16. Sisi yang Lain

1.1K 101 22
                                    

Lari.

Hanya itulah yang ada di pikiranku sekarang. Tidak peduli hujan yang mengguyur tubuhku membuat tulang-tulangku terasa ngilu, atau kemungkinan bahwa Elise bisa muncul di mana saja tanpa perlu repot-repot berlari mengejarku. Aku hanya ingin berlari.

Aku tidak mau masuk ke ruang bawah tanah.

Aku, belum siap mati.

Dengan piyama tipis yang kini basah kuyup dan menempel ketat di kulitku, aku terus berlari tanpa arah. Menembus hujan.

Sementara Elise, entahlah. Yang jelas, cekikikannya masih kudengar dengan jelas di telingaku. Rasa sakit akibat kuku-kukunya yang menancap di kakiku saat ia mulai menyeretku menuju ruang bawah tanah, kuabaikan begitu saja. Aku hanya ingin pergi dari rumah itu. Membiarkan kakiku berlari kemanapun ia mau.

Tanpa kusadari, kakiku justru membawaku ke tempat yang tidak seharusnya. Tempat yang tidak pernah ingin kudatangi lagi.

Pemakaman tua.

Aku membuka gerbang seng berkaratnya sekuat tenaga, lalu berlari memasuki pemakaman dan baru berhenti ketika aku tersandung sebuah batu nisan.

Lututku berdarah, dan aku langsung jatuh terduduk tanpa bisa bangkit lagi. Rasanya sakit sekali. Bahkan, air hujan membuat lukaku semakin perih, seperti disiram air garam. Air mataku mengalir begitu saja, campuran antara rasa sakit dan ketakutan.

"Kenapa?" aku merasakan sebuah tangan menbelai pipiku. Aku mendongak dan mendapati seorang gadis, tengah berdiri dan menatapku khawatir. Tapi sorot matanya.. berbeda. Kulitnya pucat dan disekujur tubuhnya aku dapat melihat pembuluh darahnya yang kehitaman.

"Kau, ada masalah? Siapa namamu?" ia bertanya dengan lembut, tapi aku tetap diam dan menangis. Aku kembali menundukkan kepalaku.

Dia hantu.

Aku telah berlari dari rumah untuk menghindari sesosok hantu, dan berakhir bertemu dengan hantu yang lain. Tragis.

"Jangan menangis." ia kembali membelai-belai pipiku. "Aku tidak akan menyakitimu."

"Aku juga pernah tinggal di rumahmu." katanya selanjutnya, yang sukses membuatku kembali mendongak menatap wajah pucatnya.

"Aku juga sudah tahu siapa dirimu. Namaku Elise," ia tersenyum. "Dan, yang ada di rumahmu sekarang, juga adalah aku."

"Aku.. dengan sisi gelapku yang selama hidupku tidak pernah muncul." ia ikut duduk di sebelahku. "Yang ada di rumah itu, adalah wujud kekecewaan dan kemarahanku selama hidup. Dia menjadi sosok yang lain, terpisah denganku. Menjadi setan, dengan api yang berkobar di dalam hatinya."

"Mungkin benar kata orang-orang, aku memang anak setan." ia tertawa pelan dan getir. "Semasa hidup, aku dikatai anak setan karena ibuku hamil tanpa seorang ayah. Hamil begitu saja. Semua orang mengatakan ibuku hamil karena genderuwo. Karena, sepanjang hidupnya, ia selalu berbicara sendiri. Dia tidak pernah dekat dengan orang lain, baik pria maupun wanita."

"Padahal, ibuku memang punya masalah kejiwaan. Mungkin saja ia diperkosa tanpa diketahui orang lain. Iya kan?"

"A-anu.." aku mendongakkan kepalaku, tapi enggan menoleh untuk menatap sosok yang katanya adalah Elise dalam sisi yang lain. Aku memilih untuk memandangi pohon beringin tua yang menjulang tinggi di hadapanku. "Aku.. tidak mengerti."

Lewat ekor mataku, aku dapat melihat Elise tersenyum. Tangannya mengusap-usap tanda kehitaman yang melingkari lehernya. "Ada banyak hal, yang tidak bisa aku mengerti juga. Kupikir, jika aku sudah mati, ya sudah. Aku akan beristirahat dengan tenang, tidak akan lagi melihat dan merasakan dunia ini."

"Tapi, kenyataannya, aku tetap hidup, sebagai makhluk tak kasat mata. Setiap hari, aku hanya memandangi batu nisanku dan bertanya-tanya 'kenapa aku masih ada di sini?'. Apalagi, setelah munculnya aku yang lain. Aku semakin tidak mengerti."

"Apa mungkin aku telah dijebak?" tanyaku tiba-tiba. "Kalian sedang membuat film, kan? Kalian semua bohong. Kalian semua bukan hantu."

Ia tersenyum lagi. "Untuk apa aku berbohong?"

"Sebelumnya, aku adalah orang yang tidak mempercayai adanya hantu. Tapi, sejak pindah ke rumah itu semuanya berubah. Bahkan aku bisa melihat hantu yang lain juga, bukan hanya dirimu atau hantu di rumahku yang katanya dirimu juga." aku menghela napas panjang. Gigiku mulai bergemeletuk karena dingin.

"Apalagi sekarang? Kenyataan bahwa ada sesosok hantu yang menggangguku setiap hari saja, aku sudah sangat bingung dan ketakutan. Sekarang, ternyata ada 2 hantu? Dengan kepribadian berbeda? Aku hanya pernah melihat kisah yang seperti itu dalam film." lanjutku putus asa.

"Film, kan, biasanya berdasarkan kisah nyata."

"Tapi.. kenapa bisa ada 2 hantu dari 1 tubuh?"

"Karena... aku anak setan?" ia meringis.

"Lalu, kata Robert, Elise tidak mengganggunya karena ia tinggal di sini. Sementara kau, ada disini. Kenapa?"

Ia mengangkat bahu. "Entahlah."

Aku memberanikan diri menatap Elise yang 'ini'. Ia.. cantik, hanya saja pucat. Aku pernah melihat wajahnya yang seperti ini sekali. Saat Elise menangis dan memintaku untuk membunuh Robert. Kali ini aku benar-benar kehabisan kata-kata. Elise balas menatapku sambil tersenyum. Senyumannya cantik, tapi tetap saja seram. Terutama karena aku mengetahui fakta bahwa dia adalah hantu.

"Aku hanya meminta satu hal padamu. Itu pun aku tak memaksa," ia memegang lenganku. Aku merasa semakin kedinginan dan menggigil parah.

"Aku tidak akan mengabulkan permintaanmu, jadi—"

"Tidak, tidak. Tolong dengarkan dulu," pintanya. "Aku tidak memaksamu untuk mengabulkannya. Hanya saja, jika kau bisa, tolong kuburkan diaryku di makamku. Karena diriku yang lain telah menjebak banyak orang lewat diary itu. Mungkin, jika diary itu ada di sini, dia tidak akan mengambilnya."

Ia lalu menunjuk batu nisan yang tak sengaja kutendang saat berlari. "Itu, makamku. Dan, maaf membuatmu tersandung hingga berdarah."

Aku mengangguk. Seketika itu juga, aku teringat. Di mana diary Elise? Kapan terakhir kali aku melihatnya?

Saat itu juga, cahaya yang terang menyorotku dari belakang.

"Siapa di sana?"

Aku menoleh, lalu menyipitkan mataku, memfokuskan pandangan. Namun sedetik kemudian aku terperangah.

"Ta-mi?"

***

Ini lanjutannya..
Makin aneh kan?
Iya😂 *nanya sendiri jawab sendiri*
Jangan lupa yaaa tinggalkan jejak berupa kritik, saran, atau vote dan comment. Aku seneng bangettt walaupun cerita ini nggak jelas tapi selalu ada yang vote dan comment😂❤❤

You Are (Not) AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang