14. SALAH PAHAM

100 8 0
                                    

Dilain tempat Tasya dan Astri memilih untuk memisahkan diri, memilih untuk duduk di bangku panjang dekat kantin. Percakapan mereka terhenti saat dilihatnya Nico menghampiri mereka.

"Berduaan aja?" tanya Nico sambil mencari-cari seseorang.

"Iya." jawab Tasya singkat. Astri yang duduk tepat di hadapan Tasya melihat perubahan raut wajah temannya itu.

"Sari mana?" tanya Nico pada keduanya.

Astri hanya menggeleng sedangkan Tasya menjawab dengan enggan. "Di kelas kali."

"Oh gue kira dia ke kantin juga," wajah kecewa Nico membuat Tasya keki, "yaudah gue duluan ya." ujarnya sambil berlalu.

"Kok lo jutek gitu Sya, bukannya lo suka dia ya?" tanya Astri yang belum paham akan perubahan itu.

"Lo gak ngerti." ucap Tasya datar sambil menatap punggung Nico.

"Lo jelasin biar gue ngerti." kata Astri kesal.

Tasya hanya bisa menghela nafas, dan menceritakan semuanya kepada Astri.

***

"Sya, lo lagi jauhin gue?" dihadangnya Tasya yang baru saja ingin masuk kelas.

"Menurut lo?" tanyanya jutek sambil mendorong Sari yang menghalangi jalannya.

Dorongan itu membuat tubuh Sari membentur pintu kelas dan membuat seisi kelas memusatkan perhatiannya pada mereka.

"Sya."

"Apaan sih, pagi-pagi bikin emosi gue aja lo!"

"Jangan bilang lo ngejauhin gue karena pertanyaan bodoh lo waktu itu?"

Tasya tidak menjawab.

"Sya, suka gue ke dia cuma sebatas temen aja, gak lebih. Gue tau kali kalo lo suka dia, jadi mana mungkin gue jahat ke lo." terangnya lagi.

"Kalo lo mau tau kenapa? Lo tanya sana ke Nico!" bentaknya membanting tas, lalu beranjak keluar kelas.

"Nico?" gumamnya.

Hening, seisi kelas hanya bisa menatap iba Sari pagi ini. Nindi yang memang baru datang heran dengan keadaan kelas yang begitu tenang. Dihampirinya Sari yang saat itu berdiri mematung.

"Sar, lo gapapa?" tanya Nindi.

"Lo bener Nin,"

"Tentang?"

"Gue harus apa Nin? Tasya salah paham. Apa gue harus..."

"Terserah lo Sar, baiknya buat kalian aja." nasihatnya.

***

"Sar, nebeng gak lo?" tanya seseorang disebrang sana.

"Enggak Co, gue di anter bokap. Thanks ya." kata Sari singkat dan langsung menutup panggilan tersebut.

"Et bocah, gue belom selesai ngomong juga." gerutu Nico pada ponselnya dan dia segera menstater motornya dan melaju dengan kecepatan sedang menuju sekolah.

Nico memarkir motornya dengan tergesah dan langsung berlari tanpa melepaskan jaketnya.

Dia berlari sekuat tenaga mengejar seseorang yang baru saja turun dari angkutan umum.

"Sar." di tahannya pergelangan tangan cewek itu.

Sari terkejut dan seperti salah tingkah.

"Eh Nic." 

"Lo kenapa baru sampe?"

"Tadi bokap gue memenuhi panggilan alam dulu, makanya gue jadi telat gini." kataSari cepat.

Nico hanya mengangguk singkat, pura-pura menerima alasan palsu dari Sari. Jelas-jelas dirinya melihat Sari berada didalam angkot tadi, bukan diantar oleh orang tuanya. Keringat di dahi Sari menambah keyakinan Nico bahwa cewek ini tengah berbohong padanya.

"Nic." panggil Sari menyadarkan Nico dari lamunannya.

"Oh, yaudah. Masuk yuk." ajak Nico dan Sari menurut.

"Lo ngapain? bukannya kelas lo di atas?" tanya Sari saat tahu Nico terus berjalan disampingnya.

"Mau anter lo ke kelas."

"Gak usah ih, lo pikir gue anak SD."

"Menurut gue, iya." ucapnya sambil mencubit pipi Sari.

"Nic! Gue gak suka." bentaknya tanpa sadar.

Nico hanya bisa diam terkejut.

"So-sorry, emosi gue lagi gak stabil, tamu bulanan gue diperpanjang. Bye." setengah berlari Sari meninggalkan Nico dengan dahi berkerut.

"Tamu bulanan diperpanjang? Bisa ya?" gumamnya.

***

"Nin, Sari mana ya?" tanya Nico pada Nindi.

"Tau tuh anak, bel istirahat langsung ngibrit ke luar, kayanya ke toilet deh."

"Gak minta anter lo gitu?" tanya Nico yang di sambut dengan gelengan singkat Nindi.

"Kenapa Nic?" tanya Nindi saat dilihat Nico hanya diam mematung di hadapannya.

"Oh, gapapa." katanya singkat lalu beranjak dari sana.

Tak lama Nico keluar kelas Nindi pun mengeluarkan ponselnya.

"Halo Sar, Nico nyari lo tadi, lo dimana?"

"Doi kayanya mau nyusul lo ke toilet deh."

"Saran gue lo jalan ke arah kantin lewat depan masjid, lo puterin tuh kantin. Gak usah pake jajan segala, buruan." Nindi menghela nafas saat sambungan telpon tadi terputus.

***


TERAS (Tentang Ego dan Rahasia Anak SMA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang