But maybe we should try.
—The Overtunes, Mungkin"Would you be mine?"
Kata-kata yang terlontar dari bibir Woojin bersamaan dengan langkah Guanlin yang tepat terhenti dihadapan Sohye. Cowok itu mengangkat kedua telapak tangannya untuk menutupi kedua telinga Sohye.
"Jangan dengar."
Sohye menggeleng. Sepasang matanya melirik seorang gadis yang berdiri tidak jauh dari sisi kirinya. Kakak kelasnya, Chungha.
"Jangan lihat." Guanlin membalik badan Sohye. Masih dengan tangan di telinga gadis itu, ia mendorong Sohye agar melangkah maju, menjauh dari kerumunan itu. Setelah cukup jauh, ia menurunkan tangan kanannya untuk menggandeng pergelangan tangan Sohye.
Mungkin, menarik pergelangan tangan Sohye dan membawanya berlari menjauh dari kerumunan merupakan hal terkonyol yang pernah dilakukan oleh Guanlin. Karena demi apapun, yang dilakukannya itu mengundang atensi orang banyak ketimbang acara penembakan yang dilakukan Woojin di tengah-tengah mereka.
Bersamaan dengan itu, Mina, Yoojung, Haknyeon dan Hyungseob sampai di lapangan dan menghela napas lega.
"Lin?"
"Gue bilang kan, jangan ke lapangan. Lo batu banget, sih."
Sohye tertawa pelan. Teringat akan pesan Guanlin yang ia terima sesaat setelah ia mendengar keributan tentang Woojin. "Iya, gue emang bego, nggak nyadar diri, terus kepedean nyangka kalau semua itu buat gue."
Gualin melepaskan genggamannya. Keduanya kini berada di tangga lantai 1. Tangga yang sama saat Guanlin membuang brownies Sohye tempo hari.
"Asli," Sohye mendudukkan dirinya di salah satu anak tangga. "Gue rasa, ini karma dari semesta." Diliriknya Guanlin yang bersandar pada lengan tangga. "Lo... udah tau kan?"
"Tentang lo yang memperalat gue?"
"Lo udah tau." Sohye mengulum senyum getir. "Pantesan, lo ngejauhin gue hari ini."
Jeda. Hening menyelimuti keduanya untuk beberapa saat. Sohye yang menunggu reaksi Guanlin, dan Guanlin yang sebenarnya enggan mengatakan apapun mengenai fakta dirinya telah diperalat.
Pada akhirnya, Guanlin menarik napas. Terlalu benci dengan suasana canggung seperti ini.
"Pinky itu kakak gue." Ia melirik kearah Sohye sebentar. "Yang lo lihat di cafe waktu itu, dia. Yang ngasih tau semua ini, juga dia. Yang bikin peraturan bodoh itu, juga dia. Jadi anggap aja itu salah dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Enthusiasm ✔
FanfictionAwalnya Kinandra Sania hanya ingin bergabung dengan klub tari agar tidak dipandang sebelah mata oleh gebetannya. Tetapi syarat bergabung yang diajukan oleh sang senior membuatnya terjebak pada seorang Lanadra Ghifari, ketua basket dingin tanpa ekspr...