Melupakan bukanlah hal mudah
Bahkan harus ada kerelaan
dan keterpaksaan****
Pagi ini kelas ramai, dan mulai ribut akan pelaksanaan study tour yang akan dilaksanakan lusa. Padahal biasanya jika bel istirahat berbunyi, semua murid langsung bergegas ke kantin.
"Gue di tengah,"
"Gue di pinggir ah!"
"Eh, gue bertiga sama April, Dayra. Barisan kedua dari belakang."
April menekuk wajahnya, mulai cemberut dan murung. "Emang gak boleh duduk sama cowok ya? Pengen duduk sama Leo,"
Lalu kedua temannya serempak berteriak "Aprillll!!!""Gak dizinin sama sekolah lah, ngaco aja lo. Denger-denger kelas kita kebagiannya dibimbing sama Pak Nurdin dan Pak Nano." sahut Dayra.
Mereka berdua langsung membayangkan wajah Pak Nurdin yang mungkin setiap kalinya akan teriak-teriak mengingatkan sholat, menyuruh membaca Asmaul Husna dan Shalawat di sepanjang jalan. Bahkan mungkin ada juga Pak Nano yang akan mengecek bagaimana cara mereka berpakaian.
"Parah, gak bisa ajep-ajep dong," keluh Selva.
"Yah, gak asik dong. Di pantai gak bisa berekspresi baju," sambung April.
"Yaudahlah, ini acara sekolah. Bukan ajang pamer baju kurang bahan.Judulnya aja study tour." Dayra kembali ke tempat duduknya, dan kembali membuka sebuah novel dengan cover putih ungu. Dear Nathan. Ya, novel itu kini mulai menarik perhatiannya. Bahkan ia rela membaca buku itu sampai larut malam.
Lalu, dengan isengnya Selva langsung mengambil novel Dear Nathan dari genggaman Dayra. "Dari pada ribut-ribut ini novel gue sita sampe habis study tour! Jadi, gak ada yang sibuk baca buku. Pokoknya lusa kita harus happy bareng-bareng.
"Sel, balikin sini!!"
"Jangan Sel, mending kita simpen aja di perpus. Kita sumbangin." sahut April.
"Ih, gue aja belum baca! kampret emang kalian!! Balikin eh!"
April dan Selva berlari keluar kelas, tapi saat Dayra ikut keluar ia tertabrak oleh murid-murid yang berlarian ke arah kantin. "Arghh! Pada kenapa sih? Rusuh banget, berasa mau pembagian sembako aja," dan lagi-lagi Dayra ditabrak dari belakang. "Anjir, sakit woy."
"Jangan ngalangin jalan dong, mau liat pertandingan nih!"
Dayra heran dan penasaran akan pertandingan apa di kantin. Kakinya mulai melangkah ke arah kantin, tapi perasaannya semakin gundah. Dayra berada di belakang kerumunan orang yang menyaksikan pertandingan.
"Gue gak suka senioritas! Jangan mentang-mentang lo kelas 12 jadi bisa seenaknya ngehajar gue dan dengan bangga bawa pasukan lo! Lo gak ada hak buat ikut campur urusan gue!"
"Alah, banyak omong lo!"
Suara itu pasti tidak asing lagi, "Vian." sedikit demi sedikit terbuka celah dari kerumunan orang tersebut, Dayra memfokuskan matanya dan memang Vian terlihat sudah berdarah di bagian bibi juga hidungnya. "Gila, parah banget!"
Dayra berlari ke kantor dan memanggil guru yang ada untuk menghentikan perkelahian tersebut, sementara itu Dayra menunggu di kelas dengan cemas, "Duh, kenapa sih kerjaannya berantem terus!"
Begitu bel masuk, Selva dan April menghampiri Dayra dan berbisik. "Day, cepetan ke UKS kasian Vian. Asal lo tau, kakak kelas yang tadi mukulin Vian itu suruhannya pacar lo,"
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINATION #Wattys2017
Novela Juvenil#840 in Teenfiction 09/09/17 #726 in Teenfiction 04/04/17 [REVISI SETELAH CERITA TAMAT] Apa kita akan kehilangan? Apa kita akan jatuh? Apa kita akan terpuruk atas ketidakpastian? -Kita tidak tahu- Kita hanya terus berimajinasi Kita pun tidak tahu sa...