30 : KENAPA HARUS DIA? (2)

79 7 0
                                    

"Lo ngerokok lagi?" Sari menatap Nico tak percaya. 

Nico tak menjawab, dengan cepat dirampasnya bungkus rokok itu dari tangan Sari, lalu dirinya melangkah maju membuat jarak mereka semakin dekat, Sari panik melihat perubahan tatapan itu, tatapan yang sudah lama tidak pernah dilihatnya dari mata Nico. 

"Stop!" teriaknya sambil menunduk membuat langkah Nico terhenti. Nico meninju dinding tepat di samping kepala Sari membuat cewek itu terlonjak kaget dan perlahan Sari mengangkat kepalanya. Dilihatnya Nico tertawa hambar.

"Sekarang lo takut lagi sama gue?" tanyanya sambil tertawa. 

Sari tak bersuara. Nico melangkah mendekati Sari berdiri disampingnya lalu mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya, Nico menyandarkan tubuhnya disana. Sari melirik saat dilihatnya Nico mulai menyalahkan rokoknya, tanpa sadar di raihnya rokok itu lalu dibuangnya kelantai. Nico tersenyum lalu mengambil lagi satu batang rokok, kali ini Sari membiarkan rokok itu menyalah namun belum sempat Nico menikmatinya Sari meraih rokok itu lagi lalu menginjaknya. Nico menarik nafas dan dengan cepat Sari sudah terkurung diantara kedua lengan kekar milik Nico.

***

"Mereka berdua kok lama banget ya." gumam Rara yang sedari tadi berusaha menghubungi ponsel Nico, namun tidak tersambung. Nico sengaja mematikan ponselnya saat mengejar Sari tadi. Naufal diam tak bicara, pikirannya melayang entah kemana, dia mengeratkan rahangnya lagi dan beranjak dari sana meninggalkan Rara sendiri.

***

"Apa hak lo bersikap kaya gitu, HAH!?" Nico menatap wajah pucat dihadapannya. Jarak mereka hanya sejengkal dan Sari dapat merasakan hembusan nafas miliknya dan Nico beradu.

"Setau gue lo udah berhenti ngerokok." Sari menatap Nico lembut, Nico tersenyum melihat tatapan itu.

Nico mengangguk, "Iya, berkat lo."

"Tapi sekarang lo ngerokok lagi?" Sari mendengus tidak percaya.

"Ya, karna lo. Gue ngerokok lagi karna lo." tuturnya dingin, "Sar, apa bener lo dan dia udah..." seperti tercekat Nico tidak mampu meneruskan ucapannya, Sari mengerti apa yang ingin Nico sampaikan, dia tersenyum lalu mengangguk. Nico menurunkan tangannya menyandarkan tubuhnya lagi di tembok. Mereka berdiri berdampingan dalam diam, bergulat dengan pikiran masing-masing. 

Sari memilih untuk melangkah pergi namun ucapan Nico membuatnya langkahnya terhenti, "Makasih Sar, dulu lo yang buat gue berubah dan sekarang lo juga yang memaksa gue untuk kembali kemasa itu." ucapnya sambil memainkan asap rokok ke udara, Sari menoleh menyipitkan kedua matanya, tak percaya dengan ucapan Nico.

"Tasya! Dia yang buat lo berubah Co, bukan gue." tuturnya dengan suara meninggi. Nico melirik Sari sekilas lalu tertawa.

Nico mematikan rokoknya berjalan menghampiri Sari, memegang kedua pundaknya, 

"Bukan Tasya, tapi lo! Lo yang buat gue nyaman bukan Tasya, lo yang bisa buat gue berharga dan berharap akan sesuatu, cuma lo yang mau mengubah gue. Jadi gue tanya sama lo, dulu kenapa lo berusaha membuat gue berubah? Apa karena lo...lo sayang gue kan Sar? Jawab Sar!, bilang kalo lo sayang gue!" teriak Nico tepat di wajah Sari, membuat cewek itu menatapnya sedih. Nico tidak tahu, saat ini, saat melihat lukas dimata Nico, Sari berusaha setengah mati menahan tangannya agar tidak memeluknya detik itu juga.

"Jawab Sari, Jawab! Lo cin..."

"Karna gue kasihan sama lo." Sari tersenyum sinis, "Lo cuma anak nakal yang mencari perhatian dengan cara yang salah, gue ngedeketin lo karna gue penasaran, gak lebih." lanjutnya sambil menatap Nico lekat. Nico mundur seketika setelah mendengar satu kata yang sangat dia benci 'kasihan'. Sari tau Nico akan berhenti mencecarnya setelah satu kata itu keluar dari mulutnya, dan dugaan Sari benar.

TERAS (Tentang Ego dan Rahasia Anak SMA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang