12 - Ring Tinju

300 23 0
                                    

DORONG.

Hampir semua pintu kaca di sebuah toko menggunakan kata ‘dorong’ dan ‘tarik’ sebagai petunjuk penggunaan pintu itu. ia adalah pegawai sekaligus pemilik toko bunga yang taat SOP. Sehingga ia menuntun Jungkook memasuki ruangan harum semerbak wangian bunga warna-warni dengan menekan telapaknya pada daun pintu bening itu. “Selamat datang!” ujarnya ramah pada pengunjung.

Sedap dipandang juga sedap dicium. Itulah penggambaran yang pas untuk ruangan lima kali enam meter di pinggir jalan raya yang didominasi warna hijau daun dan variasi warna pada mahkota bunga. Jungkook berkeliling dengan matanya untuk melihat-lihat.

“Berkat dirimu, aku bisa merintis usaha ini.”

Sementara orang yang dipuji hanya manggut-manggut, masih dengan pekerjaannya yang dalam diam mengamati toko bunga mini itu.

“Jungkook!” wanita itu menghampiri, “Ini untukmu. “ ia menyodorkan sepaket bunga lily, “untuk mengganti makanan dan minuman di supermarket itu. Aku harap kau mau menyimpannya. “

Jungkook menerimanya dengan bungkam Matanya terpaku pada secarik kertas persegi yang terselip di antara tangkai. “Eunha!” astaga, ia baru sadar kalau selama ini, Jungkook tidak tahu nama gadis itu.

***

Mata hitam khas asianya melebar saat melihat layar ponselnya. Sekitar dua menit yang lalu, satu email masuk tertanda dari ibu Seul. Nyonya Eunsang. Saat jungkook menekan ikon surat, matanya menangkap satu gambar yang isinya adalah sebuah screenshoot chatting antara Eunsang dengan nomor tak dikenal. Beberapa kalimat dalam kotak putih mengatakan kalau orang itu akan membunuh Nona Eunsang dan berbagai ancaman yang memberondong lainnya.

Ada satu yang janggal. Deretan angka yang tertera di atas itu, Jungkook tahu siapa pemiliknya. Jelas ia mengingatnya.

Selang lima detik berikutnya, ponsel dalam genggaman kembali bergetar. Satu buah pesan dari Nyonya Eunsang diterima dengan keterangan waktu 20:48: jika kau tidak tahu, itu adalah nomor ibumu. Dan begitulah pesannya berakhir yang mendadak membuat Jungkook enggan menatap ponselnya lagi.

"""

Jalanan kota San Marino. Tidak pernah sekalipun mata pejalan kaki maupun penguna jalan lain menemukan hal biasa di tanah Amerika itu. Selalu ada yang menyedot perhatian di tiap malam akhir pekan. Tak segelintir orang yang berhenti untuk berkerumun di sudut jalan sembari menyaksikan apa saja yang di pertontonkan.

Malam ini Jungkook beruntung karena anak muda, orang dewsaa dan beberapa gadis belia itu mengerumuni sudut utara jalan. bunyi-bunyian yang keluar dari pengeras suara itu mengumumkan akan ada pertandingan tinju jalanan. Hadiahnya cukup besar untuk biaya hidup satu minggu mendatang. Sorak sorai kerumunan massa itu menarik minat Jungkook bagaikan magnet.

“Hajar! Pukul dia!” antusiasme barisan manusia di depan, semakin menggugah keingintahuan remaja SMA itu. “patahkan tulangnya!” pekik massa kembali.

Jungkook tak mau melewatkan keseruannya. Berkat otot yang kerap ia latih dalam pergulatan, juga lantaran kalori yang ia dapat dari makan malamnya, tubuh itu berhasil menyenggol  bahu dengan lengan kekar orang-orang. Kakinya juga berusaha menyelip mencari celah di antara ratusan pasang kaki itu.

“Ting!” sayangnya bel tanda timeout itu sudah berbunyi saat Jungkook mendapatkan tempat menontonnya. Dua petarung itu keluar dari arena. Mata Jungkook mengikuti seorang petarung berkepala plontos yang mendapat banyak luka di dada dan darah mengalir dari pelipisnya. Orang itu akan kalah. Caci Jungkook dalam batinnya layaknya peramal pro.

“Kakak!” tiba-tiba, seorang gadis menghampiri petarung itu. tangannya yang mungil membawa tisu dan dengan halus menutul-nitulkannya pada pusat luka sang kaki.

I NEED U / KOOKV (BTS FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang