Xtra Part [1B/3A]

1.6K 124 0
                                    

Hi.. ini extra part 1B, jadi gini.. tiap extra part ada A dan B. Untuk extra part 3 hanya satu. Ini cuma potongan lanjutan kisah mereka.

Silakan membaca^^

"Jangan banyak gombal ya.. aku malu karena mukaku menjadi merah. Aku benci (benar-benar cinta) Iqbaal."
Uncertain Heart ❌IDR's Quote.

****

"Eh, bu Azizah dateng!!" Teriak Alwan.

Segera para murid berhambur ke tempat duduk masing-masing. Mereka sudah kelas duabelas. Sebentar lagi mereka akan ujian nasional. Tampak tidak ada yang main-main, walaupun ada sedikit yang masih bermain.

Seorang guru perempuan cantik memasuki kelas mereka. Namanya bu Azizah, guru fisika ter-killer di sekolah. Kadang kalau murid pada tidak suka memanggilnya bu Aziz. Ada sedikit saja yang memanggilnya Bu Zizah.

"Selamat pagi.. hari ini kalian akan mengerjakan beberapa soal UN tahun lalu. Saya sudah siapkan satu lembar dan sudah di fotokopi oleh bendahara pastinya."

Semua murid mendesah khawatir. Nasib kalau salah pilih bendahara seperti ini. Bendahara mereka itu sangat rajin, sehingga jika disuruh bu guru atau pak guru untuk copy soal biasanya dia nomor satu. Apalagi disuruh langsung sekelas seperti tadi.

****

"Gilaaa.. susah banget soalnya cuy!" Ujar Steffi sambil geleng-geleng frustasi.

"Tau tuh, apalagi trigenemetri? Sumpah gue perasaan kelas 10 atau 11 gak pernah mempelajari itu.." sambung Salsha sambil berdecak.

Hanggini sendiri sudah menelungkupkan kepalanya di atas meja dengan tangan terlipat. Terlihat sekali kalau dia kesulitan selama mengerjakan soal fisika tadi.

(Namakamu) sendiri malah asik menyeruput es jeruknya sambil cekikikan melihat handphone-nya. "Trigonometri, Sha yang bener."

"Ya pokoknya kayak gitulah. Pusing gue lihat soal tadi." Ujar Salsha sambil melihat ke arah (Namakamu). Melihat tidak ada respon dari gadis itu.

"Bodoh sih. Jadi gak bisa kan?" Balas (Namakamu).

Steffi dan Hanggini langsung melemah mendengar perkataan itu 'lagi'. Salah Salsha sih memancing (Namakamu) untuk membahas masalah pelajaran. Mereka bertiga kan beda dengan (Namakamu).

"Liat apasih lo?" Tanya Salsha sewot.

(Namakamu) segera memasukkan handphone-nya ke dalam saku roknya. "Iqbaal."

"Ck. Orang pinter mana sih yang pacaran sama orang? Biasanya pacaran sama buku." Salsha mulai sewot. Ini gara-gara ditinggal mantannya mungkin.

Setahu (Namakamu), Salsha tidak lama ini menjalin hubungan dengan Karel. Tetapi entahlah, mereka bisa langsung putus setelah menjalani dua bulan berpacaran.

"Orang pinter memang gak mengharuskan pacaran. Tetapi, kalo sudah dipilih? Bagaimana lagi?" Balas (Namakamu) tak kalah sengit. Salsha biasanya tidak akan mengalah.

"Terserah.. gue patamon!"

"Patah hati gagal move on, cieee." Sorak Steffi tiba-tiba.

Membuat Hanggini yang baru saja hampir terlelap di mejanya harus terbangun dan terkejut. Lantas langsung dia pukul Steffi.

"Salah elo kali."

"Gak mungkin, (Nam..). Atau mungkin dia......." Salsha menjeda kalimatnya.

Tidak. Tidak akan mungkin.

****

"Tadi aku cuma lihat kamu pas di kelas. Kenapa pas istirahat langsung hilang?" Tanya (Namakamu) saat ia dan Iqbaal sedang berjalan ke rumah dengan mengayuh sepeda.

Hembusan angin dari sore menjelang malam itu membuat Iqbaal dan (Namakamu) merasa kedinginan. Sebenarnya tadi mereka bisa pulang jika punya alasan kuat.

"Aku tadi tuh ke kantin, laper. Soalnya aku gak kuat lagi terus kebelet."

"Pantesan kamu bau, yang."

Iqbaal mencubit hidung (Namakamu) dengan gemas. "Kamu apaan sih.. tapi walaupun aku bau kamu tetep cinta kan?"

"Iya.. makanya jangan bau lagi."

"Hmm.. oke. Tapi berhenti ngatain aku begitu. Aku gak suka." Ujar (Namakamu) dengan suara lembut.

"Kalau seandainya ada yang ngajak kamu nikah.. terus aku belum punya rencana mau bagaimana ngajak kamu diskusi. Mana yang kamu pilih?"

(Namakamu) terdiam sejenak. Kemudian ia menarik kedua sudut bibirnya. Membentuk sebuah senyuman tulus.

"Kalo untuk nikah sih aku maunya kamu. Tapi kalo untuk rencana, aku akan siapkan duluan."

Iqbaal tersenyum. Entah kenapa kupu-kupu dalam perutnya melayang saat ia membayangkan sesuatu. Sepertinya dia kasmaran.

"Kalau Cinderella yang suka dihina bisa menjadi istri angeran impiannya. Apalagi aku, aku akan menjadi pangeranmu dalam kisah Cinderella yaitu kamu."

"Oh.. makasih ya. Walaupun gombal kamu garing."

"Gapapa gombal aku garing. Tapi hatiku untuk kamu gak bakal garing kok.."

Sontak (Namakamu) langsung memukul lengan Iqbaal. "Kamu jangan gombal.. nanti aku mukanya merah banget."

"Iya yang." Iqbaal mengelus puncak (Namakamu) pelan. Kemudian ia bangkit dan menggandeng tangan (Namakamu) untuk pergi dari kelas. "Ayo pulang."

Rumah aku adalah kamu. Jika ingin pulang bersamamu, aku akan senang.

Bersambung..

HUT SABA '54🎉🎉
HBD SEKOLAHKU🎉💕
Maaf late. Ngantuk ngerjainnya.

2 tahun insyaallah lulus,
Anindya A. R

Uncertain Heart ×IDR ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang