4 - Atap Pertemuan

734 55 0
                                    

Pagi yang asri dengan embun basah yang menggelayuti dedaunan. Pertanda dimulainya satu hari di akhir pekan untuk bulan Juni. Kaki-kaki yang menopang tubuh berseragam itu satu persatu memasuki pintu besi menuju bangunan bertuliskan huruf besar dengan bunyi ‘ Mariha High school’. Jungkook berjalan menyusuri lapangan basket bersama keramaian musik di earphonenya. Tanpa sadar siapa dan apa di depannya, ia semakin asyik melantun.

“Gabung, ya!” pintanya pada satu siswa yang menerima selebaran, “gabung, ya! Gabung,” ia bahkan kian semangat menyodorkan lembaran-lemabaran iklan klub yang pada ujungnya tak sedikit yang berakhir di tong sampah. Lantas ia menoleh ke arah rekannya yang sejak tadi tak mengeluarkan suara, ”Hyung! Ayolah, tunjukkan semangat pagimu. Kau jangan hanya menggoyang-goyangkan papan itu.” yang dimaksud adalah papan bertuliskan huruf indah yang dibaca ‘ Klub mading istimewa’.

Hyung itu menjadi lebih lincah dengan senyum lebar dan sedikit tarian tubuhnya, juga Taehyung yang tak membiarkan satupun siswa luput dari pengiklanannya. “Ayo! Ayoo!”

Namun tiba-tiba...., BRAKK!! Tubuh Taehyung tersungkur begitu cepat dengan selebarannya yang berserakan di lantai semen. Segera ia melihat sosok yang berdiri di depannya. “Maaf!” katanya singkat yang lantas kembali melangkah sembari melepas earphonenya.

Jungkook. Untuk kesekian kalinya, Taehyung tersedot oleh orang itu. otaknya tak kunjung memerintahkannya berdiri dan justru terus menatap orang tadi hingga di koridor depan kelas. Alhasil, Hoseok pun datang menolongnya, “Kau tak apa?” sembari memegangi lengannya.

-

Lantai itu mengeluarkan decit lemah manakala sepasang sepatu menggeseknya. Nampak Taehyung yang melangkah lesu bersama Hoseok di sampingnya menuju ke satu pintu di ujung. “Kalau tahu semua sia-sia. Aku tidak akan melakukannya.” Keluh Taehyung dengan bibir cemberutnya.
“Tae! Kau sendirikan yang bilang kalau kita dilarang menyerah dulu. Tahu kalau kita tak berusaha. Lebih baik klub mading bubar saja..”

“Hyung!” serunya pada temannya itu yang seketika menatap tajam padanya, “Maafkan aku.”

Sepanjang koridor, mereka memilih bisu menatap jalan di depannya. Dan begitu pintu coklat bertuliskan ruang wakasek menyambut, Hoseok mendahului amanat, “Masuklah, kuatkan dirimu. Aku akan menunggu di sini.” Yang seketika itu dijawab dengan anggukan oleh Taehyung.

Tak lama kenop itu diputar, Taehyung melihat seseorang yang membungkuk pada wakasek dan kemudian berbalik arah saat Taehyung masuk. Jungkook. Orang itu berjalan keluar melewati Taehyung.

“Taehyung!” panggil wakasek pada muridnya yang tak kunjung duduk dan justru menatap orang lain. Setelah Taehyung duduk, ia berkata kembali, ”Kebetulan sekali kau datang.”

Ia hanya membungkuk memberi hormat lengkap dengan sungging garis senyum.

“Ada beberapa siswa yang ingin bergabung dengan klub-mu. Dan berita bagusnya, bapak tidak jadi membubarkan klub mading.”

Pancaran suka cita dan kemenangan menguasai wajah halus Taehyung, “Sungguh?! benarkah yang Anda katakan?”

“Ya!” jelasnya dengan semangat sembari menjabat tangan Taehyung, “Selamat, ya!”

***

Hamparan air mengalir di bawah jembatan menuju ke laut itu nampak berkilau dihujani berkas cahaya matahari. Riuh alirannya pun mensupplai ketenangan di hati pendengarnya. Terbukti saat Jimin hanya diam dengan mata terpejam dan hidung yang kuat menarik napas. Dua orang yang duduk di mulut sungai itupun mulai bicara, “Seperti inikah rasanya bebas?”

Jungkook mengoreksi, “Bebas?!” ia menatap temannya dengan keingintahuan, “Kau tidak pernah keluar sebelumnya?”

“Kami para anak panti sangat takut untuk mengintip apa itu dunia di luar sana. Pengasuh bilang, banyak orang jahat, orang gila, dan berandalan yang berkeliaran di luar sana. Kami tidak akan bisa melawan mereka. Yang ada....., “

“Kau tidak perlu kuat melawan mereka. Lagipula...., “ ujar Jungkook dengan mengambil sebutir batu, lantas di lemparkannya ke permukaan sungai yang tenang sehingga menimbulkan percikan kecil, “Yeaah!” ujarnya tiba-tiba ketika mendapati batunya sampai ke seberang. Kemudian ia kembali fokus pada temannya, “lagipula dia bukan ibu yang dapat memerintahmu seenaknya. Mereka hanya pengasuh yang membual.”

“Tutup mulutmu!” Bentak Jimin yang tiba-tiba berdiri, “seperti diriku yang tak punya keluarga, mereka lebih dari orang tua bagiku.” Sembari menunjukkan amarahnya.

“Hai!” Jungkook menenangkan dengan memegang pundaknya, “Aku minta maaf, kawan!” yang seketika menjinakkan api amarah Jimin. “Aku salah menyebut tadi. Maksudku..., mereka semua hebat. “ Jungkook tersenyum untuk merayu. “Ngomong-ngomong, aku harus segera pergi. Maafkan aku.” ucapanya terakhir yang segera pergi.

***

Spesial malam ini, khusus pula untuk menu of the week, Jungkook memesan segelas anggur dari daratan nederland yang dihargai sepuluh dollar oleh tuan Jung Myeon. Plus pelayanan terbaik dari sang pemilik bar, “Silahkan nikmati minuman Anda, Tuan!”

Jungkook menerimanya dengan senyum, “Terima kasih Tuan Jung! Tapi jangan panggil aku Tuan. Aku lebih suka dipanggil Jungkook.”

“Siap, Jungkook-ah.” Kedua orang itu tertawa bersama.

Bunyi lonceng pintu itu terdengar lagi saat seseorang membuka pintu. Itu adalah anak Tuan Jung yang begitu tiba segera menghampiri Ayahnya, “Taehyung!” tangannya yang sibuk menuang cairan ke gelas memanggil.

Taehyung mendapati pemandangan yang sibuk dan ramai di Bar itu, ”tidak ada. Ayah sedang sibukkah?" Tanyanya yang tanpa perlu jawaban, ia segera meninggalkan ruangan.

Bapak anak itu menatap ke arah Jungkook yang sudah menjadi penonton sejak tadi, “Maaf atas kelancangan anakku. Dia selalu begitu kalau ada masalah. Terkadang...., “ tak sampai kalimatnya usai, Jungkook mendadak bangkit dan pergi, “Terima kasih atas minumannya.”

Suasana di atap ini terasa sejuk dengan hembusan angin yang menerbangkan helai demi helai rambut. Hamparan kerlap-kerlip lampu LED dan lampu jalanan pun menyuguhkan aura tersendiri saat Taehyung duduk dengan mendekap lututnya. Ia sudah menyukai atap bar ini sejak kecil. Namun malam ini, kesenangan tak sungguh sendiri menyinggahi hatinya. Ada pula kesedihan yang ikut menyapanya. Sekali lagi karena kenyataan.
“Segelas anggur akan membantumu.” sekonyong - konyong suara itu muncul dari balik punggung Taehyung. Betapa terkejutnya ia saat berpaling dan melihat seseorang hoody dan kaos hitam, menatapnya.

Jeon jungkook.

===bersambung===



I NEED U / KOOKV (BTS FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang