19. BELAKANG SEKOLAH

101 8 0
                                    

Nico memejamkan matanya, apa yang dilihatnya tadi bukan hal yang menyenangkan untuknya, dia tidak mengenal cowok yang saat ini duduk di dekat Sari.

"Siapa tuh cowok." batinnya.

Nico berani menjamin bahwa Sari hanya dekat dengan dirinya seorang, hanya dia cowok yang dekat dan dikenal Sari, Nico tau selama ini Sari selalu takut jika berdekatan dengan cowok yang belum dia kenal. Nico harus mengejar cinta pertamanya, dia belum menyerah, Sari memang belum menerimanya namun Sari juga belum menolaknya, Sari masih bimbang.

***

Esok harinya Sari tetap tidak bisa berkonsentrasi dengan pelajarannya, dia masih mengingat pesan dari Nico yang belum di balasnya. Sari melirik pada teman semejanya, Tasya masih mengganggapnya tidak ada itu artinya Tasya belum mau berbicara dengannya meskipun Sari sudah mencobanya tetap tidak ada respon dari Tasya.

Dilain tempat Nico selalu saja melamunkan wajah seseorang yang sedari tadi ada dibenaknya. Kedekatan Sari dengan cowok lain mengusik pikirannya, Nico sudah tak bisa bersabar lagi, dia harus menerima jawaban dari Sari hari ini.

Bel istirahat berdering membuat Nico langsung melesat pergi dan menuruni anak tangga dengan cepat, dia tidak menghiraukan guru yang masih berada di kelas, begitu pula dengan teman sekelasnya, mereka heran dengan sikap Nico hari ini yang lebih banyak diam.

From : Nico

"Gue tunggu di belakang sekolah, please Sar tolong temui gue."

Sari menghela nafas, saat bel berbunyi Sari langsung melesat keluar kelas membuat Tasya bingung, biasanya dia duluan yang beranjak. Nindi dan Astri saling berpandangan.

Sari menuju halaman belakang sekolahnya dengan sedikit ketakutan, pasalnya dia sangat jarang ke tempat itu, dengan semua ruangan yang hampir tidak terpakai membuat tempat itu terasa dingin dan sedikit angker itulah yang membuat tempat tersebut jarang dikunjungi oleh murid yang lain.

"Nico jahat banget sih minta ketemuan di tempat angker gitu, udah tau gue penakut." gerutunya.

Sari merasa gugup, gugup karena takut dengan tempat angker itu dan gugup karena dirinya akan bertemu dengan Nico, berdua saja.

Saat melewati lorong antar kelas yang langsung menuju belakang sekolah, langkahnya semakin ragu, diliriknya keadaan disana, sepi seperti biasa membuat bulu kuduk Sari meremang. Sari mengedarkan pandangannya, disana di teras depan lab kimia dilihatnya ada seorang cowok duduk membelakanginya sambil tertunduk. Dihampirinya cowok yang sangat dia kenal. Dirinya semakin gugup, degup jantungnya pun tak menentu, dia rindu Nico, sangat rindu. Sari mengatur nafas dan hatinya sebelum bertemu Nico dan dengan nada yang dipaksakan agar terdengar wajar, Sari memanggilnya.

"Nico..." suaranya tercekat.

Suara itu membuat Nico terpaku, suara itu yang membuat pikiran penatnya menjadi lebih ringan. Nico membalikan badannya menghadap Sari. Nico tersenyum, senyum yang mampu membuat Sari semakin gugup, senyuman yang tidak pernah diberikannya pada siapapun kecuali cewek yang ada dihadapannya ini. Nico beranjak dari duduknya, berjalan perlahan menghampiri Sari.

"Hai, apa kabar?" sapa Nico.

"Baik, lo sendiri gimana?" kata Sari canggung.

"Buruk."

"Lo sakit?" tanya Sari lagi dan Nico hanya mengangguk singkat.

"Dimana, lo sakit apa?" tanya Sari panik.

Nico tersenyum lalu menunjuk dadanya sendiri, "Disini." katanya dengan suara parau.

"Nic,"

"Gue, gue mau jawaban lo sekarang Sar." pintanya kepada Sari.

Sari menggeleng singkat.

"Oke gue selesaikan sekarang, gue akan bilang ke Tasya terus terang, semuanya, hari ini, di kelas lo." kata Nico tegas.

"Nic, jangan konyol."

Nico hanya tersenyum dan berlalu begitu saja meninggalkan Sari yang hanya bisa termangu.

Sari tidak tau apa yang menjadi gejolak hati Nico saat ini, hanya Nico sendirilah yang tau. Nico tidak percaya Sari menolaknya, Sari hanya bimbang dengan seseorang dan seseorang itu sangat Nico kenal.

"Tasya!" teriak seseorang dari lorong kelas membuat siapapun berhenti dari kesibukkannya.

***

"Sari?" suara berat yang terdengar dari arah belakang membuat Sari kaget dan hampir menjerit jika mulutnya tidak dibekap oleh tangan seseorang.

"Sstt, diem dong nanti gue dikira ngapa-ngapain lo." perintah seseorang itu yang ternyata Naufal.

"Lo! Bikin gue jantungan tau." ujarnya kesal menyingkirkan tangan Naufal dari mulutnya.

"Ada juga lo yang bikin gue kaget, gue kira lo dedemit. Ternyata bukan." sambil cengengesan Naufal duduk di teras yang tadi ditempati Nico.

"Lo ngapain disini?" tanyanya Naufal heran, sambil melihat sekelilingnya yang sepi.

awalnya Naufal ragu saat melihat seorang wanita mungil dari kejauhan, tapi saat dilihat nya Sari berdiri di sana seorang diri Naufal langsung menghampirinya, melupakan tidur siangnya.

"Ini gue udah mau balik kok." ujarnya sambil berbalik namun Naufal menghalanginya, menggenggam pergelangan Sari. 

"Apa lagi?" tanyanya kesal.

Naufal ragu, sesaat mencari-cari alasan agar dirinya bisa dekat dengan Sari.

"Karena suara lo tadi, gue terpaksa menyudahi tidur siang gue, sebagai gantinya lo harus nemenin gue ke kantin." perintahnya sambil tetap memegang tangan Sari. 

Naufal menyadari bahwa ucapannya tadi sangat kekanakan dan berantakan, namun dia tidak peduli selagi dia bisa lebih lama dekat dengan Sari apa pun akan diusahakannya. Namun takdir berkata lain. Disaat bersamaan ponsel Sari berdering, membuat Naufal mau tak mau melepaskan genggamannya tadi.

"Halo Nin, kenapa? Lagi banyak pulsa lo pake telpon segala." ucap Sari riang pada seseorang disana, membuat Naufal mengerutkan keningnya.

"Nin, ada apa sih? Kok ribut banget disitu. Hah?" teriak Sari membuat Naufal terkejut.

Belum sempat menutup panggilan itu Sari langsung berlari meninggalkan Naufal begitu saja.

TERAS (Tentang Ego dan Rahasia Anak SMA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang