10 - Intuisi

289 35 0
                                    

“Kakak!”

Dari balik meja peracikan ramen, Taehyung melihat gadis kecil bersama Jungkook yang tengah menyuapinya. Mereka tampak melebur dengan hangat dan cerianya kebersamaan. Baru selang beberapa saat, gadis kecil itu beranjak dari kursi dan berjalan menghampiri Taehyung. ia menyodorkan beberapa lembar uang plus tips, “Terima kasih.” Ujarnya,” makanannya enak.”

Tangan Taehyung menerima pembayarannya juga memberikan sesuatu, “Tolong berikan ini pada kakak itu.” pesannya pada si gadis imut yang segera pergi.

***

Rumahnya, nampak besar dan mewah dengan dua lantai serta pilar besar yang menyangga atap senada jika dilihat dari jalanan. Walaupun begitu, dalam ruangan serasa dingin, meskipun alat pemanas di bawah lantai sudah diaktifkan. Jungkook pun melangkah dengan berat, menyusuri paving menuju rumahnya.

Seharusnya ia sudah tahu, kalau siapa pun tak akan menyambut kepulangannya. Sehingga ia tidak perlu mencari penghuni rumah lainnya dan memilih bergegas menaiki tangga menuju kamarnya.

Kamarnya. Suhu dalam ruangan itu sangat menyengat tulang pipi Jungkook. Dua hari lamanya, ia tidak tidur di atas kasur mahalnya berselimut kain wol yang hangat. Iapun mengambil remote AC dan menekan tombol off. Tidak ada yang peduli dengan ruangannya, apalagi dirinya.

“Baru hari ini kau pulang.” suara seseorang yang tiba-tiba datang, terdengar jelas. Juga mengagetkan.“Apa saja yang kau lakukan di luar sana. Membolos.” dan jangan lupa soal menusuk hati.

Tubuhnya yang membutuhkan istirahat berusaha keras tidak menghiraukan ibunya dengan membenamkan kepalanya pada bantal.

“Sejak kapan ibu mengajarimu hal bodoh. Setiap hari ibu bekerja untuk membiayai sekolahmu juga kebutuhanmu. Tapi yang kau lakukan malah mengecewakan ibu.” Merasa tidak dianggap, wanita satu anak itu menghampiri Jungkook dan berseru, “Jungkook! Kau dengar ibu? Jungkook! Ibu sedang bicara padamu.”

Mendadak, bantal itu dibuang, dan tanpa ekspresi, mata Jungkook menatap ibunya, “Berhentilah bekerja jika itu membebani ibu. Pun bila ibu menganggur, harta Ayah masih melimpah.” Ujarnya yang pergi begitu saja sesaat setelahnya.

Jimin masih pertama kali menggunakan telepon rumah, pun bila ia sering menjumpainya saat masih di panti, itu hanya sekedar melihat sekilas tampak luarnya. Malam ini, saat jam dindingnya memberitahu sudah pukul tujuh, ia mengambil gagang telepon, dan memenjetkan jemarinya pada beberapa angka,”Halo!” ujarnya selepas bunyi tut berakhir, tanda panggilannya tersambung.”Jungkook!”

Senyum di wajahnya mengembang,”Kau dimana?” tanya jimin yang mendengar background suara gemuruh.

“Tidak dimana-mana.” Papar Jungkook via telephone.
“Aku hanya ingin bicara satu hal, mengenai temanku.” Jimin berhenti, “Aku ingat tempat terakhir melihatnya. Di Bar bernama CLOUNT. Jungkook-ah!" Napasnya terdengar mendengus melalui panggilan itu, "Bantulah aku mencarinya. Karena dia adalah...., dia adalah cinta pertamaku.” Ungkap Jimin sedikit malu.

“Tentu. Aku akan berusaha mencarinya.”

“Jangan lupakan soal Yoongi, ajak dia pergi bersamamu. Saat ini, mungkin anak itu sedang sedih karena kehilangan teman pertama sekaligus terbaiknya.”

“Pasti.”

“Aku serahkan semua padamu, Kawan! Sampai bertemu lain waktu.”
................................................

Permukaan whine yang bergelombang lantaran es batu yang beradu dalam gelas kaca, membuat mata Jungkook melihatnya.  Itu adalah minuman favorit yang biasa ia pesan. Namun kali ini, jungkook kurang bergairah untuk menyeruputnya. Nyaris beberapa saat lamanya.

“Apa yang kau perhatikan?” Ujar Taehyung yang baru saja kembali dari mengelap gelas bersih.

“Tidak ada.”

Ia pun mengambil posisi di hadapan Jungkook, “Apa yang kau lakukan dua hari ini? kepala sekolah menanyakanmu.”
“Aku tahu itu. laki-laki itu, pasti akan terus mengejar untuk menagihku.” Kata Jungkook yang pada akhirnya, ia mengambil gelas pesanannya dan meminumnya seperempat. “Bagaimana dengan klub madingmu?”

“Kacau. Aku memilih keluar dari klub yang kami rintis dua tahun silam. Miris memang. Satu per satu, mereka datang untuk mendaftar, dan satu persatu pula, mereka datang untuk ijin keluar dari klub.” Masih tampak kekecewaan dalam wajah Taehyung, “Jadi aku sudahi saja.”

“Uang mereka pasti sudah habis.”

“Apa maksudmu?”

“Lupakan saja.” jungkook meminum kembali whine nyaris tak tersisa,”Aku tidak tahu kau akan merespon iklan itu secepat ini. padahal baru kemarin aku meletakkannya di sana.”

“Entah. Mungkin karena intuisi.” Senyumnya mengembang. “Jungkook!” panggil Taehyung dengan senyum yang telah memudar oleh wajah dinginnya,”Ayahku bilang kau mencari seseorang, bicaralah, aku bersedia membantumu.”

“Tidak, terima kasih. Aku bisa mengatasinya sendiri. Lagi pula, ini adalah masalahku. Aku sudah senang, kau mau perhatian padaku.”

***

Yoongi adalah anak polos khas penghuni panti, juga pendiam. Terbukti saat Jungkook mengajaknya ke satu tempat hijau dengan pemandangan yang bagus dari pinggir sungai. Ia pun berusaha mencairkan suasana,”di sini, aku dan Jimin sering menghabiskan sore bersama.” Pada sosok yang terus duduk sembari memegang lututnya itu, “Maaf jika kami tidak pernah mengajakmu.”

“Tak apa, aku senang Jimin bahagia. Pun begitu, ini adalah impiannya.”

Wajah Jungkook menerima terpaan angin sore yang menyejukkan,”Bicara soal itu," bayangan tubuh tinggi jungkook nampak lebih pendek pada cermin sungai. "aku ingin mengajakmu mencari orang yang dimaksud oleh Jimin.”

Tatapannya tajam mengarah pada Jungkook.
"Kau tidak keberatan?”

“Demi Jimin, aku akan membantumu. Tapi sebelumnya, bisakah kau mengajariku berbagai hal yang kau ajarkan pada Jimin.” Kali ini Yoongi tersenyum, dan ia tampak manis.

-

Petang itu, saat jarum jam masih menunjukkan pukul enam, jungkook duduk meringkuk di atas ranjangnya. Siang tadi, lengan dan betisnya merasakan nyeri yang hebat. Entah apa penyebabnya, jungkook tak peduli selama nyeri itu mereda. Saat-saat berikutnya, ponsel di sampingnya bergetar. Sebuah kontak tanpa nama memanggilnya. Iapun menggeser ikon telepon hijau ke atas.

“Ayahmu,” kata suara itu melalui gelombang radio tanpa pembukaan. "ia bilang pernah di ikuti seseorang.” Suaranya terdengar mirip perempuan.

===bersambung===




I NEED U / KOOKV (BTS FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang