33. Jejak Para Pengecut

1.4K 120 1
                                    

Aku mau ceritain sesuatu, sebenarnya part ini ada bagian terakhir kisah. Tapi karena hilang dan lupa juga alurnya, terpaksa aku kupas segala kecurigaan. Maaf gaje.

****

"Cuma panggilan pengecutlah yang tidak berani menunjukan jati dirinya."

Pasca selesainya operasi (Namakamu), ia tidak diperbolehkan langsung pulang ke rumah. Beberapa hari di rumah sakit membuatnya muak. Aroma obat-obatanlah yang menyengat masuk ke dalam hidungnya.

CKLEKK...

(Namakamu) menoleh ke arah pintu. Dilihatnya ada Iqbaal dan di sebelahnya ada Bella. Entah kenapa Iqbaal hari ini membuat moodnya bertambah buruk.

"Hai (Nam..), maaf ya gue berperilaku gak pantes waktu itu."

(Namakamu) memandang wajah Bella dengan datar. "Hm." Balasnya singkat.

"Maaf.. banget. Gue tahu gue banyak salah. Maaf ya?" Bella tampak seperti orang berkata tulus. Entah kenapa (Namakamu) bisa merasakannya.

"Ya."

"Gue tahu lo gak segampang itu maafin gue. Gue yang selalu gak mau dengerin penjelasan lo waktu dulu."

"Hm. Bodoh." Jawabnya cuek. Sebenarnya (Namakamu) menyimak.

"Gue udah mutusin ikatan persahabatan sama lo, nyeburin lo ke kolam, bikin lo masuk rumah sakit, dan.."

"Dan?" (Namakamu) mengernyit saat Bella tiba-tiba saja memberhentikan pembicaraannya.

"Bikin Karel gak sembuh, tapi asli gue gak bunuh karel waktu itu. Tapi itu..."

(Namakamu) terdiam. "Gue tahu."

Bella membelalakkan matanya.

"Lo gak mungkin kayak gitu.." Ucap (Namakamu).

"Dengan sengaja," lanjutnya.

"Bukannya lo udah gak percaya sama gue? Apa boleh kita jadi sahabat lagi?" Bella berharap-harap.

(Namakamu) diam dan tidak berucap. Hingga akhirnya Iqbaal bersuara, dia berbisik pada (Namakamu). "Udah.. kasihan, dia tadi udah dimarahin sama sahabat kamu. Dan masih bersikeras untuk datang minta maaf."

(Namakamu) menghembuskan napasnya. "Hm."

Bella tersenyum bahagia.

(Namakamu) pun tersenyum tipis membalasnya.

Semoga persahabatan ini kelak membuka pintu hati orang untuk saling percaya.

-----

"Sinting.. dia nipu gue dengan iming-iming mau jauhin Iqbaal dari (Namakamu)." Celoteh Ari dari dalam kurungan penjara.

Entah tertipu atau tidak. Lelaki berpakaian serba hitam itu tidak kunjung datang. Walaupun hanya memberi kabar bagaimana rencananya waktu itu. Berhasil atau tidak.

"Anda berkata buruk pada saya?"

Ucapan itu mampu membuat Ari gugup seketika.

Uncertain Heart ×IDR ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang