Benci dan cinta. Dua kata itu se Sepertinya sangat menggambarkan perasaan Dayra kepada Vian. Hatinya kembali lagi seperti semula, ketika pertama kali bertemu. Perasaan kesal, marah, semuanya campur aduk. Dari pertemuan pertama, tidak ada sedikit pun kesimpulan hati ini untuk mencoba luluh. Pada kenyataannya, perkataan Vian, dan segala tindakan konyolnya dapat mengubah kesimpulan tersebut. Namun, pada akhirnya semua berubah lagi dalam sekejap.
"Gak butuh satu bulan ataupun satu tahun, karena satu detikpun ternyata bisa ngubah perasaan gue ke dia. Yaitu waktu gue liat dia sama cewek lain." ucap Dayra di hadapan teman-temannya.
Positive thinking. Hati Dayra masih mengeluarkan suara-suara itu. Terkadang, hati dan pikiran tak sejalan. Namun, cinta itu bukan soal hati. Soal logika, dan soal kedepannya.
Kedua tangan Selva memegang bahu Dayra, sambil berkata. "Day, ini namanya cinta. Kalau loe gak mau terima resikonya jangan pernah kenal sama yang namanya Cinta. "
"Tapi, Vian kan cinta banget sama loe dan Vian itu-"
Dayra segera memotong ucapan April. "Apa? Jelas-jelas gue liat sendiri Pril. Kalo seandainya Leo jalan sama cewek lain, gue yakin 1000% loe juga bakal ngelakuin hal yang sama kaya gue. Pacaran sama loe, jalannya sama orang lain. Emang loe mau digituin? Nggak kan." ucap Dayra yang membuat kedua sahabatnya ini skakmat.
"Nggak, yaudah sih kok malah gue yang di omelin." keluh April.
"Intinya gue gak mau ketemu Vian. Gue belum bisa maafin dia."
***
Satu bulan berlalu, dan hujan malam ini sangat menggambarkan semua yang telah terjadi. Yah, hati ini ibarat tersayat pisau. Ingin rasanya berteriak dan menangis meluapkan semua kemarahan ini. "Seharusnya setelah gue dikecewain sama orang pertama, gue gak boleh cepet-cepet menyimpulkan kebaikan orang kedua. Karena pada akhirnya, gue bakal dikecewain juga." ujar Dayra sambil duduk di depan jendela kamarnya.
Tiga hari kebelakang, Vian datang dan selalu menunggu berjam-jam untuk menemui Dayra. Tapi sayangnya, kebaikan Vian selama ini tersingkirkan oleh satu kesalahannya yang sangat membuat Dayra kecewa.
"Kenapa sih, gue selalu salah milih cowok?" ucap Dayra sambil memandangi rintikan air hujan di jendela kamarnya.
Prank. Suara pecahan beling itu membuatnya kaget, dan membuatnya keluar dari kamar. Tepat di depan kamarnya, sebuah pecahan beling hiasan lampu berserakan beserta sebuah kotak yang berisikan surat. Ternyata surat dari Vian, lalu ia mendengar lagi kebisingan yang amat keras sampai ia tak sempat membaca surat itu dan hanya memasukannya ke saku celana. Ia terus menghampiri sumber dari kebisingan suara tersebut dan setelah melihat apa yang terjadi, Dayra benar-benar meneteskan air matanya. Ia berlari keluar rumah, meskipun derasnya air hujan menghantamnya.
"Kenapa dari banyaknya orang di dunia ini, harus gue orangnya. Harus gue yang kebahagiaannya diambil?" ucapnya dalam hati.
Tak jauh dari tempatnya berada, sebuah mobil menyorotinya dengan lampu. "Day, loe ngapain?" Raihan, Rio, Leo, dan kedua sahabatnya Selva dan April pun ada di dalam mobil itu. Kemudian, Rio memayungi Dayra dan membawanya ke dalam mobil. Isak tangis terus menemani perjalanan mereka.
"Kenapa sih sebenernya Day?" tanya April.
"Orang tua gue berantem, mereka mau pisah. Gue sempet denger kalau nyokap gue bakal menetap di Paris, dan bokap gue mau tetep disini. Nyokap gue bilang kalau bokap gue itu selingkuh, tapi entahlah gue juga gatau." jelas Dayra.
"Sabar ya Day, jangan nangis dong. Udah." ucap April.
Sementara itu, Leo mengendarai mobil hingga kecepatan di atas 60 km/jam membuat Dayra bertanya-tanya. "Kita mau kemana?" dan semua malah terdiam, tak ada satupun di antara mereka yang menjawabnya. "Bandara, kita kok ambil jalur ini? Hey, kalian nih kenapa sih. Ini mau kemana?"
Setelah sampai di bandara, mereka juga kebingungan. Entah apa yang harus mereka ucapkan pada Dayra. Tak ada satupun dari mereka yang mau menjelaskan tujuannya mendatangi bandara ini. "Emm... Day, loe udah baca surat Vian?" tanya April.
Lalu, Selva melanjutkan. "Iya surat. Kata Vian, dia ngasih kado gitu dan ada surat di dalem kotaknya. Dia nyuruh loe baca surat itu."
Dayra mengambil surat yang ada di sakunya, ia buka surat tersebut dan membacanya perlahan. Kata demi kata ia cermati,
Dear, Dayra.
Mungkin loe gak mau ketemu gue lagi, benci banget sama gue. Tapi, makasih udah nyempetin baca surat dari gue.
Loe harus tau Day, bahwa di dunia ini ada orang baik dan ada yang nggak. Tapi semua itu berjalan sesuai masanya, gak selamanya orang jahat itu jahat dan yang baik pun gak selamanya baik. Loe juga gak bisa nentuin jalan orang-orang yang ada di sekitar loe.
Mungkin gue terlahir sebagai cowok bego, cowok nakal, dan mungkin cowok buruk menurut loe. Tapi, gue punya kehidupan yang udah ditentuin sama Tuhan. Maaf sebelumnya, gue emang buat loe kecewa. Sebenernya, pertemuan gue dengan Sherly udah jauh sebelum gue kenal loe. Sherly mantan gue, mantan Kevin. Gak ada maksud sedikitpun buat khianatin loe, gue cuma anterin dia pulang karena dia jalan sendirian tengah malem.
Gue juga mau ngucapin terimakasih.Karena loe udah pernah ngasih kesempatan gue untuk ngerasain lagi yang namanya jatuh cinta. Gue pamit, gue harus ikut bokap gue ke luar negeri. Gue harap loe mau ketemu gue hari ini jam 8, gue tunggu di bandara.
Salam
Aldavian
Sedangkan waktu telah menunjukan pukul 9 malam, sudah lewat dari satu jam. Kedua sahabatnya itu langsung memberi pelukan hangat pada Dayra. Andai saja waktu bisa terulang kembali, andai saja semua baik-baik saja, andai Tuhan memberi satu kesempatan lagi untuk mengembalikannya seperti dulu. "Day, udah Day udah. Mungkin ini yang terbaik." ucap Selva.
"Apa yang terbaik? Setelah kebahagian gue diambil, loe masih bilang kalo ini yg terbaik?" keluh Dayra sambil terus meneteskan air matanya.
Rio menarik tangan Dayra, menggenggam jari jemari Dayra. "Ada gue, ada Leo, ada Raihan, Selva, April. Ada kita Day, jadi loe gausah khawatir. Kita tetep bakal ada disamping loe."
***
Waktu semakin berlalu. Dedaunan yang hijau, kini telah menguning dan berserakan di hamparan halaman rumah Dayra. Sudah hampir tiga bulan, ia menikmati kesendiriannya. Ayahnya cukup sibuk di luar kota, Bundanya kini menetap di Budapest.
"Kalian tau gak sih, gue tuh sekarang ngerasa dunia gue tuh mati. Bukan abu-abu lagi, bahkan udah hitam." ucap Dayra sambil memeluk boneka kesayangannya.
"Ya loe juga sih, jangan terlalu dipikirin. Hidup kita tuh masih panjang Day!" ucap April sambil merangkul pundak Dayra.
Selva yang sedang asik bermain gitar pun ikut terhenti dan menasehati. "Jangan galau, udahlah. Mending kita ke pergi, nonton atau ke cafe gitu biar refreshing sedikit."
"Kuy, nonton ya! Gue mau nyuruh anak cowok duluan ke bioskop dulu ya."
Untungnya Dayra masih punya sahabat yang setia. Mereka selalu ada dalam suka maupun duka. Andai ada cowok yang sama setianya seperti sahabat mungkin setiap orang jatuh cinta, tidak akan merasakan yang namanya patah hati.
"Gue sih setia ya," ucap Leo sambil merangkul April.
"ih, gombal deh kamu." omel April.
Kamu. Kata itu sangat terdengar asing diucapkan oleh April. Semuanya terdiam dan saling melirik satu sama lain. "Hah? aku kamu, gak salah tuh Pril?"
"Kita kan pacaran. Jadi ngomongnya aku kamu." Jawab April.
"Tapi, kalau ngomong saya kamu itu lebih romantis." ujar Leo.
Perkataan ini persis dengan yang diucapakan Nathan pada Salma di adegan akhir. "Dasar korban film!" omel Dayra.
Brugg. Tiba-tiba seseorang menabrak Dayra. Syal yang ada di lehernyapun terkena tumpahan minuman.
"Sorry. "
Dayra sangat mengenali suara itu. Ia terdiam, "Loe?"
Sudah update ya. Makasih buat yang setia baca, jangan lupa vote dan komentar ya! Makasih. 💕💕💕💕
![](https://img.wattpad.com/cover/101319810-288-k325002.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINATION #Wattys2017
Подростковая литература#840 in Teenfiction 09/09/17 #726 in Teenfiction 04/04/17 [REVISI SETELAH CERITA TAMAT] Apa kita akan kehilangan? Apa kita akan jatuh? Apa kita akan terpuruk atas ketidakpastian? -Kita tidak tahu- Kita hanya terus berimajinasi Kita pun tidak tahu sa...