"Som, emangnya si Woojin punya pacar?"
Somi dan Dani saling berpandangan bingung. Begitu juga Daniel-yang sedang mengantarkan susu kotak untuk Dani.
Ini masih pagi, kenapa Guanlin ada di kelas mereka dan bukannya sarapan di kantin?
Terus, apa itu tadi pertanyaannya. Woojin punya pacar?
"Woojin yang mana?" Dani yang pertama kali sadar. Ditepuknya pundak Somi. "Som jangan gede-gede mangapnya."
Guanlin tampak berpikir. Sebelum akhirnya berujar. "Pradikta Woojin."
Menurut Guanlin, mustahil kalau Woojin yang dimaksud ibunya Sohye semalam adalah Lintang Woojin, adik kelasnya yang juga merupakan vokalis band cahaya timur.
"Setau gue belum deh," gumam Somi. Diliriknya Dani. "Eh, iya nggak sih, Dan? Dia jomblo, kan?"
Dani mengangguk. "Iya, mungkin?"
"Kenapa Pak Ketua? Lo naksir Woojin, ya? Ngaku lo? Belok kan, lo?" Daniel menggerakkan kedua alisnya. "Baru kemarin jalan sama cewek, sekarang udah-"
"Kak." Dani meliriknya dan menggeleng. Masalahnya Guanlin sudah pasang ancang-ancang akan menyerang Daniel, Dani ngeri aja habis ini Guanlin patah tulang, mengingat Daniel ini walaupun mukanya lucu seperti karakter kakaotalk, badannya sebelas duabelas sama preman pasar.
"Oke." Daniel mengangkat jempolnya. Bersamaan dengan senyum lebar yang memperlihatkan gigi kelincinya.
Tadinya Guanlin ingin meninju kakak kelasnya itu, tetapi urung ketika sepasang matanya mendapati Woojin memasuki kelas bersama Jinyoung dan Dongbin. Ketiga cowok itu tampak tertawa-tawa dan menoyor satu sama lain.
"Emang kenapa sih?"
Guanlin menoleh lagi pada Somi. Kemudian menggeleng. "Enggak. Cuma nanya doang." Lalu cowok itu melangkah ringan keluar, meninggalkan Somi, Dani dan Daniel yang menatapnya heran.
"Ada yang tau, dia kenapa?"
Dani menggeleng. Sementara Daniel menghela napas dramatis. "Itulah kenapa mereka sebut cinta itu gila, wahai adinda Janitra Somi."
"Iya? Pantes lo tambah gila abis jadian sama Dani, kak!"
****
"Gue kira lo nggak masuk." Haknyeon berujar ketika Sohye membuka pintu kelas. Gadis itu melangkah lesu menuju bangkunya.
Yoojung menyimpan buku tugasnya. Lalu memutar badannya 90 derajat menghadap Sohye. "Lo nggak apa-apa, Soy? Gue diceritain Haknyeon tadi. Si Mina ditanyain malah nggak di bales, kesiangan kayaknya."
Sohye menggeleng frustrasi. "Mati gue, Jung. Mati."
"Astaghfirullah! Nyebut, Soy! Perkataan adalah doa!" timpal Hyungseob dari bangkunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Enthusiasm ✔
FanfictionAwalnya Kinandra Sania hanya ingin bergabung dengan klub tari agar tidak dipandang sebelah mata oleh gebetannya. Tetapi syarat bergabung yang diajukan oleh sang senior membuatnya terjebak pada seorang Lanadra Ghifari, ketua basket dingin tanpa ekspr...