-I just took one look at you, and then—there was just no turning back.-
"Kak! Kamu beli mobil, ya?"
Dengan langkah tertatih-tatih, Celine berhasil mencapai pintu rumah di mana Felix tengah bersandar sambil bersiul dengan pandangan mengejek padanya, "katanya gak ada duit, kenapa bisa beli mobil?"
"Bukan punya kakak, kamu jangan asal omong deh. Kakak gak beli mobil," jawab Celine sambil ikut melirik mobil kuning kecil yang terparkir rapi di depan pagar rumah mereka dari balik kepala Felix yang menutupi sebagian penglihatannya. Celine menangkap keberadaan dua orang yang memakai seragam abu-abu bertuliskan nama dealer mobil terkenal di balik punggung mereka. Mereka terus-menerus menunjuk rumah Celine sebelum masuk dari pagar yang terbuka dengan map cokelat yang terlihat cukup tebal di genggaman mereka.
Celine mengerutkan kening, tidak mengerti dengan apa yang ia lihat saat ini. celine mendorong badan Felix agar menepi kemudian menghampiri dua orang itu.
"Selamat Siang!" sapa dua orang itu secara bersamaan sambil mengulurkan tangan mereka pada Celine.
Celine mengelap telapak tangan kanannya pada celana kain yang belum sempat ia ganti tadi, kemudian membalas uluran tangan mereka satu persatu.
"Dengan Ibu Celine?" tanya pekerja dengan potongan poni rata dan kacamata berbingkai bulat dengan nametag Rudi.
"Ya," jawab Celine tanpa menutupi raut bingungnya. Celine merasakan keberadaan Felix di balik badannya.
"Mobil itu atas nama Celine?" tanya Felix sambil menunjuk mobil kuning yang sedari tadi menarik perhatiannya.
Rudi membuka amplop yang dipegangnya sebelum menganggukkan kepala kepada Felix. "Iya, atas nama ibu Celine."
"Namanya Celine."
Felix menunjuk Celine dengan jari telunjuknya diikuti dengan sebelah alisnya yang terangkat.
"Boleh kami masuk terlebih dulu? Kami membutuhkan kartu identias Anda untuk memastikan bahwa data telah sesuai sebelum mengalihkan satu unit mobil atas nama Anda."
Petugas lainnya, Anto, berbicara dengan nada tegas sambil mengalihkan pandangannya pada Felix dan Celine secara bergantian.
"Saya gak ikut undian apapun. Saya juga tidak beli mobil," kata Celine.
"Tapi, mobil ini dibeli atas nama Anda," kata Rudi. "Bagaimana jika Anda membiarkan kami mencocokkan data kami dengan data Anda terlebih dahulu?"
"Baik."
Celine menganggukkan kepalanya sebelum mempersilakan mereka masuk. Ia memilih untuk mengabaikan keberadaan Felix yang ikut masuk ke dalam rumah dan duduk di atas kursi kayu sambil mengamati Rudi dan Anto yang sedang membuka amplop mereka masing-masing, sepertinya Felix sudah melupakan jadwal kuliahnya.
Celine meninggalkan mereka di ruang tamu kemudian mengambil kartu identitas dan ponsel di dalam kamar.
"Ini."
Celine menaruh kartu identitasnya di atas meja setelah duduk di samping Felix.
"Baik," Anto mencocokkan data diri Celine dengan kertas yang ia pegang. Anto juga mengiri beberapa kolom yang ada pada kertas yang saat ini diulurkannya pada Celine.
"Maaf, sebelum saya tanda tangan. Saya ingin tegaskan sekali lagi, saya tidak membeli mobil. Kalian tidak salah alamat kan?" tanya Celine sambil mendorong kertas yang diulurkan Anto.
"Oh iya, maaf! Mobil itu dibeli atas nama Bapak Reinald Kurnia, untuk Ibu Celine," jelas Anto sambil membaca kertas yang tadi ulurkannya pada Celine.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SUDAH TERBIT] MY LOVELY DEVILS
Romance[SUDAH TERBIT @COCONUTBOOKS - DIJUAL ONINE] -And in the middle of my chaos, there was you.- Celine tidak mengira bahwa hidupnya, bukan, percintaannya akan dimulai dengan perkenalan yang dicetuskan oleh Jonathan, kekasih dari sahabat baiknya-Rachael...