14 - Mata Sembab

340 18 0
                                    

Sepuluh menit silam, sebuah pesan datang melalui ponsel Jungkook yang berada di sakunya saat itu. Deretan katanya memberitahukan bahwa Jungkook harus pulang, yang sekarang ini membuat dirinya nangkring di skuternya sepanjang perjalanan ke rumah. Seseorang sedang menunggunya. Tidak, mungkin lebih dari satu. Namun yang Jungkook harapkan hanya Yoongi seorang.

Iapun bergegas menjagang tunggangannya untuk selanjutnya menghampiri dia yang duduk di beranda. “Maaf aku lama. “ ujar Jungkook merasa tidak enak. Maklum, baru dua hari yang lalu, mereka saling kenal. “Bisa kita pergi sekarang?” usul Jungkook tak diduga-duga.

“Jungkook-ah!” mendadak, satu suara yang dihasilkan oleh oma-nya yang muncul dari dalam semenjak mendengar suara cucunya. “Kau mau pergi lagi?” wanita lansia itu nampak lemah dan pasrah, seolah ia sudah tahu jawaban dari pertanyaannya, “Tunggulah ibumu sebentar, ia pasti senang melihatmu pulang.”

Usulan sekaligus permohonan itu tak digubris oleh Jungkook, “Maaf, oma, masih banyak urusan yang menungguku. “ dengan sigap, cucu remaja itu menarik lengan Yoongi, lantas pergi.

-

Bukan apa-apa sebenarnya. Ketika Jungkook dan Yoongi keluar dan melaju di jalanan, remaja panti itu mengarahkan Jungkook ke rumah asuhnya, dan Jungkook menerimanya tanpa banyak gelatak.

Kedua kawan baru itu berempak menelusuri koridor berhias karya seni dari anak-anak dan belasan bingkai photo keluarga besar panti. “Sebenarnya...., “ ujar Yoongi mengisi kebisuan, “Jimin yang menyuruhku mengajakmu kemari.” Matanya mengikuti pandang Jungkook yang menikmati hamparan lukisan dan memori dalam bingkai.

“Untuk apa?” Jungkook menoleh ke arah teman bicaranya sekilas, lantas mengikuti lajur jalannya.

“Entah. Ia bilang, aku harus menunjukkan album photo kami padamu.”

-

Rupa-rupanya kursi gabus seharga baju mewah ibunya, nyaman pula untuk pantatnya saat Jungkook melihat-lihat rangkaian potret diri seseorang dalam album. Satu persatu, lembar demi lembar, satu photo ke photo lain, Jungkook berusaha mengamatinya. Sampai ia berhenti di halaman ke sebelas, bagian yang ditunjukkan oleh Yoongi. Di sana ada empat photo. Dari sudut kanan atas, adalah photo bersama keluarga besar saat hari keagamaan. Di sampingnya, ada photo aktivitas anak-anak. Lantas Yoongi menunjuk photo ketiga yang menggambarkan seorang anak meniup lilin dengan background balon dan karakter kartun. “Dia, “ papar Yoongi, “Jimin bilang, dia adalah seseorang yang ia cari. Ini adalah photo terakhirnya sebelum ia pergi.”

Pandangan Jungkook berusaha fokus pada photonya. Bocah itu, lilinnya, bajunya, wanita di sampingnya. Semuanya.

“Jimin harap, dengan photo ini, kau bisa menemukan orangnya.” Lantas Yoongi melepas plastik pelindungnya, mengelupas photo, dan memberikannya pada Jungkook. “Kau bisa menyimpannya. "Terima kasih, kawan.”

***

Sesuai saran dan tempat yang dialamatkan untuk Jungkook datangi, ia dan skuternya sampai di sebuah TPA penuh onderdil dari besi, baja dan alumunium. Lantas kakinya mulai melangkah diantara lautan besi kecil itu. “Permisi, tuan!” ia menyambangi seorang pemulung tua yang tengah mengais tumpukan ronsokan, “Dimana barang-barang ini disimpan sebelum diremukkan.

Pemulung itu berpaling sembari menunjuk arah, “Disanalah bangkainya sebelum dihancurkan menjadi kepingan seperti ini. “

“Terima kasih. “ ucap Jungkook dengan sekelebatan, langsung pergi.

Layaknya sebuah dealer mobil. Jungkook sedikit berdecak kagum dengan barisan mobil penyok dan luntur catnya ini. tidak sedikit dari mereka adalah mobil mewah di eranya, seperti ford mustang, mercedes, lamborgenie, verary, dan masih banyak lagi.

Tiba-tiba, seseorang datang dengan bunyi tapak kaki senyap yang memegang pundak Jungkook. “Ada yang bisa kubantu. “ tawar seorang wanita berambut panjang yang enggan menutupi bahu cantiknya.

“Aku mencari mobil van putih dengan plat ini. “ ia menyodorkan STNK milik mendiang sang ayah.

“Sayang sekali. Mobil itu sudah dilumatkan oleh mesin penghancur. “ ia mengambalikan kertas persegi panjang itu, “Ada hal lain?”

“Tidak.”

“Baiklah..., kami pikir anda memerlukan suatu data.”

Jungkook mengulangi, “Data?”

“Yeah.” Tuturnya, “seperti informasi mengenai mobil-mobil di sini. Aku tahu beberapa polisi membutuhkannya untuk bahan penyelidikan. “ ungkapnya dengan aksen bahwa ia adalah wanita bestari.

“Aku ingin datanya. “ Jungkook berujar tak sabar.

“Tidak semudah itu anak muda.” Sekarang wanita itu nampak kehilangan kebakirannya, “Ajukan satu pertukaran untukku.”

“Uang.” Seru Jungkook secepat kilat tanpa harus memikirkannya, “Aku akan memberimu berapapun yang kau mau.” alisnya naik sebelah, berusaha mendapatkan persetujuan.

Mulut wanita itu mengerucut, “Sayangnya aku bukan tipikal wanita yang haus harta.” Terangnya sedikit mengejutkan Jungkook, “Aku juga tidak suka kencan, apalagi pelayanan berahi terlarang untukku.”

Pernyataannya sedikit mengejutkan lantaran kalimatnya itu, bertentangan dengan cara berpakaiannya. “Apa yang kau mau. “ Jungkook merasa tertantang dengan orang itu.”Katakan saja.”

“Aku tak yakin anak kecil sepertimu bisa menyanggupinya.” Sesaat ia meragukan. Namun, “Bebaskan aku dari belenggu kelap malam, rumah bordil, kasino, dan alkohol.”

Tanpa jeda waktu, Jungkook mengiyakan dengan mantap.

-

Tidak buruk bagaimana ia mendapatkan keinginannya, sekarang ini, ia tengah berjalan pulang dengan bukti di saku mantelnya. Mengenai wanita itu, Jungkook berjanji akan kembali untuk membebaskannya. Walau sebenarnya, hatinya keruh apakah ia bisa menjadi pria sebaik itu. pria kolot yang jauh dari peradaban malam. Entahlah.

***

Malam yang kini menghampiri.

Sudah berapa lama, Jungkook tak menginjakkan kaki di bar Tuan Jung. Bahkan lidahnya sedikit lupa dengan rasa kecut beradu manis dari minuman yang biasa mengairi tenggorokannya. Dengan semangat masa mudanya, ia memutuskan untuk mampir. Dan beberapa menit berselang, ia sudah duduk di kursi inggi sembari menunggu pesanannya.

Hari ini berbeda. Bukan Tuan Jung yang mengantarkan minumannya. Bapak satu anak itu juga tak tampak mengelap gelas atau menuang wine untuk pembeli loyalnya. Jungkookpun tak bisa membendung keingintahuannya, “Dimana ayahmu?”

Taehyung terkesiap dari lap dan meja bar itu saat Jungkook menanyainya. “Dia..., dia sedang menemani ibuku cek up.”

“Ibumu sakit?”

“ia sedang mengandung.” Kata Taehyung yang menyajikan pesanan.

Tanpa perlu menunggu, Jungkook bergegas meminum winenya dengan sedikit menaikkan dagunya agar cairan itu melungsur bebas melalui bibirnya yang menempel pada dinding gelas. Tanpa sengaja, pandangannya mengarah pada wajah Taehyung, “Matamu kenapa?” ia mempertanyakan indera penglihatan yang sembab.”Akhir-akhir ini, kau sering kedapatan menangis. “ imbuh Jungkook.

“Tidak. Tidak ada. “ sembari merapatkan bibirnya.

Jungkook melihatnya, bola mata itu, hidung bangir, dan bibir tipis. Otaknya segera menanggapi dengan mengeluarkan selembar photo dari kantungnya. Jungkook memposisikan cetakan photo itu persis di depan sebelah kiri Taehyung, “Inikah dia?” ucapnya lirih.

===bersambung===

I NEED U / KOOKV (BTS FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang