Vote + comment nya mana nih?
⚪⚪⚪
Kunci merelakan adalah menerima.
Zahra Arsyila Malik.
***
Bel istirahat pun berbunyi membuat seluruh murid di dalam kelas berhamburan. Kecuali Zahra dan teman-temannya. Mereka masih sibuk mempersiap rencana yang akan mereka jalankan.
"Ra lo gak kekantin?" tanya Salsa sambil berdiri di samping Zahra.
"Enggak ah, gue mau ngasih tahu sama sopir gue dulu kalo hari ini kita bakalan ke rumahnya Dika." jawab Zahra sambil mengotak-atik ponselnya mencari kontak nama sopirnya.
"Oh yaudah, kita bakalan nemenin lo disini." sahut Vina sambil menatap ke Zahra.
Seketika cewek itu memperlihatkan rentetan gigi putihnya.
"Makasih ya emang kalian itu sahabat ter-ter-ter the best yang gue punya."
Vina dan Salsa, mereka saling tatap mendengar perkataan absurd dari satu temannya ini. Kadang-kadang otaknya itu bisa geser tanpa sebab.
"Alay lo," cibir Vina.
"Lebay lo," ucap Salsa tidak mau kalah.
"Gini-gini kalian sayangkan sama gue." ucap Zahra, bangga. Tidak lupa juga memperlihatkan senyum manisnya.
Mereka berdua hanya bisa geleng-geleng kepala. Dan berusaha membenarkan apa yang cewek itu katakan.
Jujur Zahra sendiri juga bingung, bagaimana bisa sifat aslinya yang ketus, jutek, gengsian itu bisa berubah 180° saat ia bersama dengan para sahabatnya. Cewek itu merasa dunianya seakan berubah. Ia merasa hidupnya lebih berwarna dan penuh kebahagiaan.
"Fiks, gue rasa ya Ra lo itu udah tertular virus alay Mario." ucap Vina.
Salsa mengangguk setuju. "Bener banget tuh Ra. Padahal dulu lo nggak gini-gini amat. Tapi sejak lo banyak bergaul sama otak setengah lo jadi ikutan kan alaynya."
"Bener banget tuh Ra," sambung Vina.
Zahra mengernyitkan dahinya. "Siapa otak setengah?"
Mereka berdua mendengus pelan. Memang jika ingin menjadi orang sabar itu penuh tantangan dan cobaan.
"Tuhkan lo lemot sekarang," ucap Salsa, kesal.
"Kayaknya lo kebanyakan micin deh Ra. Mending lo kurang-kurangin deh makan micinnya sebelum berakibat fatal buat lo!" ucap Vina sangking kesalnya.
Sedangkan Salsa mengelus kedua pundak Vina berusaha membuatnya lebih tenang.
"Sabar Vina! Orang sabar di sayang pacar."
"Eh lo nyindir gue? gue kan nggak punya pacar, jadi mana tahu gue gimana rasanya di sayang pacar." ucap Vina, kesal.
Salsa menghembuskan napasnya lelah. Niatnya ingin bercanda, eh malah terbawa perasaan. Memang susah jika ngobrol bersama orang yang jomblo akut.
"Gue lupa kalo lo jomblo. Hahaha," ledek Salsa, lalu diiringi gelak tawanya.
"Kayak lo nggak aja," balas Vina tidak terima.
Seketika tawa yang terpancar di wajah Salsa memudar. Cewek itu baru sadar jika dirinyapun juga masih jomblo. "Iya juga ya, hehehe."
Sedari tadi Zahra yang berada di dekat mereka ia tidak ingin ambil pusing tentang kedua sahabat absurdnya itu. Menurutnya kejadian seperti tadi sudah sering ia lihat di kala sedang bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention
Teen FictionMuhammad Adam Wijaya, seorang The Most Wanted di SMA Angkasa. Tapi terkesan dingin, kecuali untuk keluarga dan para sahabatnya. Pendiam, tapi ia selalu menjadi juara kelas, dan juga menjadi ketua team ekskul karate di sekolahnya. Sifat dinginnya itu...