Hujan turun sangat deras saat aku baru saja sampai ke rumah baruku sepulang sekolah. Hari pertamaku tinggal di Bandung, hari pertamaku pindah sekolah, hari pertamaku naik bus sendiri untuk pulang ke rumah baru, benar-benar melelahkan. Mama dan Papa sibuk dengan pekerjaannya dan tidak bisa menjemputku sepulang sekolah. Padahal ini hari pertamaku bersekolah sehingga aku belum punya teman untuk bisa diajak pulang bersama. Alhasil, aku sukses kesasar gara-gara salah naik bus.
Rumah baruku juga sangat menyeramkan, setidaknya begitulah menurutku. Rumah baruku cukup besar, namun bangunannya sudah tua. Lantai kayunya berderit ketika diinjak. Di sisi pojok ruang keluarga terdapat sebuah piano tua. Di sebelahnya, terdapat sebuah pintu yang dilarang dibuka oleh Mama dan Papa. Menurut mereka, itu pintu menuju gudang bawah tanah. Halaman belakang rumah juga sangat besar dan luas, serta tidak terawat. Terdapat sebuah pohon beringin yang sangat besar dan dibawahnya ada kolam ikan yang ikan-ikannya sudah mati.
"Ma, ini rumah beli ke siapa sih? Kok serem banget!" komentarku saat kami baru saja sampai tadi pagi.
"Serem apanya? Ini tuh antik!" tukas Papa. "Bangunannya masih bergaya Belanda."
"Tapi serem, Pa!" keluhku. Mama langsung mengelus kepalaku, berusaha menenangkan.
"Ini rumah paling murah yang bisa kita temui di Bandung. Nanti kalau uang Mama dan Papa udah cukup, kita bisa pindah." kata Mama sambil tersenyum.
Aku tiba-tiba merasa merinding, padahal aku hanya mengingat percakapanku dengan kedua orangtuaku di pagi hari. Usai berganti baju di kamarku yang berada di lantai 2, aku menuju dapur untuk memasak. Perutku sudah sangat keroncongan. Aku berlari menuruni tangga. Setiap pijakanku pada anak tangga menghasilkan suara deritan yang cukup mengganggu telinga.
Namun, usai menuruni anak tangga terakhir aku malah tertarik untuk pergi ke halaman belakang. Tangga berada di ruang keluarga, dan dari ruang keluarga, halaman belakang rumah terlihat sangat jelas, karena jendelanya yang besar dan pintunya yang juga terbuat dari kaca transparan. Aku belum sempat melihat halaman belakang rumah tadi pagi, karena begitu sampai aku langsung bersiap pergi ke sekolah.
Hujan saat itu belum reda sepenuhnya. Tapi aku santai saja mengelilingi halaman belakang rumah tanpa mempedulikan kepala dan bajuku yang kebasahan. Rumputnya cukup tinggi dan becek terkena hujan. Daun-daun kering berserakan. Puas berkeliling, aku pun memutuskan untuk duduk di bawah pohon beringin karena disana terdapat sebuah bangku kayu yang sudah agak lapuk. Melihat bangkai ikan-ikan yang entah sudah berapa lama berada disana.
"Ya ampun kasihan banget ikan-ikan ini!" Aku memandangi ikan-ikan tak bernyawa di kolam ikan itu. "Tapi kok, nggak ada kucing yang ambil ya? Padahal kolamnya rendah!"
Tuk! Sesuatu jatuh ke kepalaku. Sebuah sandal jepit berwarna putih yang basah dan sudah lusuh terkena lumpur. Aku kebingungan.
Namun ketika aku mendongakkan kepala, aku melihat sesosok perempuan bergaun putih tergantung di atas pohon beringin. Wajahnya tertutup rambut hitam yang panjang, kulitnya putih pucat, dan sebuah tali tambang melingkari lehernya. Di kaki kirinya, terpasang sebuah sandal jepit yang sama dengan sandal jepit yang baru saja jatuh menimpa kepalaku. Aku langsung berdiri panik, menjauhi pohon sambil berjalan mundur.
BRUKK! Tubuh yang tergantung di atas pohon itu tiba-tiba saja jatuh dan membuat kursi kayu lapuk -yang baru saja kududuki sebelumnya- hancur. Sempat shock, aku akhirnya berhasil berlari menjauh dan masuk ke dalam rumah. Buru-buru kututup pintu kaca dan jendela dengan gorden. Aku pun balik badan, memutuskan untuk kembali ke kamar.
"Mau kemana?" tiba-tiba saja, tubuh yang tergantung tadi sudah ada dihadapanku, bertanya sambil menyeringai. Memperlihatkan gigi-gigi putihnya yang patah disana-sini.
***
P.S: Halo :D Ini cerita horror pertamaku, jadi maaf yaa kalau ceritanya aneh dan berantakan :)
Minta kritik dan sarannya juga yaa :)
Kalau berkenan tinggalkan vomment nya juga ya😁
Thankyou^^
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are (Not) Alone
HorrorTahukah kamu, kalau kamu tidak pernah sendirian, sekalipun saat itu tidak ada siapa-siapa selain dirimu sendiri di rumah? Setidaknya begitulah, pengalamanku. [COMPLETED] Bacalah sampai kisah ini selesai, kalau kau bisa menebak akhir ceritanya, tanda...