-04.1-

111K 9.5K 143
                                    

-Just because I don't react, doesn't mean I didn't notice.-

"Aduh!" pekik Celine saat sepatu hak tinggi yang ia pakai menginjak batu jalanan. Kaki yang kemarin bengkak terasa semakin sakit saat pergelangan kakinya terlipat.

"Bye~"

Reinald sengaja berjalan menuju pintu penumpang yang ada di dekat Celine yang kini tengah berjongkok memegang serta memijat pelan pergelangan kakinya. Ia mencoba untuk tidak mengacuhkan Celine, ia ingin membuat Celine sadar bahwa pada akhirnya dia akan tetap membutuhkan bantuannya.

"Hei!" panggil Celine.

Gotcha! Itu yang diharapkan oleh Reinald.

Reinald berusaha untuk menjaga ekspresi wajahnya, kemudian baru membalikkan tubuh dan berjalan mendekati Celine ketika ekspresi wajahnya sudah aman terkendali.

"Tolong aku, kakiku sakit banget," lanjut Celine yang sesekali mengerang kesakitan karena saat ia mencoba untuk berdiri sendiri, kakinya kembali berdenyut. Ia menurunkan harga diri untuk meminta bantuan dari Reinald yang baru saja ditolaknya beberapa menit lalu. Meskipun ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan hidupnya, ibu serta adiknya, namun meminta tolong untuk membantunya berdiri juga tetap bantuan 'kan?

"Gak," tolak Reinald. "Kamu sendiri yang nolak bantuanku, tadi. Omong-omong, yang aku tawarin tadi bukan hanya bantuan yang berhubungan dengan masalah pribadimu, tapi juga hal-hal kecil seperti ini... seperti membantumu berdiri ketika jatuh," jelas Reinald sambil mengangkat bahunya singkat kemudian membalikkan tubuh untuk membuka pintu mobil. Ia masuk ke dalam mobil dan duduk dengan tenang sambil melirik Christopher, yang duduk di kursi penumpang di belakang, tengah memberi makan ikan melalui ipadnya.

Reinald mengamati Celine melalui jendela. Celine masih meringis kesakitan ketika mencoba berdiri sendiri... semua itu terlihat melalui raut wajah Celine yang berkerut.

"Ck! Sial!" umpat Reinald sebelum membuka pintu mobil, dan langsung mengalungkan kedua tangan Celine pada lehernya. Ia mengangkat tubuh Celine di depan dada dengan kedua tangan lalu mendudukkannya di kursi penumpang tepat di samping Christopher yang sudah menatap Celine dengan cemberut.

Reinald menutup pintu dengan keras lalu meraih tas selempang abu-abu serta kantung kertas milik Celine sebelum berjalan memutari mobil untuk duduk di samping supir.

"Ke sekolah Christopher," perintahnya sambil mengenakan sabuk pengaman.

Ketika Reinald menundukkan kepala, matanya menemukan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Ia menyadari bahwa jahitan ritsleting tas selempang Celine sedikit lepas. Reinald menarik pelan ritsleting tas tersebut untuk melihat isinya. Dompet berwarna kuning dengan kulit yang mengelupas di beberapa bagian. Reinald membuka dompet tersebut, ia menemukan beberapa lembar uang dua dan lima ribuan, serta satu lembar uang dua puluh ribuan. Reinald menutup kembali dompet itu, kemduian menemukan perlengkapan wanita yang didominasi warna kuning seperti sisir, kaca, dan ikat rambut. Ia juga menemukan lipstick dan beda. Reinald mencoba untuk membuka kotak bedak tersebut. Ia hanya bisa melihat sisa bedak padat pada tepi kotak besi. Reinald beralih pada lipstick Celine, ia menarik penutupnya secara perlahan, kemudian memutar bagian bawah lipstick hanya untuk mendapati kekosongan di dalamnya. Mau tidak mau, semua hal yang ia lihat tadi membuatnya menghela napas frustasi.

Perjalanan menuju sekolah terasa sangat lama karena gerutuan-gerutuan Christopher yang tiada henti. Christopher terus menyalahkan Celine atas ikan-ikannya yang mati karena diserang monster laut. Celine yang mendengar tuduhan tanpa alasan Christopher, saat itu juga langsung melupakan rasa sakit pada pergelangan kakinya. Celine menekan layar ipad Christopher secara asal.

[SUDAH TERBIT] MY LOVELY DEVILSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang