BR[OK]EN HEART : Eight teen

341 24 0
                                    

"Apa yang lebih perih dari keselek es batu?

Jatuh cinta dan patah hati pada orang yang sama."

<<<

Prilly berlari di koridor rumah sakit sambil membekap mulut nya. Ia terisak, ia sangat terpukul. Begitu mudah nya Ali berpaling hati dengan seorang wanita? Ia saja susah berpaling hati, karna ini adalah first love nya.

Prilly berjalan menuju ruangan nya, dan kembali menidurkan badan dan kepala nya. Ia mencoba melupakan semua apa yang terjadi, tapi semakin ia melupakan, semakin besar pula peluang buat di ingat.

"Apa harus sesakit ini mencintai kamu?" Tanya Prilly dengan diri sendiri.

Prilly menutup mata nya rapat.

"Aku bangun demi kamu. Tapi setelah aku bangun kenapa aku malah menyaksikan kamu berpelukan dengan wanita lain?"

Prilly menghela nafas kasar. Ia membuang jauh-jauh fikiran negatif nya itu. Ia yakin Ali sangat terpukul saat kehilangan, maka nya itu dia memeluk wanita lain. Ya, Prilly yakin.

Decitan pintu terdengar berisik membuat Prilly menoleh ke asal suara. Ia menahan nafas nya. Dan tak berkedip memandang seseorang yang sekarang ada didepan pintu kamar nya.

"Pril.."

Suara itu.

"Aku yakin kamu gak akan tinggalin aku." Lanjut nya.

"Aku minta maaf." Ia membuka suara kembali.

Prilly langsung membelakangi Ali-lelaki yang sekarang telah masuk ke dalam ruangan Prilly.

"Apa segitu benci nya kamu sampai gak mau natap aku, huh?" Tanya Ali. Tapi Prilly tahu ada nada kecewa disana. Prilly menelan saliva nya pelan.

"Kalau kehadiran aku membuat kamu sakit, bilang. Jangan diam dan tiba-tiba hilang lalu pergi. Hati ini bukan tempat singgahan sementara, tapi untuk selama nya." Tutur Ali. "Kalau kamu gak mau natap aku. Aku mau kembali lagi ke ruangan aku." Lanjut Ali.

Prilly memutar badan nya 180○ dan menatap Ali. Kali ini yang Ali liat bukan tatapan benci, melainkan tatapan sedih yang terpancar begitu jelas.

"Ka-kamu nangis?"

Prilly diam. Tapi air mata nya terus menetes.

"Apa alasan kamu nangis gara-gara aku?" Tanya Ali

Prilly masih tetap diam. Memandang mata Ali yang kini mulai sayu.

Dengan bibir bergetar, Prilly menjawab. "I-iya."

"Jadi aku harus gimana biar bisa balikin senyum kamu, hm?" Tanya Ali, kemudian ia berjalan mendekat ke arah Prilly. "Apa aku harus pergi?"

Deg.

Air mata itu langsung menetes lagi. Jantung Prilly kali ini berdetak lebih kencang dari sebelum nya.

"Kalau IYA bilang, kalau Engga bilang. Biar aku bisa kembaliin senyum kamu." Jawab Ali sambil tersenyum.

"Tetap stay disamping aku." Jawab Prilly bergetar.

"Apa kalau aku tetap stay disamping kamu, aku bisa kembaliin senyum kamu?"

Berhenti Li

"Apa dengan ada aku disamping kamu malah membuat kamu semakin sedih? Aku bingung. Sebenarnya aku ini berpengaruh buruk bagi kamu atau baik, sih?" Nada Ali kali ini meninggi.

Li stop..

"Apa kita harus berhenti aja sampai sini, Pril?"

Tes.

Air mata itu jatuh.

Prilly terisak. Ia menunduk menutupi air mata nya.

"Kaya nya kita sampai sini aja, Pril. Aku gak mau buat kamu sedih terus menerus. Ada aku disamping kamu malah buat kamu sakit. Aku gak mau kamu sakit lagi karna aku. Kita putus." Ucap Ali pelan. Kemudian ia keluar dari ruangan Prilly.

Disana, Prilly menangis, hati nya sudah hancur sempurna. Tidak ada lagi yang tersisa. Yang kini tersisa adalah rasa sakit yang begitu dalam. Prilly terduduk lemas di lantai ruangan nya sambil melampiaskan kesedihan nya ke lantai.

Hancur lah sudah tembok yang Prilly buat selama ini. Selama ini Prilly selalu percaya kepada Ali. Selama ini Prillu cukup sabar menghadapi tingkah Ali. Meski terkadang Prilly suka bersikap seperti anak kecil. Tapi itu lah perhatian buat Ali.

Andai saja waktu itu Prilly mendengarkan penjelasan Ali. Bukan nya meninggalkan Ali. Benar kata orang penyesalan selalu datang di akhir. Dan sekaeang Prilly merasakan penyesalan itu. Ia menunduk, air mara nya jatuh ke lantai, ia tak tahu harus bagaimana lagi. Hati nyansudah sangat hancur. Dada nya sesak. Seharusnya ia tidak usah bangun saja sekalian, dari pada bangun malah membuat hati nya sakit.

"Aku salah apa Tuhan sampai engkau hancurkan hati ini?!" Prilly teriak di dalam ruangan sambil memegang dada nya yang sesak.

Dibalik pintu kamar Prilly ternyata ada Ali yang sedang mengintip  kerapuhan Prilly. Hati nya tercubit saat melihat gadis yang ia cinta sangat terpukul. Namun, Ali tidak mungkin menjilat ludah nya sendiri, bukan? Ia hanya ingin Prilly bahagia walau bukan dengan diri nya. Ia tidak ingin membuat Prilly semakin hari semakin sedih. Ia tidak mau membuat Prilly jadi gadis yang lemah. Ia ingin Prilly seperti dulu.

"Semoga ini keputusan terbaik." Gumam Ali, lalu ia berjalan menuju ruangan nya.

-END-

A/n: Hai bagaimana chapter ini? Semoga bagus ya. Semoga feel nya masuk, hehe. Akhirnya cerita ini selesai juga, ya. Setelah saya menanti ber abad abad tahun, cerita absurd ini TAMAT. yay, saya bahagia.

Semoga kalian yang udah baca cerita saya dari awal sampai akhir diberikan rejeki sama Allah swt, Amin.
Jangan lupa vote dan komen cerita ini.
Terimakasih!

BR[OK]EN HEART [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang