• Attetion #12Diam •

3.6K 159 0
                                    

Terkadang diam itu lebih baik.

M. Adam Wijaya

***

Pagi menjelang siang cuacanya sungguh cerah. Tapi tak secerah hati manusia ciptaan Tuhan yang sedang bermusuhan—yaitu Adam dan Zahra. Walaupun kejadian mereka ribut itu kemarin, tetapi dampaknya masih sampai sekarang. Sampai hari ini  mereka belum ada yang saling menyapa. Melainkan hanya saling pandang satu sama lain. Walaupun duduk mereka berdampingan, tetapi sikap mereka bagaikan orang asing yang belum saling mengenal.

Seharusnya, ada salah satu diantara mereka yang harus meminta maaf terlebih dahulu, karena memang terbukti bersalah. Itu seharusnya yang Adam lakukan. Tetapi entah kenapa, ia lebih memilih diam. Mungkin saja otak dan hatinya tidak sinkron. Jadinya agak gengsi kalo harus meminta maaf.

Terbukti bahwa, walaupun menjadi teman sebangku, bukan berarti bisa menjadi teman dekat. Mereka berdua buktinya. Dari pagi menjelang siang sikap mereka berdua masih sama. Sama-sama datar dan lebih memilih untuk diam. Dan sikap mereka itu yang membuat teman-temannya keheranan.

"Heh lo berdua, lo masih belum akur juga?" tanya Radit sedikit berteriak heran melihat kedua sikap temannya. Beruntung di dalam kelas tidak ada guru, jika ada mungkin Radit akan mendapatkan hukuman 10 kali keliling lapangan, atau kalo tidak ia akan di suruh membersihkan toilet yang baunya langsung membuat orang mati dadakan.

Radit sedang berteriak heboh. Sedangkan yang mendapatkan teriakan hanya diam tidak menggubris. Mungkin Adam dan Zahra hanya menganggap itu seperti kicauan burung, jadi tidak perlu untuk di tanggapi.

Radit mendengus sebal sambil mengelus dada, supaya Tuhan mau memberikannya kesabaran. Mungkin juga ia sadar bahwa harus sabar menghadapi dinginnya es dan juga panasnya api. Itu mungkin ungkapan yang cocok untuk Adam dan Zahra.

Tapi siapa yang es dan siapa yang api diantara mereka?

Angga pun ikut heran melihat tingkah Adam dan Zahra. Kemarin mereka heboh, berteriak-teriak, beradu argumen. Tetapi anehnya hari ini mereka malah diam seribu bahasa.

"Lo berdua belum akur?" tanyanya lagi.

Yang merasa ditanya sejak tadi, akhirnya mereka berdua menoleh. Mengeluarkan satu suara yang membuat temannya terheran-heran. "NGGAK."

Itu jawaban paling ambigu yang mereka dapatkan dari mulut mereka berdua. Maksud dari kata ‘nggak’ itu apa? ‘nggak akur’ atau ‘udah nggak marahan’. Kan bingung. Di tanya ‘lo berdua belum akur?’ malah jawabnya ‘nggak’, anehkan?

"Wah, kompak banget lo berdua ngomongnya sampe barengan gitu." Viona hanya bisa geleng-geleng kepala."Maksudnya nggak apa nih? Ngomong jangan setengah-setengah dong! Lagian lo Ra, mau ikut-ikutan Adam ngomongnya cuma sekata? Lo itu nggak pantes kalo mau ikut-ikutan dia." cibir Viona.

"DIAM!" ucap Adam dan Zahra lagi-lagi berbarengan.

"Bisa barengan lagi? Jangan-jangan lo berdua jodoh." ucap Radit, lalu mendapatkan pelotototan tidak terima dari orang yang bersangkutan.

●●●

Bel istirahat sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu. Saatnya untuk para murid pergi dari ruang kelas. Ada yang ke kantin, ke perpus, dan ada juga yang sengaja pergi mushola. Biasanya itu dilakukan anak-anak yang sholeh dan sholekhah.

Adam masuk tidak dalam kriteria di atas?

Adam? Lumayan bisalah masuk ke kriteria tersebut. Karena ia juga sering pergi ke mushola saat waktunya salat dhuhur ataupun salat dhuha saat jam istirahat.

AttentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang