Mata adalah jendela hati. Kita bisa menebak suasana hati seseorang hanya dengan menatap matanya.
-◇◇◇◇-
Semua murid kelas XI IPA 5 menuruti perintah Pak Mamad untuk pergi ke taman belakang sekolah. Termasuk juga Zahra, Adam, Viona, Radit, dan juga Angga. Mereka harus mempertanggung jawabkan apa yang telah mereka lakukan.
Mereka semua di tugaskan untuk membersihkan dedaunan kering, mencabuti rumput liar, dan juga membersihkan sampah-sampah yang berserakan.
Seharusnya sampah di buang pada tempatnya, tapi masih banyak siswa yang melanggar tata tertib tersebut. Sebenarnya mereka semua tahu tentang peraturan itu. Tetapi mereka seakan-akan tuli, mereka hanya mendengar tetapi tidak pernah mau melakukannya. Seperti pepatah mengatakan 'masuk telinga kanan, keluar telinga kiri'.
Padahal sampah memiliki dampak yang besar untuk bumi. Contohnya saja sampah plastik dan sejenisnya itu dapat mengurangi kesuburan tanah di bumi. Karena sifat mereka yang tidak mudah terurai. Membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk menunggu semacam sampah plastik terurai. Tidak hanya berbulan-bulan, bahkan sampai bertahun-tahun.
"Huh, capek banget gue Ra." ucap Viona sambil mengelap tetesan keringat yang sudah mulai mengucur di dahinya.
Sepertinya yang merasakan hal itu tidak hanya Viona. Tapi hampir semua teman-temannya. Bagaimana tidak, mereka mendapatkan hukuman setelah jam istirahat. Otomatis terik matahari sudah menyengat dan juga hampir sudah berada di atas kepala.
"Sama kali Vio." ucap Zahra sambil menetralkan detak jantungnya yang berdetak kencang.
Banyak murid yang menggerutu kesal. Karena perintah pak Mamad yang dianggapnya terlalu sadis, tapi ada beberapa juga dari mereka yang menyadari bahwa ini memang salah mereka sendiri, mengabaikan tugas yang di berikan oleh seorang guru. Mereka harus mempertanggung jawab kan apa yang telah mereka lakukan. Ada sebab ada akibat.
Dan dari dalam kelas tidak sedikit para murid yang menatap ke arah taman belakang lewat jendela disisinya. Mereka menatap dengan tatapan memuja. Terutama murid perempuan. Mereka fokus menatap ke arah taman belakang, bukan melihat pemandangan dari taman, melainkan sedang menatap Adam cs (Adam,Radit,Ahmad) yang mereka anggap sebagai idola mereka. Mereka sampai berteriak histeris.
"SUMPAH KAK ADAM GANTENG BANGET"
"NJIR, GANTENG BANGET "
"CALON SUAMI GUE RAJIN BANGET"
"NGAREP LO"
"SYIRIK AJA LO"
"KAK LIAT SINI DONG, AKU PUNYA MINUMAN NIH BUAT KAKAK. PASTI KAKAK HAUS DECH"
"DASAR CEWEK GANJEN LO"
"SUKA-SUKA GUE MULUT-MULUT GUE. SOK KECAKEPAN LO"
Begitu seterusnya mereka.
Adam yang merasa dirinya dijadikan objek, ia berusaha tidak mendengar pujian dari mereka. Daripada mendengar pujian dari mereka, ia lebih memilih mendengarkan musik di earphone miliknya.
Bukannya Adam tidak suka jika dirinya mendapatkan banyak pujian. Tetapi ia berfikir, ia bukanlah orang yang se-sempurna itu. Ia hanya manusia biasa yang memiliki banyak kesalahan. Ia tidak mau takabur, karena dirinya tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan Tuhan yang sudah menciptakannya, yaitu Allah Swt.
"Dam, kok lo diem aja sih. Di panggil noh sama fans-fans lo." ucap Radit. Lalu ia menempelkan tangan kanannya di bibirnya(kiss bye), kemudian ia arahkan ke para fans yang berteriak histeris tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention
Teen FictionMuhammad Adam Wijaya, seorang The Most Wanted di SMA Angkasa. Tapi terkesan dingin, kecuali untuk keluarga dan para sahabatnya. Pendiam, tapi ia selalu menjadi juara kelas, dan juga menjadi ketua team ekskul karate di sekolahnya. Sifat dinginnya itu...