18. NEGOSIASI GAGAL

7.4K 431 134
                                    

Dua bulan kemudian...

Doni sedang mengendarai mobilnya, membawa Nisa yang sudah hamil hampir tiga bulan  duduk di sampingnya. Mereka baru saja pulang dari memeriksakan kandungan Nisa. Berdasarkan penjelasan dokter, kandungan Nisa sehat dan dokter menyarankan Nisa untuk lebih banyak mengkonsumsi banyak makanan yang berserat, banyak olah raga, dan jangan terlalu stres.

"Adek mau jalan kemana lagi?" tanya Doni ketika mobil mereka berhenti di lampu merah.

"Adek boleh jalan sendiri atau di temani bik Susi?" tawar Nisa.

"Ga, biar mas aja yang nemanin. Adek mau jalan kemana lagi?"

"Kalau gitu adek balik ke penjara mas aja" ketus Nisa.

Doni meraih tangan Nisa, kemudian mencium tangan tersebut penuh cinta. "Jangan ketus gitu dong dek, mas kan berbuat seperti ini demi adek dan bayi kita" Doni mengedipkan sebelah matanya pada Nisa.

Semenjak Nisa hamil, Doni sangat menjaga Nisa. Nisa tidak boleh keluar rumah tanpa pengawasan Doni. Saat Doni bisnis keluar kota, hampir  setiap jam Doni selalu melakukan video call untuk mengecek keadaan Nisa.

Pernah satu kali, Nisa pergi ke minimarket di dekat rumah tanpa sepengetahuan Doni. Hal itu membuat seluruh pekerja di rumah mereka menjadi sasaran kemarahan Doni. Sejak saat itu Nisa memilih untuk menuruti segala peraturan Doni untuk mencegah kegaduhan di rumah mereka.

"Dek!, mumpung mas lagi ga sibuk, adek mau jalan kemana?, biar mas temanin"

"Ga usah mas, adek ga pingin jalan-jalan" jawab Nisa dengan memaksakan senyum lebarnya pada Dini.

"Yakin ga mau jalan-jalan?" goda Doni dengan terkekeh kecil karena menyadari ada kejengkelan di senyum istrinya.

"Yakin!"

"Adek ga bosan ya di rumah  terus?"

"Adek bosan, bosan banget!!!" teriak Nisa penuh emosi.

Doni kaget mendengar teriakan Nisa. Doni buru-buru menghentikan mobilnya di pinggir jalan. "Dek! Jangan emosi gitu!" Doni mengusap perut datar Nisa. "Kasian bayi kita nanti kaget. Kalo bosan di rumah, sekarang ayo mas temanin jalan-jalan!"

"Ga mau" jawab Nisa melemah, "jalan sama mas itu bikin malu, mas bukan sebagai suami tapi sebagi bodyguard yang overprotective yang jadi tameng kemana adek melangkah. Kan malu"

Nisa mengingat ketika dia ingin melihat keramaian acara rakyat, Doni selalu mengungkung setiap langkanya saat dikeramaian, dan itu sangat memalukan untuk Nisa karena hampir semua orang memperhatikan mereka.

Doni kembali mencium punggung tangan Nisa, merapikan anak rambut Nisa yang berantakan. "Saat adek mengandung Ega, mas tidak menjaga dan memberikan kalian kasih sayang. Sekarang mas mau menjadi suami yang siaga, yang menjaga adek dan bayi kita supaya tetap sehat dan dia tumbuh dengan perhatian mas" Doni kembali mengusap perut Nisa. "Kita jalan-jalan ke taman kota aja gimana?"

Nisa tidak menjawab pertanyaan Doni. Nisa terfokus memandangi wajah Doni dan tidak menyangka dibalik sikap konyol suaminya, ada niat tulus menyayangi calon Bayi mereka.

Cup Doni mengecup bibir Nisa dan menyadarkan Nisa dari lamunannya. "Kita santai ke taman Kota?"

Nisa tersenyum kemudian mengagguk.

Doni kembali menjalankan mobilnya menuju taman Kota.

"Jalannya cukup gandengan sejajar ga perlu memagari adek!" atur Nisa sebelum mereka berjalan masuk ke area taman.

"Iya nyonya!" Ledek Doni kemudian menggandeng tangan Nisa.

"Ish" Nisa mendaratkan cubitan kecil ke pinggang Doni.

Janda Ku Gadis Ku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang