31 : RARA

93 7 0
                                    

Sari beranjak dari sana, menuruni anak tangga dengan cepat, sampai dipertengahan ada suara langkah kaki mengejarnya lalu menarik tangannya memaksanya untuk berhenti.

"Tapi pelukan lo waktu itu gak menyiratkan rasa kasihan Sar. Ketika gue meluk lo, lo gak menghindar Sar, gue tau itu. Jangan coba-coba bohongin gue karna gue lebih mengenal lo dibanding diri lo sendiri." Nico menatapnya nanar, membuat Sari tercekat menahan tangis, pikirannya terlempar pada masa itu.

Kasar, Sari melepaskan genggaman itu lalu berbalik menuruni anak tangga, namun lagi-lagi langkahnya terhenti. Disana, di ujung anak tangga Naufal menatapnya datar.

"Turun Sar!" perintah Naufal sambil mengulurkan tangannya meminta Sari agar segera pergi dari sana.

Takut-takut Sari melangkah dengan tetap melihat raut wajah Naufal, raut wajah itu masih datar tak menyiratkan perasaan apapun.

Sari ingin menoleh melihat Nico namun suara dingin Naufal mengurungkan niatnya, "Jangan menoleh kebelakang Sar." Naufal menatap sinis Nico, Nico membalas tak kalah sinis. Tak sabar dengan langkah lambat Sari, Naufal menariknya lalu pergi dari sana.

Mereka berjalan dalam diam, Sari hanya bisa menunduk melihat tangannya yang memerah sebab sedari tadi Naufal menggenggam tangannya erat, sangat erat membuat Sari meringis kesakitan. Naufal mengantar Sari hanya sampai di depan kelas dan berlalu begitu saja tanpa sepatah katapun.

"Lho kok sendirian Sar, Naufal mana?" tanya Nindi yang langsung didekap oleh Sari, Sari menangis sejadinya. Nindi menatap Astri bingung, keduanya menggeleng.

Tasya yang kebetulan melewati kelas X.1 yang memang tepat di bawah tangga pun mencuri dengar percakapan mereka, meski samar tapi Tasya yakin suara itu adalah suara milik Nico dan Sari, keyakinannya bertambah saat dilihatnya Naufal berdiri tidak jauh dari sana.

"Air mata lo banyak banget sih, gue kaya abis mandi deh." ledek Nindi yang berhasil membuat Sari memukulnya ringan lalu tersenyum.

"Nico lagi Sar?" tanyanya hati-hati saat dilihatnya Sari sudah mulai tenang. Sari mengangguk.

***

"Nico, lo dari mana aja. Gue cari-cari lo dari tadi." Rara menghampiri Nico saat dilihatnya cowok itu melewati ruang kelasnya. Nico tidak mendengar Rara, dia masih memikirkan ucapannya tadi. Rara yang kesal mencubit lengan Nico dan berhasil membuat cowok itu tersadar dari lamunannya.

"Kenapa sih?" ucapanya ketus.

"Lo dari mana, kok ke toilet lama banget."

"Astaga gue lupa, gue belum ngerjain PR. Gue balik kelas dulu ya, bye." Nico langsung berlari ke kelasnya menghiraukan panggilan Rara.

Saat bel berbunyi Sari bergegas merapikan bukunya, memasukkannya kedalam tas dan langsung beranjak dari kursinya. Sebelum melangkah dia menoleh ke belakang, Nindi dan Astri tersenyum lebar dan memberikan semangat kepadanya. Saat istirahat tadi Sari menceritakan semuanya kepada Nindi dan Astri.

Sari bermaksud meminta maaf kepada Naufal, dia berlari kecil menaiki anak tangga dan saat berbelok dia melihat Naufal sedang berbicara dengan Rara. Keduanya terlihat akrab meskipun baru berkenalan tadi saat istirahat, keduanya larut dalam obrolan yang tidak bisa Sari dengar, dilihatnya Naufal tertawa lepas menanggapi gurauan Rara. Ada perasaan aneh yang berkecamuk dalam dadanya, tapi tak dihiraukannya. Sari tetap fokus pada niat awalnya, meminta maaf kepada Naufal.

Sari melangkah perlahan menghampiri mereka berdua, Naufal menyadari kehadiran Sari dan langsung menghentikan tawanya, perubahan raut wajah Naufal membuatnya sedih dan merasa bersalah. Rara menatap Sari datar, belum sampai Sari di sana Rara menepuk pundak Naufal dan berlalu bergitu saja tanpa menoleh padanya.

"Itu cewek yang tadi kan?" tanya Sari hati-hati sambil tetap menatap Naufal.

"Iya." ujarnya singkat mengalihkan tatapannya ke lantai dasar, lebih baik melihat kerumunan murid disana daripada melihat wajah Sari, Naufal tak tahan saat dirinya melihat wajah itu, wajah yang terus terfokus pada sesuatu yang tidak ada dihadapannya, Naufal merasa dirinya tak dianggap sama sekali. Sari berdiri disampingnya, dari ujung mata dilihatnya Sari menatapnya.

Sari menatap Naufal lekat, otaknya memutar kembali kedekatan Rara dengan Naufal, Sari akui dirinya cemburu melihat itu. Sari menggelengkan kepalanya berusaha mengenyahkan pikiran dan rasa cemburu dalam dirinya. Perlahan Sari memberanikan diri menggenggam lengan Naufal, Naufal terperanjat. Dilihatnya Sari tersenyum kearahnya, manis.

"Maaf soal tadi." katanya.

Naufal memandangnya lekat meminta penjelasan dan Sari mengerti tatapan itu.

"Nico tiba-tiba narik aku dan bawa aku kesana, kami sama sekali gak janjian. Aku harap kamu percaya." lanjutnya.

"Aku anter kamu pulang ya." ujarnya singkat melepaskan genggaman itu.

Sari menghela nafas lalu mengangguk, mereka pun bergegas menuruni anak tangga, tapi perut Sari tiba-tiba berbunyi membuat keduanya menghentikan langkah mereka, Sari menunduk malu memegangi perutnya, Naufal tersenyum singkat.

"Kita pulang dulu ya, minta izin ke orang tua kamu. Kita makan diluar." ajaknya dengan nada lebih hangat, Sari mengangkat wajahnya menatap Naufal, dilihatnya Naufal tersenyum kearahnya, dirinya pun ikut tersenyum.

"Ice cream boleh?" pintanya kepada Naufal yang disambut dengan belaian di kepalanya, Sari tersipu malu dan merekapun melanjutkan langkahnya sambil berpegangan tangan. Kecanggungan diantara merekapun terlupakan.

TERAS (Tentang Ego dan Rahasia Anak SMA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang