Detik jam dinding putih di suatu ruangan seluas enam kali delapan meter persegi itu terdengar cukup keras. Bukan lantaran tidak ada penghuninya, melainkan para manusia yang berada di dalamnya tengah membisu satu sama lain dengan mata pasrah, mengancam dan takut. Sudah nyaris sepuluh menit lamanya, tempat itu senyap. Empat orang yang tengah duduk menghadap meja sibuk dengan urusan masing-masing. Ini adalah sebuah rapat. Rapat kecil. Satu orang yang duduk di ujung mulai bicara, “Sekarang apa?! Kita masih harus bertahan?!”
Namun sayangnya tiga perserta rapat lainnya hanya diam. Kemudian si pemimpinnya bicara kembali, "Aku sudah lelah jika terus begini. Klub kita sekarang diambang pembubaran. Sekarang aku tanya pada kalian,” ia berdiri, "klub ini akan berhenti atau lanjut?!”
Mereka yang tadinya tertegun, mulai angkat bicara, “Aku akan mencari anggota baru.” Sembari berdiri dan berlalu menuju pintu masuk.
“Bagaimana caranya?” satu remaja berkaca mata berkata lirih saat orang itu hampir mencapai pintu.
“Apapun.”
Seolah jawaban itu adalah pukulan keras untuk tulang rusuknya, sehingga remaja berkacamata itu segera bereaksi,”Taehyung!” sembari berjalan ke arahnya,”Aku ikut denganmu.”
Siang itu, siraman sinar matahari semakin terik saat Taehyung berdiri bersama puluhan lembar selebaran di tangannya dan Hoseok yang tersenyum dengan membawa papan bertuliskan ‘klub mading nomor satu’ pada setiap siswa yang hilir mudik ke kantin, “Ayo! Ayo! Gabung ke klub mading, dijamin eksis!” ujar Taehyung berkali-kali sembari menyodorkan selebaran pada mereka. Tak sedikit diantaranya yang menghindar, bahkan menggerutu. Namun Taehyung dan Hoseok tekun melakukannya.
Dari kejauhan, mata Taehyung melihat sosok yang berjalan di lapangan basket menuju kemari. Ia bukanlah siswa tanpa nama dalam buku telephonenya. Melainkan hanya satu teman jauh yang hanya kenal sebatas nama. Sehingga Taehyung sedikit memaksa menghentikannya. “Hai! Bergabunglah di klub mading kami,” ajaknya dengan memberikan satu lembar iklan.
Siswa berambut hitam itu hanya diam dan malah sedikit mendorong Taehyung agar menyingkir. Setelah penghalangnya memberi jalan, ia berlalu begitu saja.
“Tae, kau mengenalnya?” Hoseok bertanya saat Taehyung masih menatap orang itu untuk beberapa detik.
“Aa!” sentak Taehyung, ”Tidak. Aku tidak mengenalnya.” Iapun kembali fokus pada lalu lalang para siswa di depannya. ”Klub mading! Klub mading yang terbaik!” begitulah mereka berdua terus berseru.
Taehyung kini merasa ini bukanlah gagasan yang bagus untuk menggaet seseorang tatkala kerongkongannya nyaris kering kerontang. Bahkan sekedar untuk menelan ludah sendiripun serasa menyakitkan. Kakinya juga mulai kendor. Dan iapun memilih untuk berjongkok, ”Hyung!” panggil Taehyung pada Hoseok, ”kita istirahat sebentar saja.”
Hyungnya itu menuruti permintaan Taehyung. Menyusul Taehyung yang duduk, Hoseok mengucapkan sesuatu. ”Aku tak ingin klub mading bubar.” Sembari menyipitkan matanya lantaran tak kuasa dengan pantulan sinar matahari dari lapangan semen. ”Kita sudah merintisnya sejak lama. Tidak mudah, dan....,”
“Hyung! Percayalah, kelapa sekolah hanya menggertak agar kita menjadi lebih baik. Dapat menjadi kebanggaan sekolah ini.”
“Tapi aku takut.”
“Percayalah, Hyung! Kita semua takkan menyer—“ saat Taehyung hampir menyelesaikan kalimat terbaiknya, seseorang datang dengan menaruh sebotol air mineral di sampingnya. Itu. Dia..., dia adalah,
“Aku tahu pekerja keras seperti kalian kehausan.” Ada sedikit nada insinuasi dalam ucapannya yang seketika itu pula dikuti langkah sepatunya yang berlalu menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
I NEED U / KOOKV (BTS FANFICTION)
Fiksi PenggemarI need u. The sky is blue again, the sun ia shining. love....., i need u. Make me smile when i see your face. * BTS - I NEED U - RUN *