Dengan helaan napas, Prilly hanya bisa tersenyum menutupi semua kesedihan yang selama ini ia pendam. Matanya melirik ke arah pintu kelas sambil menatap lelaki berbadan tegap dan mempunyai mata teduh sedang berjalan ke arahnya. Ia memasang muka se-ceria mungkin agar lelaki didepan nya tak curiga.
"Pril? Hello? Hei?"
Bukan terkejut, hanya saja ia tersentak kaget. Aelah sama aja itu author!
"Kenapa, Max?" Tanya Prilly serak.
"Lo kenapa? Sakit? Apa perlu gue panggilin dokter pribadi gue?" Tanya Maxime khawatir seraya memegang jidat Prilly yang agak panas.
"Ih Max! Lo bisa ngga usah buat gue baper."
"Hehe, tapi lo suka, kan? Jujur aja." Katanya lalu duduk disamping kursi Prilly. Ia menyubit pipi Prilly gemas dan mengacak rambut Prilly. Kemudian, Maxime menatap mata hazel Prilly."Lo lagi se—"
"Permisi gue mau duduk disini. Bisa lo minggir?" Potong lelaki didepan nya ketus. Maxime menatap lelaki itu tajam lalu berdiri.
"Prill, gue kekelas dulu ya." Ucap Maxime lembut lalu mengelus pucuk kepala Prilly dengan sayang. Prilly tersenyum canggung lalu mengangguk ngerti.
Sedangkan lelaki di samping nya hanya menatap nya datar. Prilly mengangkat alis nya sebelah, kemudian berdiri ingin meninggalkan kelas. Namun, nihil tangan nya ditarik kuat oleh lelaki di belakang nya.
"Bisa lo lepasin tangan gue?! Gue mau keluar!" Teriak Prilly delapan oktav. Tapi, lelaki itu tak bergeming. Ia menatap Prilly dingin dengan wajah yang datar.
"Gue mau ke kantor Kepala Sekolah. Anteri gue," Katanya dingin lalu menarik tangan Prilly kasar. Prilly tak menyangka. Dalam hatinya ia bergerutu Untung ganteng! Kalau engga bisa gue mutilasi juga lu!
"Eh anjir lepasin! Swakit tuangan guee!"
"Eh upil kuda lepasin gue! Tolong!"
Lelaki itu sudah habis kesabaran. Kemudian ia membekap mulut perempuan di depannya dan berkata, "Kalau lo ga diem, gue cium lo," Ancam nya. namun membuat prilly tetap berteriak. Dengan napas yang memburu lelaki itu mencium bibir Prilly paksa."Aaaaa!!!!!!! Gue udah kagak polos lagi!! Mama!! Abang!!" Prilly menangis kejer sambil meninju dada bidang lelaki itu. Ia menangis namun kelihatan lucu bagi lelaki itu.
BUGH!
Lelaki itu tersungkur ke lantai sambil memegang pipinya yang perih. Sedangkan Prilly, Ia di peluk oleh dua lelaki yang sedang mengamankannya. Dikoridor siswi dan siswa melihat film gratis sambil berteriak heboh.
"BISA GA LO JANGAN MAIN NYOSOR AJA?!" Tonjokkan sekali lagi membuat lelaki di depan Brian jatuh kelantai kembali. Brian mengambil kerah baju lelaki itu lalu melayangkan tonjokkan nya lagi.
"PRILLY!!!"
***
Mereka duduk di luar UGD Sambil menyesalkan perbuatan nya. Brian yang sedari tadi yang selalu menyalahkan diri nya sendiri hanya bertunduk pasrah. Bukan sekali atau dua kali mereka melakukan kesalahan, namun berkali-kali. Yang sekarang mereka rasakan, hanya penyesalan tiada guna nya. Sedangkan itu, Maxime dan lelaki itu hanya duduk, Tapi tidak dengan lelaki itu, lelaki itu hanya memasang wajah sedatar mungkin. Sedangkan Maxime hanya terus menghela napas sambil menunggu Dokter keluar dari ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BR[OK]EN HEART [END]
Novela Juvenil[End] #rank726 Sinopsis : Apa yang lebih sakit dari sekedar patah hati? Mencintai dan patah hati pada orang yang sama dan dalam waktu yang sama. Kisah ini mengisahkan sebuah dua insan yang menjalin asmara. Awal nya satu di antara nya yang memaksa...