36 : PENGAKUAN

71 6 0
                                    

Sambil mendengus kesal Nicomencengkram kerah milik Naufal dengan kedua tangannya lalu meninjunyasekuat tenaga dengan tangan kanannya. "Ini untuk lo, dasar brengsek!" makinya setelah meninju Naufal membuat bibir pria itu mengeluarkan darah.

"Iniuntuk rasa sakit hati Sari." lanjutnya lagi sambil melayangkantinju keduanya tepat dihidung Naufal, lagi-lagi tinjuan dari Nicomembuatnya berdarah.

Nico tidak perduli dengan terikan histeris milikRara, tidak peduli juga dengan beberapa murid yang sudah mengerubungimereka tanpa berniat memisahkan keduanya, sebagian dari merekamengenal Nico, mereka tau Nico selalu menyimpan sisi macan tidurnya.Jika Nico sudah seperti ini mereka tidak bisa berbuat apapun termasukHelmi, sahabatnya. Nico terus memukuli Naufal tanpa ampun, Naufalmemejamkan mata, dia hanya diam menerima semua luapan emosi milikNico, dirinya pantas mendapatkan itu semua, dalam hatinya Naufalberterima kasih pada Nico, rasa bersalahnya sedikit berkurang setiapkali Nico memukulinya. Pukulan itu melemah membuat Naufal membukamatanya, saat itulah dilihatnya tubuh Nico limbung lalu jatuhterkapar dihadapannya. Helmi sahabatnya langsung menghampiri danmembawa Nico kerumah sakit dibantu dengan teman kelas Nico yang lain.Rara menatap sinis Nico yang jatuh dihadapannya lalu tersenyummenang, Naufal melihat perubahan raut wajah Rara, dirinya mendenguskesal, lalu beranjak dari sana. Saat keadaan sudah sepi barulah Raratertawa senang.

"Loliat kan Sari, ancaman gue gak pernah main-main." tuturnya, lalutertawa lagi.

Rarasalah jika menyangka tempat itu sudah sepenuhnya sepi, jika Rara maumenoleh saja sebentar ke arah toilet, disana dia bisa melihat Tasyamenatapnya marah.

Saritidak bisa menyembunyikan lagi rasa sakitnya, dia terus saja menangisdipelukan Nindi. Saat Sari memasuki kelas dengan wajah habis menangisNindi tau bahwa ada yang tidak beres, Nindi dan Astri segera membawaSari keruang PMR di depan kelas mereka. Disana dalam pelukan NindiSari menangis tersedu, disela tangisnya Sari menceritakan semua yangdilihatnya tadi. Nindi meminta Astri untuk kembali ke kelas,memberitahu pada guru pengajar bahwa Sari sakit dan Nindi yangmenemaninya. Astri mengangguk menyetujui lalu beranjak dari sana.

"Sarimana?" tanya Tasya dengan emosi tertahan.

Astritidak langsung menjawab, diperhatikan raut wajah Tasya yangmenyiratkan emosi, ada apa lagi sih, batinnya, "Dia di ruangPMR."ucapnya singkat, lalu Tasya meninggalkannya tanpa berucap apapun lagi.

Sarimelepaskan pelukannya pada Nindi dan meminum teh hangat yangsebelumnya telah disiapkan Astri untuknya. Teh hangat yang diminumnyasedikit banyak membantu menenangkan hati Sari. Nindi dan Sariterkejut mendengar pintu ruang PMR yang terbuka lalu tertutup dengankasar. Dilihatnya Tasya menghampiri mereka, menjatuhkan tatapanemosinya pada Sari.

"Lohebat Sar bisa bikin Nico kalut hari ini." ujar Tasya tersenyumsinis.

Sarihanya diam terpaku tanpa mengerti maksud dari ucapan Tasya padanya.Nico kalut, kenapa? Batinnya.

"Udahdeh Sya kalo lo mau marah-marah nanti aja ya." bela Nindi padaSari.

Tasyamenggeleng, "Asal lo tau aja Nin, Nico tadi kalut mukulin Naufalsampe bonyok, karena apa?" tanya Tasya yang sengaja menggantungperkataannya. Dilihatnya Nindi menggeleng, tidak mengerti.

"KarenaNico belain dia Nin!" tunjuk Tasya tepat di wajah Sari, "Asal lotau Sar, tuh anak belain lo sampe dirinya sendiri capek." lanjutnyamenahan emosi.

"SekarangNico dimana?" tanya Sari khawatir.

Tasyamendelik kesal, "Rumah sakit, kritis!" jawab Tasya tegas.

"Kritis?"tanya Sari tak percaya.

"Yadan itu semua gara-gara lo. Lo tau apa yang bikin Nico kritis?"tanya Tasya, dan Sari hanya bisa menggeleng, "Dia ngedrugs lagiSar! Dia ngedrugs gara-gara lo." ucap Tasya menghakimi.

TERAS (Tentang Ego dan Rahasia Anak SMA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang