Semakin lo berusaha nyembunyiin
perasaan ke gue
maka
Semakin gue tau apa yang lo sembunyiin.
Cukup, coba jujur sama perasaan lo sendiri
karena sekeras apapun lo berpura-pura untuk gak jatuh cinta sama gue, hati lo gak akan kuat untuk bersandiwara atas keterpaksaan.-Aldavian
***
Seharian ini Dayra diambang kebingungan. Antara Kevin dan Vian, manakah sebenarnya lelaki yang ia cintai. Status hubungan dengan Kevin memang berpacaran tapi Dayra mulai menyadari caranya berpacaran hanyalah gombalan klise yang tak sedikitpun membuatnya bahagia seutuhnya. Pulang bareng, Makan bareng, Berangkat bareng. Klise bukan?
Dayra memandangi foto Kevin yang baru saja ia cetak."Biasanya kalo orang pacaran itu nyimpen foto pacarnya di dompet,"
Dayra semakin mendekatkan foto Kevin di hadapan mukanya. "Apa gue cuma sekedar kagum? Cuma tergiur akan ketampanan, kepinteran, kebaikan lo? Karena bahkan sampai saat ini gue belum bisa ngasih hati gue sepenuhnya. Jujur, gue masih teralihkan sama Vian."
Lalu, Dayra terfokus dengan sebuah kotak berwarna biru yang masih rapih terikat dengan sebuah pita berwarna ungu. Kotak itu ia dapatkan tadi sore, dan belum sempat ia buka karena tak ada pengirim yang jelas.
"Apa dari Kevin?"
Setelah nama itu disebut, benar saja nama Kevin muncul di permukaan layar ponsel Dayra. Sempat bimbang untuk menjawab panggilan telepon tersebut tapi, tangannya tersentak untuk menekan gambar telepon yang berwarna hijau.
"Ha-halo?"
"Akhirnya, lo angkat juga. Gue mau minta maaf soal tadi. Jangan marah ya, gue cuma gak suka aja kalo ada cowok yang deket-deket lo."
"Iy-iya gue maafin. Tapi gak usah berlebihan gitu sama Vian."
"Kok lo jadi peduli gini sih sama dia?"
"Ngg-nggak, bukan peduli. Gue cuma-" Dayra mencari-cari alasan. "Ya gitu, udahlah gue lagi gak mau ribut. Kalo cuma ngomongin hal gak penting, gue tutup teleponnya!"
"Eh iya-iya, ngambek mulu lo. Yaudah deh see you di sekolah nanti malem. Gue mau ngomong sama lo!"
"Okedeh,"
"Eh Day!"
"Apalagi? "
"Ada salam sayang dari ketua OSIS yang cakep."
Candaan itu membuat mata Dayra melotot. "Ha? Apa sih lo, gak lucu sumpah."
"Serius gak lucu? Buktinya lo lagi senyum-senyum sekarang. Oh! salah ya, emang gak lucu. Tapi lo yang berbunga-bunga soalnya dapet salam dari si ketua OSIS."
"Ih apaan sih lagian gue biasa aja yeee. Udah dulu ah, gue mau packing buat study tour. Bye."
Dayra mematikan ponselnya dan mencharge ponselnya. Dayra bergegas menuju lemari dan mulai memasukan baju yang akan ia bawa, menata tiap sudut koper agar terlihat rapih, tertata dengan baik. Akhirnya waktu menunjukan pukul 21.00 yang mengharuskannya berangkat ke sekolah.
"Udah jam segini, ayo Bunda anter." kata Bunda, sambil membantu Dayra mengangkut barang-barangnya ke bagasi mobil.
Setelah beberapa menit sampai di depan gerbang sekolah, Dayra terfokuskan dengan bis yang sudah berjejer di depan. Bukan karena bis yang banyak, melainkan terlihat Kevin dan Vian yang sedang berbincang di belakang bis. Hal ini membuatnya ingin cepat-cepat turun dan menghampiri mereka.
"Di sini aja deh turunnya!" ujar Dayra, sambil bersiap mengambil bawaannya.
"Tanggung, nanti aja sekalian ke parkiran mobil di depan."
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINATION #Wattys2017
Novela Juvenil#840 in Teenfiction 09/09/17 #726 in Teenfiction 04/04/17 [REVISI SETELAH CERITA TAMAT] Apa kita akan kehilangan? Apa kita akan jatuh? Apa kita akan terpuruk atas ketidakpastian? -Kita tidak tahu- Kita hanya terus berimajinasi Kita pun tidak tahu sa...