PART (12)

1.9K 77 4
                                    

    Memantapkan pilihan untuk Setia seumur hidup kepada husna tentu yak sepenuhnya benar,  karna Hasan dan Husain tentu membutuhkan seorang ibu meski Mahdi telah mulai terbiasa menjadi ayah sekaligus ibu bagi Hasan dan Husain. 
        Mahdu melangkahkan kakinya menuju loby,  inilah rutinitasnya setiap siang, pukul 13.30 ia harus sudah siap untuk menjemput Hasan Husain. Setiap hari mahdi selalu melakukan ini, izin kerja setiap jam 13.00-14.30 dan setiap hari pula Raina dengan senang hati meng -iya kan permohonan itu,  meski ada jadwal meeting.
     Perjalanannya menuju sekolah kedua anaknya ia lewati dengan lantunan Zikir, dan shalawat. Ia masih ingat betul bagaimana lantunan suara indah sang bidadari yang selalu ia dengarkan setiap kali disisinya. Kehilangan Husna memang sangat menggoreskan luka yang dalam, meski Mahdi masih sering menjumpai Husna di mimpi indahnya.
  "Bii.. Tadi Husain kena hukuman. "Keluh Husain dengan nada memelas
"Hukuman?  Memangnya kamu melakukan kesalahan apa?. "
"Husain tadi lupa mengerjakan PR bii. "

    Mahdipun tersenyum..
"Tidak apa-apa sayang.  Maafin abii ya,  abi ga selalu bisa ngingetin kalian kalau ada Pr. "
(Keduanya tersenyum)

"Biii.  Hasan kangen sama tante Anna. "
"Iyaaa biii.  Husain jugaaaa.."
"Kalian kangen tante Anna? Iya nanti kita kerumah tante Anna ya sayang.  Sekarang bii masih harus menyelesaikan pekerjaan dulu setelah mengantar kalian. "
"Iya deeh biii.. "

     Mahdi pun mengantar anaknya sampai masuk kedalam rumah,  dan menyempatkan diri untuk memasak telur mata sapi sejenak. Setelah semua selesai,  ia bergegas kembali ke kantor dan menyelesaikan pekerjaanya.

  Hari yang sangat melelahkan,  hari ini hatinya sangat gelisah ntah mengapa. Mahdi pun mengambil segelas air mineral, pintu ruangan diketuk...

"Iya silahkan masuk. "

  Seorang wanita masuk ke ruanganya, ternyata Raina si cantik yang Wibawa itu membawa setumpuk map. 

"Mahdi, sepertinya ada pekerjaan tambahan untukmu."
"Silahkan letakan saja di meja, nanti akan segera saya selesaikan."
"Boleh saya duduk disini? Saya ingin membicarakan sesuatu dengan kamu mahdi."

Keduanya duduk berhadapan, dengan Mahdi yang selalu tertunduk menjaga pandangan.

"Bisa kamu lihat ke saya sekarang?."
"Afwan, tapi bisa kan bicara tanpa harus tatap mata?."
"Saya mengerti, tapi ini hal penting."

   Dengan terpaksa, mahdi pun menuruti perkataan Raina.
"Saya mencintai kamu, mahdi."
"Mudah sekali kaamu bicara cinta. Apa kamu mengerti apa itu cinta?. Dan bagaimana ia bisa tumbuh?"
"Saya mengerti, kamu memang tidak pernah menanam perasaan apapun kepadaku dan memang seharusnya tidak. Tapi, apa kamu tidak ingin kembali memiliki pendamping hidup?"
  Mahdi hanya terdiam menanggapi perkataan Raina.
"Saya tahu, kamu pasti butuh waktu. Jangan lupa ya pekerjaannya harus selesai besok pagi. Dan bilang, bahwa besok tetangga mu itu sudah bisa masuk kerja."
"Iya, terimakasih raina. Kamu sangat baik."

  Raina meninggalkan ruangan mahdi, ia menangis tersedu-sedu disepanjang lorong kantor. Ia sangat tak percaya bahwa jawaban mahdi sedingin itu. Padahal ia bersedia menjadi seperti Siti Khadizah yang rela memberikan semua kekayaanya demi Rasulullah Saw,.
   Jam kantor berakhir, dan pekerjaan tambahan pun tlah Mahdi selesaikan dengan sangat baik.  Mahdi memacu mobilnya dengan kecepatan sedang,  ia sama sekali tak memikirkan apa yang baru saja terjadi kepadanya , lamaran Raina tadi siang itu ternyata sama sekali tidak hinggap di fikirannya. Seperti tak ada lagi luang bagi perempuan lain untuk menggantikan posisi Husna disana.
    Mahdi mengetuk pintu rumahnya. Dan ternyata yang membuka adalah Anna, sebenarnya mahdi agak kesal dan sebal jika Anna main krumahnya. Bukan karna Anna menjengkelkan, namun karna kemiripan wajahnya dengan Husna yang selalu membuat mahdi jatuh cinta. Jatuh cinta hanya pada kemiripanya, bukan kepada orangnya.

"Eh kak mahdi udah pulang,." Sambut Anna
"Iyaa naa, kapan datang?."
"Sudah lama kak. Ibu yang menyuruh aku untuk menengok anak-anak. Aku buatkan teh hangat ya kak."
"Hhmm. Iya naa, ibu sehat?."
"Sehat kaak. Sebentar ya kak, kedapur dulu."
"Iyaaa. Naaa."

   Anna mulai melangkahkan kakinya menuju dapur, tiba-tiba mahdi kembali memanggil.

"Naa?"
"Iyaa kak?"
"Anak-anak kemana?."
"Ada lagi tidur kak dikamar, kecapekan main kayaknya kak. Hehe."
"Hhmm gtu, kamu disini berapa hari?."
"Gak tau kak, tapi gak akan lama-lama kok, takut jadi fitnah."

Mahdipun mengangguk dan segera menuju kamarnya untuk bersiap-siap mandi, sementara Anna sedang menyiapkan teh hangat dan makan malam untuk Mahdi dan Anak-anaknya.
   Sebenarnya Anna sangat pantas untuk menggantikan posisi Husna, namun jodoh tak ada yang tahu. Mahdk tetap bersikeras untuk setia hanya kepada Husna nya tercinta.
   Bell rumah berbunyi, Anna pun membukakan pintu. Ternyata pak Romi dan Lisa.

"Istrinya Mahdi ya?." Ujar pak Romi.
"Hhmm bukan pak,saya adiknya."
"Oaalaaa, nak Mahdinya ada?."
"Ada pak, sebentar saya panggilkan dulu."

    Anna melangkahkan kakinya menuju kamar Mahdi, dan mengetuk pintunya.

"Kak mahdi, ada Bapak-bapak didepan bersama perempuan cantik mencari kakak."
  Mahdipun membuka pintu.
"Iya Naaa, sebentar ya saya tinggal dulu, coba tolong kamu lihat anak-anak, dan ajak makan mereka."
"Iyaa kak."

******


A/N::


Uuunncch part 12 eaak? Makasih banyak ya buat pembaca setiaaa. Makaasih kepada Allah swt,. Yang udah ngasih kesempatan buat lanjutin cerita ini. Hehehe. Mmhhh C&V yaaaaa all.
Love u everybody.. Hehe mmuuaachh😘☺😍😍

Ana Ukhibukii Fillah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang