Last Day

399 39 1
                                    

  "Ini pernyataan, bukan pertanyaan. Jadi gak perlu jawaban. Terserah loe mau gimana, yang jelas gue cinta sama loe."

                                             -ALDAVIAN

  ***

  Kejadian kemarin cukup membuat Dayra kapok untuk berpergian dengan Vian, masalahnya Dayra tak mau namanya famous di depan guru-guru karena pandangan buruk setelah jalan dengan Vian.
Dayra menghendus, wajahnya seperti terus menggambarkan amarah, kesal. Secangkir teh hangat diseruput habis olehnya.

   "Gak usah gitu kali, slow aja. Gak bakalan kenapa-kenapa. Gue udah urus kok." ucap Vian menenangkan.

Dayra hanya terdiam. Tapi, pria yang ada di depannya ini terus mengoceh membuatnya jengkel.

   "Eh, gimana kalau kita sama temen-temen cari tempat yang bagus. Pokoknya yang seru, banyak view pegunungan." usul Vian.

   "Loe gak kapok? Nggak, gue gak mau! Gara-gara loe ya, kemarin gue ikut-ikutan kena omel Pak Nurdin. Gue mau pergi sesuai acara." ucap Dayra lalu melengos pergi.

    "Eh, mau kemana?"

     "Beres - beres, mau ke pantai."

Namanya cowok, kalau ada cewek yang diperjuanginnya terus menghindar disitulah cowok menemukan sensasi dan motivasi untuk terus berusaha. Cowok itu tidak akan mudah menyerah, karena sesekali ia menyerah pasti akan muncul pertanyaan. "Gue cowok apa bukan? Ngejar cewek satu aja kok gak bisa," Maka dari itu, cowok punya jurus jitu masing-masing dengan hal berbeda. Meskipun ada beberapa cowok di dunia ini yang tidak menghargai wanita. Yah, itulah para cowok-cowok yang tidak mengatas dasarkan cinta. Pada hakikatnya, Tuhan memberikan cinta pada setiap masing-masing. Tapi, ada sebagian orang yang tidak bisa mengelola cintanya.

                               ***
  Lagi-lagi pantai menjadi objek fotonya sang fotographer Aldavian. Ia mengutak-atik SLR nya menuju pantai. "Ini bagus sih viewnya, dari pada yang kemarin." ucapnya, sambil. memotret.

  "Pinjem dong, gue mau nyoba." ucap Raihan dan diikuti oleh Leo "Gue juga, pinjem ya!"

Akhirnya mereka berdua sibuk memainkan SLR. Vian pun bergabung dengan Rio yang sedang asik memainkan gitar di pinggiran pantai. Vian pun ikut menyanyi dan terbawa suasana. Baru terpikirkan olehnya, bahwa masa SMA nya akan segera berakhir dalam hitungan bulan.Sebentar lagi kelas 12, UN, Kuliah.

  "Kok bengong sih? Kenapa?" tanya Rio mengamati.

  "Nggak, cuma kepikiran sesuatu ajasih."

  "Awas lo, jangan ngelamun. Keseret Nyi Roro Kidul aja lo, mampus!"

"Percaya gituan."

Tiba-Tiba Leo dan Raihan berlarian menghampiri, mereka berteriak menyuruh lari. Entah apa yang terjadi, tapi semua ikut berlari. 

  "Anjay ini kenapa sih harus lari-lari segala?" tanya Vian yang sudah kelelahan berlari.

  "Bego, noh si Leo. Mesum emang! Gue bilangin ke April mampus nih!" omel Raihan.

  "Eh gak sengaja, lagian yang nge-zoom kan loe bukan gue. Gue gak tau apa-apa, tiba-tiba orang yang make bikini itu nengok." jelas Leo.

Tangan Vian melayang ke kepala Leo dan Raihan, "Mesum dasar!"

"Seksi gila, suer! Kalo loe liat juga melotot dah!" goda Raihan.

  "Bacot, gue sih gak tertarik." cetus Vian.

Sementara itu, Selva dan April sudah mengode dengan melambaikan tangan. "Leo, Raihan, Rio." ucap mereka. Vian ikut memperhatikan, tapi tidak ada satupun diantara mereka yang memanggilnya. Sedangkan ketiga temannya itu sudah berjalan menuju dua gadis itu. "Eh, anjay! Kok gue jadi ditinggal sih,"

  Tak lama dari itu, Vian beranjak menuju sesuatu yang sangat mengganggu pandangannya. Yaitu, ketika ada seorang pria yang menggodai Dayra.

"Hey, how old are you? You're so beautiful."

Pria itu, berbaring di sebelah kursi pantai Dayra dan terus menggodai Dayra yang sedang membaca sebuah novel. Nampaknya Dayra mulai risih, dan pria itu malah memegang tangan Dayra. Langsung saja, Vian pun memberi hamparan keras mengarah ke rahang atas pria tersebut. 

   "Bangsat!" celetuk Vian.

    "Hey! fuck you!"

Vian menggemgam erat tangan Dayra, dan menariknya pergi. Setelah jauh dari tempat tersebut Vian malah melepas kan genggaman tangannya. Ia melangkah menuju deburan ombak di sekitar pantai, duduk di sebuah batu lalu memandangi  lautan luas. Dayra yang tepat di belakangnya termangu, tapi ia memberanikan diri untuk memulai pembicaraan. "Loe kenapa? Marah sama gue?"

  "Siapa yang bilang kalau gue marah sama loe?" jawab Vian yang malah bertanya balik.

  "Terus, loe kenapa sih? Aneh,"

  "Loe yang aneh! Udah tau digangguin masih aja disitu, kalo diapa-apain gimana?"

   "Y-ya, maaf."

  "Kok minta maaf sih?" tanya Vian dengan nada yang agak tinggi.

  "Maaf, karena udah buat loe khawatir dan marah."

Vian tersentak mendengar ucapan itu, ia menghela nafas. Bukan bermaksud marah, tapi inilah naluri lelaki ketika ada lelaki lain menggoda ceweknya.

   "Maaf kalau gue terlalu-"

Dayra yang ada dibelakang Vian, kemudian beranjak ke sebuah batu di samping Vian. "Gak apa-apa." ucap Dayra yang memotong perkataan Vian.

   "Mungkin gue cuma bisa ngelindungi loe sebagai temen. Tapi, mungkin suatu saat nanti gue bisa ngelindungi loe sebagai apa gitu emmm...."

  "Sahabat," lanjut Dayra.

  "Lebih dari sahabat," celetuk Vian.

Dayra terdiam dengan novel yang ada di genggamannya, ia tak bisa. memecah keheningan.

   "Kok diem?"

   "Nggak,"

Vian terfokus pada novel yang ada pada genggaman Dayra. Novel karya wulanfadi, yang berjudul Aku, Benci dan Cinta. "Asal loe tau Day, rasa takut gue kalau loe kenapa-kenapa itu sama kaya rasa takutnya Alvaro waktu Athala hampir meninggal di masa komanya. Dia bela-belain dari Bali, dan langsung nyusul ke rumah sakit."

  "Loe, baca juga?"

  "Loe tau Nathan? Gimana cara Nathan yang selalu mau ngelindungin Salma, sama halnya kaya gue mau ngelindungin loe. Meskipun dengan cara yang berbeda."

Dayra menunduk, ia tak tau harus bagaimana dengan lelaki yang ada disampingnya ini. Hatinya tersentuh, ia menahan isakan air mata yang mulai turun dari matanya. Hatinya menyimpulkan, bahwa ternyata lelaki disampingnya ini tak pernah berhenti memperjuangkannya. "Mungkin gue yang salah, gue yang gak pernah mau menerima kenyataan kalau cowok yang ada disamping gue ini adalah cowok yang baik buat gue." batinnya.

   "Tapi, jangan samain gue sama tokoh fiksi. Karena jalan hidup kita itu gak kaya mereka, Nathan, Alvaro, Dilan. Gue punya jalan sendiri buat memperjuangkan seorang cewek, yaitu loe." ucap Vian lalu berdiri membelakangi Dayra, "Ini pernyataan, bukan pertanyaan. Jadi gak perlu jawaban. Terserah loe mau gimana, yang jelas gue cinta sama loe."


Guys, udah update nih.
baca terus dan jangan lupa vomment ya. Makasih. 💕💕💕

IMAGINATION #Wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang