19 - Kesaksian Sang Nenek

246 16 2
                                    

Pandangan Taehyung masih terpaut oleh wajah Jungkook yang terpejam semenjak inspektur Jungdae meninggalkan mereka iima belas menit silam. Taehyung menangkap, ada ketenangan di wajah tidur itu. Meskipun Jungkook tidak mengulas senyum sepintas. Sebenarnya, itu hanyalah terkaan Taehyung semata. Ia tidak tahu dari fakta yang telah Jungkook perbuat, bagaimana Jungkook di luar sana, seperti apa perubahan sikapnya yang kadang lembut menjadi sangat agresif. Dengan hati-hati, agar tidak mengganggu, Taehyung menyelisikkan jarinya untuk menjauhkan rambut depan Jungkook dari dahinya.

Beberapa saat setelah jarum menit pemilik waktu naik satu tingkat, Inspektur Jung masuk dengan sebuah catatan kecil digenggamannya. Sepertinya polisi itu usai melaksanakan tugasnya. Sehingga ia berkata, “Taehyung, kurasa aku harus pamit sekarang. “ dengan tiba-tiba. Padahal sebelumnya, orang itu sudah berniat menunggui Jungkook sampai sadar.

Tapi terserahlah, Tanpa dipikir terlalu panjang dan berat, Taehyung segera memberi anggukan sebagai persetujuan. Juga, “Aku akan menemaninya sampai bangun. “ yang dimaksudkan ia adalah Jungkook.

Taehyung memperhatikan gerak langkah sang inspektur yang segera menghilang tak sampai satu menit. Kemudian ia kembali pada sosok yang berbaring di kasur warna sucinya. “Jungkook!” gumamnya, namun dengan harapan agar yang diberitahu mendengarkan. “Sebenarnya kau ini siapa? Apa aku tidak mengenalmu?” telapak lembutnya yang terbuka, membelai permukaan pipi Jungkook dengan sedikit jerawat.”Kau sadar melakukannya?”

Percuma. Ini sia-sia saja. Sejak dua detik yang lalu, tetap saja Taehyung bicara sendiri, tak lebih. Menunggu dengan terus menatap  wajahnya, membuat Taehyung haus. Ia harus segera mangalihkan hasrat dan nafsunya sebelum terlambat. Dengan sedikit memaksa, ia berusaha menikmati apa yang disuguhkan oleh ruangan itu saat pandangannya melayang ke segala arah. Semuanya monokrom. Spiral, hexagonal, pentagonal,  semuanya adalah nirmana.

.....”Sedang apa kau?” Jungkook yang mendadak bangun dan berucap, meninggalkan bekas keterkejutan di wajah Taehyung. Pandangan dua yuana itu saling bertemu. Namun sayang, Jungkook mengakhiri momen pandang-memandang lebih dulu dengan menurunkan penglihatannya, “Aku senang kau disini.”

***

Jalan beraspal di depannya masih menyisakan satu belokan untuk Jimin dan Yoongi agar sampai di panti Asuhan. Jaraknya masih sekitar dua ratus meter.  Namun mendadak, Yoongi memotong langkah mereka, bukan karena lelah, tetapi ia ingin bicara sesuatu, “Jimin!” ia mengawalinya dengan seruan nama, “apa yang akan kau lakukan setelah ini?”

Butuh beberapa saat agar masa bergerak untuk Jimin memperhatikan wajah temannya. Mungkin jawabannya tertoreh di sana, “...entah! “ namun sayangnya tidak.

Yoongi memberikan pilihan, “Kau akan tetap bersenang-senang dengan Jungkook, “ ia sedikit mengubur dalam penyakit iri hatinya, “atau melakukan sesuatu dengan Taehyung. sekarang Taehyung sudah kembali.”

“Aku tak tahu. “ sahut Jimin saat menjengit bahu untuk menghindari klise.

“Bagaimana jika Jeon Jungkook terbukti bersalah, bagaimana jika memang ia pelaku pembunuhannya. Apa yan—“

Seolah sudah termahfuz dalam ingatannya, Jimin memilih menyahut duluan, “Aku sudah cukup melakukan kesenangan dengan Jungkook. Menurutku, malam itu sudah kuanggap sebagai malam terakhir kami. Dan untuk Taehyung....,,“ sejenak, Jimin mengambil jeda disela hembusan napas, “aku akan memikirkannya."

Sekiranya, sudah tak ada lagi yang diperbincangkan terkait mereka dan dua orang lainnya. Merekapun melanjutkan langkah kakinya.

-
-

Bunyi derap kaki di koridor sudah cukup memberitahukan setiap telinga bahwa seseorang tengah terburu-buru. Rupa-rupanya itu adalah perbuatan inspektur Jungdae dengan wajah tegangnya disinari seberkas cahaya surya yang menerobos melalui ventilasi dan jendela. Sesaat kepala polisi yang bertugas mengawasi interogasi memandangnya dalam diam. Dan sang inspektur memberi balasan pula, hanya sepintas. Sebelum pria setinggi seratus tujuh puluh enam itu masuk dengan paksa ke ruangan interogasi, “Ijinkan aku yang melakukannya.” Pintanya pada si petugas.

“Apa masalahmu?“ Si petugas itu berucap dengan gusar.

“Aku mohon. Akan kulakukan yang terbaik untuk kasus ini.”

Kepala polisi yang tadinya membisu, berniat untuk menikmati pertunjukan hingga akhir, mulai kehilangan kesabarannya. “Cukup!” Hardiknya yang meninggalkan kesan menakutkan bagi Jungdae, petugas maupun saksi. “Inspektur Jung. Saya harap Anda tidak mengganggu jalannya penyelidikan. “ yang saat itu segera ditanggapi dengan kepatuhan paksa oleh Inspektur Jungdae.

Kemenangan menjadi milik si petugas, “Maaf, Nyonya!” ujarnya memulai interogasi, “Apa sebenarnya yang terjadi sabtu malam di rumah itu?”

“Aku tidak tahu. “ ada keraguan yang menggelayut dalam lekuk bibir keriput itu, “Aku hanya mendengar mereka bertengkar. Aku sangat takut, bahkan tubuh rentaku bergetar saat emndengar Jungkook menghardik.” Wanita lansia itu mengambil interval waktu untuk bernapas, “Jungkook sangat marah saat itu. beberapa kali, terdengar bunyi benda-benda pecah. Benturan, dan....., “ mata sayu nan keriputnya mengambil alih pandangan si petugas, “aku mendengar bunyi tembakan setelahnya.”

Sepanjang pembicaraan, polisi berseragam itu menorehkan sedikit kecil catatan dalam notenya, bahkan usai manula itu berhenti, ia belum berhenti. “Kami sudah melihatnya. “ ujarnya kemudian, berusaha memberi konklusi, “keadaannya memang parah. Hampir seluruh benda di meja berserakan. Kaca rias yang menjadi kepingan kecil, dan masih banyak lagi.” dan tangannya yang kuat, melanyakkan pangkal bolpoin sehingga menimbulkan bunyi ‘cetik!’  lantas berseru, “Terima kasih atas kerja sama Anda, Nyonya Kim!”


===bersambung===

I NEED U / KOOKV (BTS FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang