BR[OK]EN HEART : seven teen

281 21 3
                                    


Gadis bermata hazel tampak bingung. Karna tiba-tiba saja saat ia bangun semua nya menyilaukan mata. Mata nya kini ia sipitkan biar silauan itu tidak langsung memancar ke mata. Prilly-gadis bermata hazel itu- menatap keseliling. Namun, sial. Gadis hazel itu hanya sendiri disini. Suara kicauan burung membuat ia menoleh untuk mencari asal suara. Detak jantung nya berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Darah nya berdesir deras.

Sontak saja ia langsung terdiam karena suara isak tangis yang semakin mengencang . Gadis brmata hezel itu mencari cari siapa pemilik suara itu. Namun, ia tidak menemukan siapa-siapa.

"Prilly! Pril..!!!"

"Jangan tinggalin kita, Pril. Kita sayang lo. Kita gak mau kehilangan lo. Please Pril buka mata lo."

Mereka semua terisak saat mereka dapat kabar bahwa Prilly telah tiada. Mereka semua tampak terkupul, abang Prilly dan Sandra pun tampak lebih terpukul. Mereka semua menangis, lain dengan Sandra yang mwnangis dalam diam. Memang, air mata nya tidak keluar tapi dalam hati nya ia menangis, meraung sekencang-kencang nya.

"Tan.."

"Arifah, Caca, Adinda tante boleh minta tolong?" Tanya Sandra. Lantas saja mereka mengangguk.
"Bisa tinggalin tante sama Prilly disini? Tante mohon.."

"O-oke Tan."

Mereka keluar dari ruangan Prilly dengan mata sembam. Setelah mereka keluar, tangis Sandra langsung pecah. Ia memeluk Prilly erat. Memastikan bahwa detak jantung Prilly masih ada.

"Nak, bangun... Mama mohon, Nak." Sandra menangis dipelukan Prilly.

"Pril, Mama mohon bangun. Harus gimana lagi biar kamu bisa bangun, Nak? Harus gimana?" Tanya Sandra di sela isak nya.

"Bangun, Pril. Bangun. Mama belom bisa bahagian kamu. Mama belom bisa buat kamu bangga. Nak, mama mohon bangun." Isak Sandra semakin keras. Bahu nya bergetar hebat apalagi kini air mata nya mengalir deras.

"Prilly sayang, bangun, Nak."

Dimas, Alfan, Brian, Dani menatap kerapuhan Mama nya dibalik etalase kaca. Mereka sakit saat melihat Mama nya itu begitu terpukul. Rasa nya mereka tidak kuat. Rasa nya mereka telah gagal menjadi anak dan sekaligus menjadinseprang Kakak.

"Ini semua gara-gara Ali bangsat!" Dani mengepal tangan nya. Ia meremas rambut nya frustasi.

"Dan, sabar."

"Ini semua emang gara-gara dia, Dim! Lo gak tahu betapa rapuh nya Mama! Betapa sakit nya Mama liat Prilly udah gak ada! Lo.." Dani terisak. "Gue sebagai anak merasa gagal. Sekaligus gagal menjadi kakak yang baik buat Prilly."

"Gue harus balas dendam ke Ali! Gue mau dia mati juga!"

"Dani. Semua itu bukan salah Ali. Itu takdir yang udah dirangkai sama tuhan. Mama minta tolong ikhlasi adek kamu. Biar dia tenang. Mama mohon, Nak." Ucap Sandra bergetar. Bahu nya naik turun.

"Tapi Ma-"

"Mama mohon. Apa susah nya Dani? Apa? Seharusnya yang disalahi itu kalian! Karna kalian gak bisa jagain adek kalian baik-baik! Bukan salahi orang lain!"

"Oke Ma. Dani minta maaf."

"Sekarang urus jenazah adek kalian. Mama mau beresi baju-baju Prilly dulu." Ucap Sandra. Kemudian meninggalkan ke empat anaknya disini.

***

Ditempat yang sama tapi diruangan yang beda Ali sedang melamun di atas kasur rumah sakit. Lelaki bermata elang itu memikirkan kekasih nya. Seharus nya ia ada di ruangan Prilly bukan nya berdiam disini sendiri sambil menikmati nasib yang malang.

BR[OK]EN HEART [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang