KTH

474 54 6
                                    

Hari ini aku masih melakukan rutinitasku seperti biasa. tidak banyak, hanya membaca, makan, mendengar music, sedikit berbincang dengan yoongi hyung dan mendengus melihat sosok oranye yang sekarang dapat aku lihat dengan jelas.

seperti yang aku bilang, dia seorang lelaki yang rata rata berumur 15 tahun, memiliki mata berwarna hijau jambrut, tidak terlalu tinggi, kurang lebih tingginya 168 cm. dia memakai baju bangsawan entah dari Negara mana. anak terhormat.

aku sempat bertanya siapa namanya. ai hanya menggeleng dan menjawab jika itu sebuah rahasia. aku kembali mendengus. kesal. anak ini sudah duduk dikursi sebelah tempat tidurku. mengawasiku lebih dekat. terkadang sedikit berkomentar mengenai cover buku yang kubaca.

setelah beberapa lama, yoongi hyung masuk. seperti biasa, membawakan nampan berisi makanan yang tidak aku suka. aku biasanya hanya makan buah yang disiapkan yoongi hyung untukku.

"halo tae" yoongi hyung menyapaku. duduk ditempat yang sosok itu duduki sebelumnya. sosok itu sudah kembali ke pojok ruangan. menatapku malas. sepertinya sosok ini tidak menjukai yoongi hyung.

"hai" aku menjawab setelah merasa yoongi hyung menaruk nampan dimeja kasurku. "ada apa??" yoongi hyung yang sadar dari tadi aku menatap kepojok ruangan ikut melirik tempat itu. aku mendengus. lebih tertarik untuk mulai makan perlahan. hari ini aku harus mengisi tenaga untuk besok. makan adalah pilihan yang tepat untukku.

aku sudah menyiapkan mentalku. dokter jimin sudah kembali melakukan pemeriksaan rutin untuk kedua kalinya. dia mengangguk. berkata jika aku 100% siap untuk perjalanan besok.

ini sudah malam. hamper jam sebelas malam. aku masih membaca buku dikasurku. menghiraukan anak kecil yang masik menatapku tanpa bosan. yoongi hyung masuk kedalam ruanganku.

"tae belum tidur?" ia duduk di kursi. seperti biasa. aku menggeleng. "belum ngantuk" aku menjawab tanpa menoleh padanya. "kita keluar sekarang" ia berdiri. mendorong kursi roda yang ternyata ia letakan diluar ruangan. "kemana?" aku menatapnya. "rapat kecil" ia nyengir lebar.

"tenang saja. dokter jimin juga akan ikut" sekarang kami sudah berada di lorong menuju exit door rumah sakit ini. "terus kenapa aku menggunakan kursi roda" aku menatap kursi roda yang kududuki. "kakimu belum bisa menopang tubuhmu yang berat. jadi untuk sekarang masih pakai kursi roda" yoongi hyung berujar santai. aku mendengus.

setelah berjalan 10 menit--hanya yoongi hyung yang berjalan-- kami akhirnya sampai diparkiran luar. terlihat dokter jimin sudah menunggu kami. "selamat malam tae" dokter jimin tersenyum melihatku. aku balik tersenyum. "malam"

Diperjalanan, kami tidak banyak berbicara. Hanya yoongi Hyung yang terus menelpon dan juga Jimin yang terkadang menjelaskan kondisi fisikku. Aku mengangguk mengerti.

Jimin dan yoongi Hyung terlihat menikmati perjalanan ini. Aku duduk dibelakang. Dengan kursi rodaku yang terlipat disebelahku. Dilihat dari sini, yoongi Hyung dan Jimin terlihat sangat cocok.

Setelah melakukan perjalanan selama 30 menit, kami akhirnya sampai pada tempat tujuan. Sebuah cafe. Aku menatap yoongi Hyung yang tersenyum pada seseorang. Jimin membantuku keluar dengan kursi rodaku juga.

"Ini taehyung" yoongi Hyung memperkenalkanku pada seorang lelaki tampan. Sepertinya aku pernah menilhatnya. "Jeon jungkook" ia mengulurkan tangannya. Aku membalas uluran tangan itu dengan senang hati. Mengembangkan senyumku selebar mungkin. Tangannya hangat.

Aku tidak banyak bicara selama pertemuan. Tidak terlalu tertarik. Aku lebih memilih untuk membaca buku buku yang memang selalu ku bawa.

"Bagaimana dengan temanmu itu?" Aku melirik jungkook. Pemuda tampan yang baru saja aku kenal. "Dia baik baik saja" yoongi Hyun terlihat tidak peduli. "Bukannya dia baru sadar dari koma?" Kali ini orang yang aku ketahui bernama seokjin bertanya. Aku menghela nafas."aku baik baik saja" menatap mereka lurus.

Mataku membola. Tunggu. Itu?

Aku mulai bergetar. Sedikit bergumam pada diri sendiri. Jimin yang duduk disebelahku menatapku khawatir. "Ada apa tae?" Yoongi Hyung yang melihatku juga ikut bertanya. "Dia disini" aku berbisik. Sangat pelan. "Siapa? Aku tidak melihat siapa siapa" yoongi Hyung mulai mendekatiku. Sosok itu. Tepat berada di belakang pria bernama jungkook itu. Melayang sambil menatapku tajam.

Semakin lama semakin dekat. Aku menundukkan kepalaku. Jimin berusaha menenangkanku. Namjoon dan seokjin juga mendekatiku.

Semakin dekat sosok itu, semakin bergetar tubuhku. Sosok itu menatapku seperti akan membunuhku. Ia terus disana. Sekarang ia sudah melewati jungkook yang terlihat panik.

Aku mengangkat kepalaku. Mencoba menatap sosok itu. Ia berbadan besar, tinggi, rambutnya panjang terurai menutupi separuh wajahnya, matanya merah dan bajunya hitam dipadukan dengan warna darah dari leher dan jantungnya.

Ia mulai mendekat. Lebih dekat dari sekedar bertatapan denganku. Tubuhku tidak dapat digerakkan. Ia tersenyum. Tidak, menyeringai padaku. Sekarang aku sudah dapat melihat wajahnya. Wajahnya tirus, matanya lebih besar dari satu kepalan tangan orang dewasa. Berwarna merah. Mulutnya terjait. Seperti ada seseorang yang memaksanya untuk tutup mulut. Semakin ia mencoba untuk menggerakkan bibirnya, semakin terlihat daging daging disekitar bibir besar itu.

Ia mulai memaksakan diri untuk membuka mulutnya. Menatapku tajam kedalam mataku. Ia memiringkan kepalanya. Bibirnya terlepas. Darah bercucuran. Masuk kedalam minuman yang tersedia diatas meja.

"Kau"

"Pergi"

Gelap. Setelah sosokku mengucapkan kata kata itu terbata bata aku tidak dapat mengingat kelanjutannya. Yang aku ingat, saat aku bangun, aku berada dalam kamarku dengan jungkook, Jimin, yoongi Hyung, hoseok dan namjoon berdiri didepanku. Menatapku khawatir.

"Kita pergi" aku menatap mereka lurus. Melirik sekilas sosok 15 tahun dipojok ruangan. Sekarang sudah pagi. Waktunya untuk bertualang,

Dimulai.

Tbc
Taetae ganteng banget yawlaaa
Dat hair is so hawt on himmm
Mati aku lama lama liat dia itu..
Manusia bukan sihhh???
Oya btw chap ini lanjutan dari chap kth sebelumnya ya..
Masih dihari yang sama. Cuman malemnya gitu

Surabaya, 22 September 2017
[865 word]

BUMI [KOOKV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang