Awalnya Kinandra Sania hanya ingin bergabung dengan klub tari agar tidak dipandang sebelah mata oleh gebetannya. Tetapi syarat bergabung yang diajukan oleh sang senior membuatnya terjebak pada seorang Lanadra Ghifari, ketua basket dingin tanpa ekspr...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari ini hari terakhir latihan. Karena lusa lomba akan dilaksanakan. Jadi hampir seharian ini Sohye mendapatkan dispensasi dan menghabiskan waktunya hingga istirahat kedua di ruang tari.
Berada di ruang tari membuatnya tidak nyaman karena bertemu dengan Woojin dan Chungha. Setiap melihat mereka, Sohye langsung mengingat tingkat kepercayaan dirinya yang akut beberapa hari yang lalu, dan itu membuatnya merasa kesal.
Tapi namanya tidak profesional, jika harus mengikutsertakan urusan hati pada sebuah pekerjaan.
"Yap latihan selesai. Mulai hari ini sampai besok, banyak-banyak istirahat ya, supaya lusa tenaganya penuh. Kita pasti bisa!" Chungha mengakhiri sesi latihan hari ini dengan tepuk tangan semangat. Sohye ikut tersenyum melihat semangat kakak kelasnya itu.
Satu persatu anggota klub mulai meninggalkan ruangan. Tadinya Sohye juga ingin langsung balik ke kelas, tetapi karena Woojin dan Chungha tampak mengobrol dengan beberapa murid di depan pintu, Sohye memutuskan untuk menunggu di dalam sampai keduanya pergi duluan.
"Enggak langsung ke kelas?"
Sohye tersentak ketika mendapati tepukan di bahunya. Kemudian meringis sendiri ketika mendapati Pinky-lah yang melakukan itu. Kakak kelasnya itu mengulas senyum lebar padanya.
"Chaey! Lo ke kelas duluan aja. Gue mau ngobrol sama dia." Pinky melambaikan tangannya pada Chaeyeon yang menunggu di ambang pintu.
Chaeyeon mendengus. Diliriknya Chungha yang masih asik berbicara bersama Woojin, lalu matanya mengarah pada Eunwoo yang dihampiri oleh Gwanghyun. Ia mendesis pelan. "Yah, sendiri deh, gue."
"Biarin aja. Paling nyamperin Sewoon ke ruang osis." Pinky menoleh pada Sohye yang tampak memperhatikan Chaeyeon. Lalu gadis bersurai cokelat tua itu mengulurkan tangan kanannya. "Oh iya, gue kan belum minta maaf secara terhormat sama lo. Maaf, ya. Gue nggak maksud bikin semuanya jadi kacau begini."
Sohye membalas uluran tangan Pinky. "Sama-sama, Kak."
"Woojin itu, suka sama Chungha dari dulu." Pinky menunggu Sohye memberesi barang-barangnya. "Semua anak tari juga tau."
Keduanya berjalan beriringan keluar dari ruangan. Koridor sudah sepi, sepertinya mereka—termasuk Woojin dan Chungha sudah pada menuju kelas. "Tapi Chungha-nya suka Daniel. Pas tau Daniel malah pacaran sama teman sekelasnya, mungkin Woojin ngerasa punya kesempatan kedua."
Meskipun agak bingung karena tiba-tiba Pinky membicarakan Woojin, Sohye tetap menyimak cerita gadis itu dengan saksama.
"Gue tau, lo suka sama Woojin. Gue juga tau alasan lo gabung juga karena Woojin."
Kali ini Sohye tercekat. Merasa malu karena rahasianya diketahui oleh Pinky, juga merasa takut jika ternyata rahasianya ini sudah tersebar pada semua anggota klub tari.
Melihat ekspresi takut Sohye, Pinky lantas merangkul pundaknya. "Tapi tenang aja. Gue nggak bilang sama anak-anak, kok. Gue nggak setega itu. Lagian, kalau nanti lo dikeluarin, formasinya bakal nggak lengkap. Kalau lo dibiarin juga pasti suasananya jadi enggak enak," ucapnya tulus.