17 - Seorang Pembunuh

296 18 0
                                    

Ini adalah kali kedua untuk seorang Kim Taehyung menghadiri misa pemakaman seseorang. Saat itu ia belum mengenal Jeon. Tapi sekarang, ia melihat Jeon Jungkook yang berdiri dengan kepala merunduk. Di sampingnya,  berdiri seorang inspektur tegap berdagu trapesium dengan garis bibir melengkung. Mereka berdiri di barisan terdepan, berseberangan dengan Taehyung.

Pastor itu berjalan menuju altar setelah jemaah menunggu untuk sepuluh menit. Misapun berlangsung.

-

Dirasa cukup para jemaah merapal dan memanjatkan doa di Gereja itu. Lebih setengah dari mereka keluar bergantian, sementara kerabat dari jenazah memilih tinggal sejenak. Jungkook berjalan perlahan menuju peti mati. Sesaat, ia memandang wajah pucat ibunya yang terbujur kaku dalam peti. Bekas merah darah segar itu sudah dibersihkan dari tangannya. Terulang lagi, kembali terjadi. Begitulah sekiranya rantai kehidupan Jungkook sekarang.

"Jungkook-ah!" Pria yang dipanggil inspektur Kim itu, menepuk lembut bahu Jungkook," sudah saatnya kita pergi."

Taehyung masih tinggal di tempatnya untuk menyaksikan kepergian Jungkook. Ia masih tidak percaya dengan tindakan temannya yang media bilang, tergolong kriminal. Pembunuhan. Dan terlebih lagi, mimik wajah sang terdakwa, mengisyaratkan tentang kekuatan tuduhan itu.

mendadak, langkah kaki Jungkook berhenti ketika hendak menyeberangi pintu gereja lantaran sosok Jimin yang menghadang jalannya. Sebenarnya, pria itu sedikit menyingkir, Jungkook-ah! mukanya menunjukkan keprihatinan dengan mata sayu. Hampri bersamaan dengan itu, matanya melirik di balik bahu Jungkook, sosok yang mematung, Taehyung! gumamnya.

Jungkook pun melaluinya dengan seruan, Maafkan aku.  untuk Jimin.

Tontonan drama di depan Taehyung masih berlangsung, dan masih Taehyung saksikan. Remaja dengan rambut coklat itu baru menghampiri Jimin setelah tak lagi melihat Jungkook. Ternyata, seperti ini yang terjadi.  ujarnya mengomentari peristiwa yang membuat Jungkook, Taehyung, juga Jimin tak mengerti akan bersikap seperti apa.

Lama tak jumpa.  ucap Jimin ringan sebagai permulaan. Kim Taehyung! tambahnya untuk memberi tekanan pada kalimatnya.

Yeah.  angguk Taehyung setuju, dan sekarang kita dipertemukan kembali pada kondisi seperti ini.Taehyung melangkah lebih dekat, Jimin. Aku tidak percaya Jungkook membunuh ibunya sendiri. Dia memang bocah liar. Tapi kelakuannya tidak seburuk pergaulannya dengan para wanita.

Kau sangat mengenalnya? sahu Jimin., itu bagus. Karena sepertinya, Jungkook adalah remaja yang baik.
-
-

Mobil kepolisian berwarna putih tersebut membawa Jungkook menuju kantor dengan bunyi sirine yang sekitar tiga hari terakhir didatanginya.  Hari ini, ia tidak disuruh untuk duduk di kursi pengunjung, melainkan menikmati suasana ruang interogasi yang pengap dengan ditemani lampu temaram. Di hadapannya sudah ada polisi perpangkat Inspektur yang siap memberondong dirinya dengan sejumlah pertanyaan. Bahkan ia terlalu awal memulainya, Saudara Jeon Jungkook.  pembukaan sang pria berseragam, Apa motif Anda melakukan pembunuhan terhadap ibu Anda.  pertanyaannya begitu kaku selaras dengan tulang pipi dan rahangnya.

Aku tidak melakukannya.  sahut jungkook datar.

Sang penginterogasi tidak puas dengan jawabannya. Saya ulangi, Apa yang membuat Anda melakukan pembunuhan itu. sungguh dalam mimik mukanya mampir sebuah kejengkelan dengan tangan mengepal. Jeon Jungkook.  bahkan ia mengendorkan kesopanannya pula.

Bukan aku yang melakukannya. Kembali dengan jawaban klise. Dan, Jungkook sedikit memberi tekanan dengan imbuhan, Aku tidak membunuhnya.

Melihat pemandangan dari balik kaca yang kurang diterima indera Inspektur Jungdae, terlebih lagi sang polisi itu, mulai tak sanggup menahan emosinya. Itu kerap terjadi, dan wajar, iapun mengambil keputusan untuk mengakhiri interogasi, Sebaiknya kita lanjutkan nanti saja penyelidikannya.  ujar Jungdae sembari mengajak Jungkook pergi.

Jungkook berada di satu tempat menyerupai taman pribadi saat sang polisi itu menyuruhnya berhenti, ia juga memilih kursi kayu tanpa polesan cat untuk diduduki. Jungkook! serunya memulai perbincangan.Aku memberimu jawaban bukan berarti kau bebas mengambil sikap. Ia mengatakannya tanpa menyembunyikan rasa kecewa. Mengapa kau membunuh ibumu?

Lagi-lagi pertanyaan serupa, Jungkook mengecap ringan lidahnya. Mengapa semua orang tidak percaya denganku.

Semua orang percaya fakta. Dan faktanya mengatakan kau melakukannya. Inspektur Jung tak mau terlihat sama dengan petugas interogasi sebelumnya, jadi ia sedikit melunak dengan remaja yang dikenalnya itu, Jungkook, aku minta kau jujur padaku.

Kejujuran seperti apa yang harus kuutarakan lagi.  sedari tadi Jungkook bersifat defensif. Aku sudah mengatakan pada kalian. kalau aku bukan pelakunya.

Mungkin otakmu masih dilanda trauma berat.  konklusi Jungdae seraya berdiri, Aku akan mengantarmu pulang. Tapi ingatlah, selama kau masih berstatus tersangka, kau ada dalam pengawasan kami. Tutup sang inspektur.

***

Jemu, penat, serasa sakit pula. Jungkook tak berhenti menelisik di atas ranjangnya, mencari posisi terbaik untuk memejamkan mata, namun hasilnya nihil sejak seperempat jam yang lalu. Bedebah memang. Rentetan tuduhan klise dan status barunya membuat ketenangan hidup tak lagi dirasakan Jungkook. Ditambah lagi, sang oma yang mendadak bermalam di rumah anak keduanya - paman dan bibi Jungkook-. Orang tua itu mungkin takut, karena ada pembunuh yang mengintai dalam malam.

Aaggrrr! Jungkook menggeram keras yang menghasilkan gema dalam kamarnya. Ia tidak peduli. Ia sendirian di istananya yang megah.

tiba-tiba, satu bunyi benturan benda keras dengan kaca jendela membuyarkan kesendirian Jungkook. Ia segera beringsur dari tempatnya, menyibak kelambu dan melihat ke pelatarannya. Tampak dua anak manusia tengah melambai sembari mengucapkan beberapa patah kata yang tak dapat diterima telinga Jungkook.  Dua bocah nekat itu adalah Jimin dan Yoongi. Lantas, jungkookpun segera menghampiri kawannya.

Jimin melangkah lebih dulu sebelum Jungkook sampai di dekatnya, Yo, man! Butuh hiburan? sembari merangkul pundak Jungkook.

Tanggapan Jungkook nampak buruk dengan ekspresinya tanpa gairah dan semangat.

Teman satu ini.  ujar Jimin kembali, sungguh harus bersenang-senang.  komennya penuh semangat,

Tidak.  Jungkook melepas lengan yang melingkari bahunya, Aku tidak bisa pergi. Mereka sedang memata-mataiku.

Siapa?! Anjing-anjing berseragam itu. Oh! Ayolah, sobat! celetuk Jimin, mana semangat pesta poramu yang dulu. Ini seperti bukan dirimu saja.

Kau bisa terancam jika bersama pembunuh.

Pembunuh! sahut Jimin, Hahahaa! beberapa saat, tawanya pecah. Aku tidak perpikir seperti otak udang mereka. Aku tidak semufakat dengan pandangan mereka. Para rajungan itu tidak mengenal siapa Jeon Jungkook. Come on, Jeon! Jimin kian memanipulasi pikiran temannya, Jangan dengarkan mereka.

Seolah serangkaian kalimat barusan adalah mantra mujarab untuk Jungkook yang seketika membelokkan ketidakmauan Jungkook menjadi kepatuhan untuk pergi bersenang senang dengan dua karibnya.

===bersambung===








I NEED U / KOOKV (BTS FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang