8. PERJODOHAN

152 9 0
                                    

Setelah mendapatkan informasi dari Dicky bahwa Pak Andreas guru agama mereka tidak bisa hadir hari ini membuat Sari bergegas kembali ke kelasnya dan langsung menemui ke tiga sahabatnya.

"Gue free hari ini." ujarnya sumringah yang disambut dengan tepuk tangan ketiga sahabatnya.

"Yeay, asik. Akhirnya bisa ngerumpi lagi." ujar Nindi yang terlihat sangat antusias.

"Oke sekarang jadwal main ke rumah siapa?" tanya Tasya sambil melirik ke tiga sahabatnya.

"Gue...," ucap Astri yang disambut dengan helaan nafas ketiganya. "Kenapa?" tanyanya bingung.

"Ada minum?" tanya Nindi. Astri mengangguk mengiyakan.

"Ada makanan?" kini giliran Tasya yang bertanya. Astri mengangguk lagi.

"Ada...," belum selesai Sari berucap, Astri menyela.

"Ya ampun kalian ini takut banget laper kalo kerumah gue. Kebetulan hari ini rumah gue kosong tapi makanan banyak, jadi lo lo dan lo gak usah khawatir." kata Astri menjelaskan. Ke tiga sahabatnya hanya tersenyum jahil.

Sesampainya dirumah Astri mereka bertiga langsung ngacir ke lantai atas, berebut spot duduk terpewe disana, yaitu sebuah kursi goyang.

"Jadi lo mau cari cowok yang kaya gimana?" tanya Nindi yang sedang melipat kedua kakinya di atas kursi goyang. Nindi yang memang sangat suka dengan sebuah perjodohan bertanya langsung kepada Sari namun Sari yang sedang memperebutan kursi kayu dengan Tasya tidak sadar bahwa pertanyaan itu ditujukan kepadanya.

"Lo Sari, gue nanya ke elo." lanjutnya sambil menunjuk Sari yang akhirnya memilih mengalah dan duduk di lantai bersama dengan Astri.

"Oh buat gue. Kalian beneran mau ngejodohin gue?" tanya Sari yang langsung disambut dengan anggukan ketiganya. "Kenapa gak Tasya dulu aja Nin?" tanyanya dan Nindi langsung menggeleng cepat.

"Pertama, lo liat penampilan Tasya, bondol gitu. Kasian cowoknya nanti, berasa homoan kalo jalan bareng." Nindi melirik Tasya sekilas dan jarinya langsung membentuk huruf V saat dilihatnya Tasya menatapnya kesal.

"kedua, lo tau lah Tasya lagi ngejar siapa, eh sorry maksud gue Tasya lagi suka seseorang, tapi gue gak bisa bantu mereka karena alasan pertama tadi." kali ini Nindi mengangkat kedua tangannya membentuk huruf V lagi sambil tersenyum jahil kearah Tasya. Astri dan Sari menahan tawa mereka.

Sari berfikir sejenak merangkai kriteria seorang pria yang cocok dengannya, "Kaya gimana ya, yang pasti sih se iman. Laki-laki, no brondong okay, no gondrong juga, no smoke, no tindik, no...," uraiannya disela oleh Tasya.

"Katanya lo suka Ray, dia kan ditindik. Gimana sih lo." Tasya langsung protes dengan ucapan Sari yang tidak sinkron.

"Oh iya, lupa gue." ucap Sari cengengesan.

"Ray siapa sih?" tanya Astri penasaran.

"Itu lho Bass Guitar nya d'Masiv." ujar Nindi menjelaskan, saat dilihatnya Astri mengangguk paham, fokus Nindi beralih lagi kepada Sari.

"Emang di sekolah kita ada yang kaya Ray, Nin?" tanya Sari asal.

"Ada Sar, tapi gue gak gitu yakin sih. Soalnya Ray versi SMA PERMATA itu udah jadi inceran Tasya."

~hening sesaat~

"NICO!?" teriak Tasya dan Sari bersamaan, keduanya berpandangan lalu tertawa.

"Tapi Nin, menurut gue yang lebih mirip Ray justru Naufal, cowok yang pernah minta kenalan itu." ujar Astri mengkoreksi.

"DIA PLAYBOY!" seru ketiganya sambil menggeleng membuat Astri berdecak kesal.

"Okay, perjodohan kita mulai besok. Gue ada beberapa kandidat yang diam-diam naksir Sari." ucapan Nindi membuat Sari tersenyum centil.

(Di sekolah)

Pagi ini Nico sedang berbaik hati menjemputnya untuk kesekolah bersama, Sari yang memintanya, karena rumahnya dan Nico searah jadilah Sari meminta pada Nico agar menjemputnya hari ini, dia tidak mau seragamnya kusut karena naik angkutan umum.

Dia harus tampil rapi dan bersih pagi ini, demi cowok yang akan ditemuinya di kelas nanti. Turun dari motor Sari langsung berlari menuju gerbang sekolah meninggalkan Nico yang sedang memarkir motornya. Sebelum berangkat Sari mendapatkan pesan dari Nindi bahwa kandidat pertamanya nanti akan datang lebih awal dan langsung menunggunya di kelas.

Di ambang pintu kelas, Sari berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya, perlahan dia melihat isi kelasnya yang masih sepi, hanya ada satu orang disana, duduk menunduk sehingga Sari tidak bisa melihat wajahnya.

Sari berjalan mendekat, duduk di kursi depan cowok itu. "Hai..." sapa Sari berusaha membuat suaranya terdengar rileks, cowok itu mengangkat wajahnya membuat Sari terkejut. "Lah? Agil..." ujarnya menunjuk cowok yang kini tersenyum malu dihadapannya.

"Hai Sar, gue denger lo lagi cari pacar ya? Pacar pertama?" tanyanya masih dengan senyuman yang membuat Sari entah kenapa, takut.

"Eng...," Sari tidak tau harus jawab jujur atau berbohong.

Sari ingin mencari alasan apapun asal dia bisa pergi dari sini. Dia tidak tahan melihat senyum aneh milik Agil, senyum itu seperti senyuman boneka Anabelle di film horror. Doa Sari terjawab saat ada seseorang memanggil namanya.

"Sar, buku lo ketinggalan nih." ujar Nico dari ambang pintu, Sari menoleh seraya melemparkan senyuman lebarnya kearah Nico. 

Cowok itu bergidik ngeri, "Senyuman jahatnya keluar lagi." batin Nico.

"Oke bentar Co." teriak Sari sambil melepaskan tasnya dan menaruhnya asal, lalu dirinya menatap Agil, tersenyum enggan "Sorry banget ya Gil, gue ada perlu, gue mau bantu Nico belajar dulu tuh anak oon banget matematikanya, duluan ya. Bye." belum sempat Agil menjawab Sari sudah berbalik menghampiri Nico, dan langsung mendorong Nico agar pergi dari sana.

TERAS (Tentang Ego dan Rahasia Anak SMA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang