Selepas dari kemerdekaan menggunakan waktu seusai sekolah hingga pukul lima sore-peraturan baru yang dibuat Jin Jungkook memanfaatkannya untuk berdiri dan menyaksikan dari balik tembok yang menyembunyikan separoh wajahnya. Di dalam sana, ada banyak tawa anak usia sekolah dasar dan taman kanan-kanan yang berayunan, prosotan, jungkat-jungkit dan membaca novel. Mereka bagai lukisan hidup dari pelukis ternama seharga puluhan juta dollar. Namun terdapat noda cat yang luntur di sisi kirinya saat dua orang remaja bergabung.
Tiba-tiba, sebuah telapak menepuk punggungnya. “Hai, nak!” sapanya dengan murah senyum saat jungkook berbalik. Ia adalah wanita paruh baya yang tingginya sama dengan Jungkook, “Ada yang bisa kubantu?”
Sesaat, sebelum membiarkan mulutnya menjawab, jungkook mengalihkan pandang pada tawa anak-anak dan dua noda dari cat pudar itu-dua orang. Dan seketika itu, otaknya yang berputar menghasilkan ide, ”Aku..., “ tangannya merogoh sesuatu di dalam tas, “ingin memberikan ini pada temanku.” Barangnya adalah kotak bekal jingga.
“Teman?!” kejutnya namun senang.
“Ya, mereka di sana.” Sembari mengarahkan telunjuknya pada dua orang remaja tengah mencabuti rumput.”Aku boleh menemui mereka?”
“Tentu.” Ucap ibu itu yang lantas menuntun Jungkook masuk.
Mereka berjalan ke arah dua orang yang sebenarnya lebih bisa dianggap tak melakukan apa-apa ketimbang mencabut atau memotong rumput. Layaknya seorang anak yang patuh pada ibunya, mereka segera menjabat tangan wanita itu dan menciumnya begitu Jungkook dan wan:ta itu tiba, dan si wanita kembali menyumbang sedekah senyumnya, ”Jimin, Yoongi, apa yang kalian lakukan disini?”
“Tidak ada. Kami hanya...,” saat laki-laki berambut coklat itu bicara, ia sedikit melirik kepada Jungkook yang sontak mengubah mimik wajahnya,”hanya iseng saja.”
“Baiklah!" ucapnya, dan segera pergi.
Dirasa keadaan sudah aman. Ia yang bernama Jimin itu menatap Jungkook beragah-agah. “Apa yang kau lakukan disini?” jengkelnya,”kami tidak menerima tamu asing. Pergilah!” pintanya tegas,”Mengganggu saja.” sembari menggerutu.
Sabar. Tarik napas dalam dan mendengus panjang. Jungkook sedikit menahan dirinya. Ia berusaha untuk tersenyum saat masuk dalam pandangan Jimin. “Aku hanya ingin memberimu ini.” tangan putihnya terjulur dengan sekotak bekal dcekutan jarinya.
“Kami tidak butuh makanan dari orang asing.”
“Tidak,” timpal Yoongi, “Kami sangat membutuhkannya sekarang.” Sembari dengan cepat menyambar bekal lantas dibuka untuk memakan isinya. “Enyaak!” ungkapnya dengan mulut penuh lumatan roti. Yoongi nampak sangat menikmati makan siangnnya, “Jimin, kenapa kau tidak pergi saja dengannya. kaukan ingin-“ Yoongi menghentikan ucapannya tatkala mendapati pelototan mata Jimin mengenainya, “Lupakan.”
“Pergi?!” ulang Jungkook menegaskan, “pergi kemana?”
Sementara yang bersangkutan hanya diam.
Tinggal seujung lagi, dua potong roti isi itu habis. Namun Yoongi membiarkannya tersisa,”Jimin-ssi, kau bilang ingin menemui seseorang di luar sana. Kau bilang, kau ingin mengitari kota kelahiranmu sendiri. Kau sendiri yang ingin bersenang-senang, minum alkohol, ke kelab, dan hal menarik yang dilakukan orang lain di luar sana.” Yoongi sudah cukup menjelaskan.
“ITU HANYALAH MIMPI!!!” tiba-tiba Jimin berseru penuh ketegasan, ”itu hanyalah satu bintang nan jaun di langit ke tujuh.”
Jungkook hanya menjadi penonton.
Tangan Yoongi kuat mencengkeram pundak Jimin, “Sobat! Sejauh apapun bintang itu, akan sangat jelas jika teropong membantumu melihatnya.” Ia berusaha meyakinkan temannya, “ini adalah kesempatanmu.”
“Tidak dengan orang ini.”
“Memangnya ada apa denganku?” sangkal Jungkook membela diri, "Toh aku merasa bebas tidak direcokkan orang ruwet sepertimu.” dan, " Lagipula, aku kemari hanya ingin melihat-lihat saja."
Ekspresi yang keluar dari wajah Jimin nampak pedar.
Jungkook salah bersikap, "begini saja," ia berniat membuat perjanjian guna mengurangi kelqncangan mulutnya, "aku bisa mengantarmu kemanapun. Tapi sebelum itu, aku minta kau tidak menggangguku melakukan sesuatu saat di panti ini." Ia memberikan jabatan ikatan kerja sama pada mereka.
“Setuju!” ucap Yoongi antusias.
***
Sepeda keluaran jepang itu baru tampak menyusuri pelataran saat lembayung senja bersembunyi di balik bukit. Jungkook menstandarkan tunggangannya dan kemudian melangkah menuju kediaman yang hangat saat musim dingin dan sejuk saat musim panas.
Oma-nya sudah berkeledar menyambutnya dengan duduk di ruang keluarga bersama buku tua dan kacamata berantainya. “Jungkook-ah!" Panggilnya sebagai awalan, "kau baru pulang?!” ia melihat Jungkook melalui kacamatanya yang melorot di hidungnya. “ibumu sudah menunggu di ruang makan.”
-
Duduk menghadap meja makan yang tersembunyikan oleh belasan piring lauk, sayur, nasi, dan kudapan malam. Jungkook sedikit terkejut dengan itu.“Selamat datang!” ucap Jin ramah.
“Apa ini?”
Jin perlahan maju untuk mendekati Jungkook. Tangannya segera merangkul pundak anaknya itu lantas meminta dengan lembut, “Duduklah!” ia juga menarik kursi ukiran untuk Jungkook.
“Jungkook!” oma-nya datang, “tadi siang, seseorang menitipkan ini untukmu.” Wanita lansia itu menyodorkan secarik kertas yang terlipat dengan keterangan singkat berbunyi : Bar CLOUNT’ yang pasti Jungkook tahu tempat apa itu. Ia yang tadinya ingin bergabung, segera beranjak pergi dengan membisu.
....................................................
Keberanian dan nyalinya seolah menciut saat mendapati penampakan rumah yang alamatnya tertera dalam surat. Tidak pada umumnya, rumah itu terlalu sunyi untuk sebuah pesta. Tiba-tiba sebuah bayangan keluar dari balik pintu depan, “Jungkook-ah!” serunya sembari menghampiri tamunya. “Terima kasih sudah datang,” tangan itu merangkul pundak Jungkook dengan perlahan mendorongnya.
Makin jauh mereka masuk, Jungkook mulai suka dengan rumah dengan perabot gaya klasik dan etnis ini. Banyak warna alam dan sedikit warna gold di dalamnya. Ruangan mereka berhadapan dengan pintu coklat dengan banyak stiker menempel, berkisar tiga ruang dari area tamu. Begitu langkahnya memasuki tempat, nampak dua orang wanita dan remaja di sana. Semua pasang mata mengarah padanya.
“Duduklah!” si tuan rumah kembali bicara ramah, “Jangan sungkan. Anggap saja rumah sendiri.”
Jungkook pun menurutinya.
“Sebenarnya ini hanyalah perayaan sederhana," kepala keluarga sekaligus pemilik bar itu membuka acara untuk mengisi lenggang lantaran istrinya sibuk menyiduk nasi untuk semua."Kau tidak perlu malu dengan kami. Ayahmu sudah menjadi tamu istewa sejak lama di keluarga ini."
"Terima kasih!" Tutur Jungkook guna mengusir rikuhnya suasana.
-
Acara itu berlangsung tak lama. Selang satu jam berikutnya, Jungkook sudah berjalan menuruni tangga beranda dengan ditemani Taehyung, “Terima kasih sudah datang. “ ucapnya tulus diluar dari kewajibannya mengantar Jungkook yang diamanatkan oleh ayahnya.
“Tak kusangka kalau Tuan Jung Myeon adalah ayahmu. “ Jungkook meraih setir sepedanya dan siap berkendara, namun sebelumnya, “Hadiahnya besok saja, ya!” ia berkata dengan tatapan gurau sebelum pergi.
===bersambung===
Bagaimana dengan epsiodenya...., kalau bagus makasih. Kalau jelek bisa comment. Nanti aku perbaik, Ok!
Stay and happy.
See you next episode..........
KAMU SEDANG MEMBACA
I NEED U / KOOKV (BTS FANFICTION)
FanfictionI need u. The sky is blue again, the sun ia shining. love....., i need u. Make me smile when i see your face. * BTS - I NEED U - RUN *