• Attention #13SweetMoment •

3.3K 154 0
                                    

Sikap lo susah banget buat di tebak. Terkadang lo ngeselin, tapi terkadang lo juga manis. Itu yang buat gue bingung nebak kepribadian lo.

Zahra Arsyila Malik

***

Zahra senangnya bukan main, karena akhirnya ada juga orang yang menjemputnya. Jadi ia tidak usah repot-repot untuk mencari kendaraan umum. Kebahagiannya hari ini bukan hanya itu, tetapi di tambah lagi dengan orang yang menjemputnya bukan orang yang biasanya mengantarkanya ke sekolah, melainkan sang sahabat sejak masih SD.

Zahra berjalan menuju gerbang depan sekolah dengan senyuman yang mengembang, sambil sesekali ia menyanyikan lagu favoritnya.

Setelah sampai depan sekolah, Zahra tidak tinggal diam. Ia langsung berlari menghambur ke pelukan sang sahabat yang sudah menunggunya untuk pulang bersama.

"Dikaa, sumpah gue seneng banget bisa ketemu lo lagi."

Ya sang sahabat itu adalah Andika. Saking senangnya Zahra memeluknya dengan sangat erat hingga yang mempunyai tubuh mengaduh kesakitan.

"Uhuk uhuk. Ra gue nggak bisa napas."

Zahra segera melepas pelukannya dengan bibir yang masih tertarik ke atas.

"Sorry, saking excited nya gue sampe nggak nyadar."

"Iya gue ngerti."

"Beneran? Lo nggak ada yang lukakan, atau lo nggak ada yang sakitkan." cerocos Zahra sangking paniknya. Bagaimana bisa ia menyakiti sahabatnya, apalagikan Dika kan baru saja sakit. Dan Zahra yakin pasti belum sembuh total.

"Nggak kok gue baik-baik aja." jawab Andika sambil mengacak-ngacak rambut Zahra. Dan yang punya rambut pun tidak terima jika mahkotanya di acak-acak.

"Jangan kenceng-kenceng dong ngacak-ngacaknya! Entar rambut gue rusak."

Andika hanya tersenyum mendengar ocehan Zahra.

"Kalo nggak kenceng ya berarti bukan ngacak-ngacak, tapi ngusap." pembelaan Dika pada dirinya.

"Bener juga ya. Eh mau ngapain? Mau ngacak-ngacak rambut gue lagi? Ini udah berantakan tuh." semprot Zahra lagi saat melihat tangan Andika terulur ke arah kepalanya.

Andika mendengus pelan. "Siapa juga sih yang mau ngacak-ngacak rambut lo lagi. Suqdzon mulu,"

Lalu tangan Andika kembali terulur ke arah kepala Zahra. Ia membenarkan tata letak rambut yang sempat ia aca-acak tadi. Ia dengan telaten merapikan rambut Zahra yang lumayan berantakan karena ulah dirinya.

Perlakuan itu membuat Zahra tersentak. Kaget dan juga nyaman. Mungkin itu yang dirasakannya, tapi ada juga rasa malu. Apalagi ini kan tempat umum, jadi banyak orang yang melihatnya.

"Eh-eh ngapain?"

"Ck, pake nanya lagi. Ya benerin rambut lo lah. Tadi kan gue yang ngacak-ngacak, jadi gue juga yang harus benerin. Laki-laki sejati itu harus bertanggung jawab sama apa yang udah ia lakuin."

Zahra merasa speechless, karena baru kali ini ia mendapat perlakuan seperti ini selain dari Ayahnya. Dan seumur-umur ia bersahabat dengan Andika, baru kali ia bersikap seperti ini. Dulu memang sering Dika mengacak-ngacak rambutnya. Tapi hanya sebatas mengacak-ngacak, tanpa mau untuk merapikannya lagi. Dan anehnya lagi, sejak kapan Dika berbicara sok manis seperti ini?

AttentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang