

P'Pha tertawa karena jawaban ku. Ming hanya melihat kami tanpa berkomentar tampaknya fikirannya sedang mengawang-ngawang. Suatu saat kamu akan seperti kami Ming, haha.

Aku yang pertama selesai makan jadi aku pergi ke toilet terlebih dahulu sambil menunggu mereka selesai makan. Aku akan menunggu mereka di luar.

"Ummm?" aku terkejut melihat orang yang tadi siang menanya tentang no telepon ku.

"Kebetulan" katanya.

"Yeah, eh... tolong jangan mendekat" kata ku.

Aku tidak tahu apakah aku tersenyum kepadanya. Siapa namanya? Aku tidak meperhatikan dia, aku tetap berjalan namun dia mengentikan ku dengan memeluk pundak ku.

"Ayolah, mungkin kita bisa berteman? Jangan buru-buru pergi" katanya.

Aku ketakutan. Aku berusaha melepaskan tangannya. Dia menurunkan tangannya dari pundak ku.

"Maaf jika aku menggangumu" katanya.

Aku berjalan ke luar toilet. Dia tampan tapi aku takut padanya. Saat aku akan ke luar terlihat laki-laki yang sedang marah melihat ke arah ku.

"Siapa dia?" tanya P'Pha, suaranya terdengar marah.

Seketika aku gugup karena dia melihat semua kejadian tadi.

"Mungkin anak Fisika?" jawab ku.

"Hmm" kata P'Pha tidak percaya.

Dia tidak mengatakan apa-apa. Sebelum ke luar dia sempat tersenyum ke arah P'Pha.

"Siapa dia?" P'Pha bertanya lagi.

"Aku tidak mengenalnya" jawab ku.

"Tapi bukankah kau tadi berbicara dengannya?" tanya P'Pha

"Aku benar-benar tidak mengenalnya, Dia orang yang saat makan siang meminta no telepon ku. Aku tidak sengaja bertemu dia di sini" Aku menerangkan panjang lebar ke P'Pha.

P'Pha diam saja namun masih penasaran.

"Apakah kau meberikan no teleponn mu?" tanya P'Pha.

"Tidak" jawab ku.

"Apa yang kau katakan padanya?" tanya P'Pha lagi.

Aku tidak menjawab pertanyaannya, aku hanya menggelengkan kepala lalu berjalan kembali ke meja kami, namun P'Pha menahan dengan memegang tangan ku.

"Please..." rengek P'Pha.

"Aku bilang aku sudah ada yang punya!" jawab ku.

Dia tersenyum.

"Tapi dia tidak mau menyerah juga?" P'Pha kembali bertanya.

"Aku tidak tahu, ayo kita kembali ke meja" ajak ku. Dari kejauhan terlihat Ming sedang mengeluh.

"Kamu tahu kalau aku mengatakan hal yang sesungguhnya kan" kata ku sambil melihat P'Pha.

"Aku tahu, tapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak cemburu pada mu. APAKAH KAMU ADALAH MILIK KU??" tanya P'Pha.

Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku tidak pernah berfikir ia akan berkata seperti itu dan aku tidak pernah terfikir bahwa P'Pha cemburuan seperti ini.

"Maaf jika kau merasa terhina dengan pertanyaan ku tadi" P'Pha lanjut berbicara.

"Jangan khawatir ok, PERCAYALAH PADA SEMUA YANG AKU KATAKAN :) "

(end of Chapter 25)

If you like this story, please kindly click the star and leave some comments. I'll appreciate it.

Cheers,
Dimas

2 Moons Book 2 (translate in Bahasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang