Pagi ini kota Bandung diselimuti awan mendung. Sepertinya hari ini akan hujan. Langit hari ini seolah-olah menggambarkan suasana hati Vian, atas meninggalnya Syahra kemarin. Hidup ini tak seindah yang ia bayangkan. Di pemakaman kemarin, Vian sempat meneteskan air mata. Kini tinggal Nenek yang masih ada. Kesedihannya masih tergambarkan jelas di wajahnya. Namun, bukan berarti Vian harus terpuruk atas ujian hidupnya. Ia mulai membuka semangat baru hari ini. Ia berangkat ke sekolah pagi ini.
"hhmm.. Dayra mana ya? " tanya Vian pada April dan Selva.
"Hari ini dia ada urusan gitu di ruang OSIS" April berdiri melihat ke arah jendela, "Ii-ituuu, Dayra"
Ada sedikit pemandangan yang kurang enak dilihat. Kevin berjalan disamping Dayra.
"Makasih udah nganterin gue. Gue masuk kelas ya." ujar Dayra
"Iya"
Vian sudah menampakan wajah sinis.Tapi ia ingat, tidak mungkin pagi-pagi begini mencari masalah. Baru saja kemarin Dayra sedikit mulai baik padanya. Lalu ia sapa Dayra pagi itu dengan kelembutan. "Pagi Dayy."
Tapi jawaban Dayra dari dulu sampai sekarang masih sama. "Pagi!" wajahnya datar tanpa ekspresi.
Untuk mencairkan suasana, April dan Selva mulai membahas soal study tour yang akan dilaksanakan satu minggu lagi. Kabarnya, pihak sekolah memajukan jadwal study tour kelas 11. Untuk kelas XI IPA 1-XI IPA 5 ke Malang. Sedangkan kelas XI IPA 6-XI IPA 10 ke Yogyakarta, sisanya kelas IPS yaitu ke Surabaya.
"Eh Day, sini duduk. Gue mau ngomongin soal study tour" ujar April.
"Gimana nih, mau beli apa aja buat study tour?" tanya Selva.
"Gue mau beli makanan yang banyak, mendingan kita patungan biar bisa makan ramean" ajak April.
Vian sedikit kebingungan. "Masih satu bulan lagi, ngapain ribet sih cewek-cewek!"
"Study tour seminggu lagi bego, ada pengumuman. Kan lo gak masuk kemarin-kemarin." celetuk Raihan.
"Anjir, eh sipit seriusan nih? cepet banget."
"Iya, etdah,"
Tak lama dari itu Pak Nurdin datang, Raihan dan Rio kaget melihat kedatangan Pak Nurdin, karena mereka bukan anggota kelas XI IPA 6. Tapi, tongkat yang dibawa Pak Nurdin membuat mereka berdua ketakutan, mereka malah duduk di kursi belakang yang kosong.
"Pagi semuanya. Saya akan memberi pengumuman soal study tour. Hari ini akan ada surat edaran schedule keberangkatan kalian. Berhubung hari ini guru akan rapat mengenai pengawas study tour, kalian dipulangkan pada jam ke 3, besok tetap sekolah seperti biasa."
"Yeee, pulcep!" semua murid serentak berteriak.
"Oke baik, saya kesini juga ingin memanggil murid bernama Aldavian!"
Seketika ruangan kelas tersebut hening. Tapi Vian tetap menanggapi dengan santai. "Iya, saya hadir Pak!"
"Ya, kamu ikut saya ke ruang wakasek dan yang lainnya tunggu surat edaran lalu pulang."
Vian mengikuti Pak Nurdin dari belakang. Half standing, lari keliling lapangan, hormat bendera, atau membersihkan wc kah. Vian siap menerima hukuman tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINATION #Wattys2017
Fiksi Remaja#840 in Teenfiction 09/09/17 #726 in Teenfiction 04/04/17 [REVISI SETELAH CERITA TAMAT] Apa kita akan kehilangan? Apa kita akan jatuh? Apa kita akan terpuruk atas ketidakpastian? -Kita tidak tahu- Kita hanya terus berimajinasi Kita pun tidak tahu sa...