18 - Aku tak mengenalnya?

262 12 0
                                    

ini adalah hari kedua. Masa dimana Taehyung menyambangi kantor polisi dengan sekantong makanan dalam genggamannya. Saat itu masih pukul sembilan, dan petugas setempat baru saja membuka waktu kunjungan untuk para tahanan. Taehyung masuk dan lantas menghadap seorang inspektur muda bermata tajam. Nametag yang bertengger di atas saku seragamnya, menyebutkan satu nama, “Permisi, Tuan Kim. “ panggil Taehyung akibat tanda pengenal itu. “saya ingin bertemu dengan tahanan Jeon Jungkook. “

“Dia masih berstatus tersangka. Pihak kepolisian belum berhak menahan anak itu di sini sebelum putusan pengadilan. Sekarang ia di rumahnya. “ papar sang inspektur, “mungkin!” ujarnya kembali, berniat mengoreksi penjelasannya.

Mata taehyung yang mencelik mengisyaratkan keterkejutan, dan diikuti dengan kalimatnya, “Tadi pagi sebelum kemari, aku sudah ke rumahnya. Dia tidak menjawab panggilanku juga tidak menerima ketukanku. Oma-nya juga tak kunjung datang.”

Keduanya tampak bingung dengan fakta baru itu. “Kemarin, aku menyuruhnya tinggal di rumah. “ gumam si inspektur sebagai sahutan.

***

Seluruh anggota tubuh mereka manggut-manggut mengikuti lantunan lagu. Itu tampak dari Jimin yang tak terkendali dengan goyangannya saat menikmati musik EDM, tapi sayangnya, tubuh Yoongi terlalu kaku atau dirinya yang kurang merasuk dalam musiknya. Sementara Jungkook hanya duduk pada kuris tinggi bersama penglihatannya ke arah orang-orang di lantai dansa itu.

Dengan satu gerakan singkat, Jimin menoleh pada sahabatnya yang kesepian hanya ditemani minumannya yang masih utuh, “Hai, sobat!” ujar jimin yang sudah berada di hadapan Jungkook, tangannya yang jail mengambil alih minuman, lantas menyesapnya untuk beberapa tegukan, “Kau tak ingin berdansa?”

“Moodku sedang buruk.” Jawabannya singkat.

Yoongi yang baru menyadari kesendiriannya, menghampiri dua kawannya. Jimin kembali melanjutkan pertanyaannya, “Aku mengajakmu kemari tidak untuk diam.” Sekarang, remaja sembilan belas tahun itu membuat raut serius, “Aku berusaha membuatmu kembali, Jungkook-ah!”

“Terima kasih. “ akhirnya, jungkook bisa mengulas semyum di samping jawabannya.  Dan tak butuh detik ke sekian, muda-mudi itu kembali bersenang-senang di bawah sorotan lampu kelab.

-

Yoongi berhenti menyesap minuman menyerupai teh, namun sedikit kekuningan itu. ekspresinya sangat jelek saat ia mengernyit sembari menjulurkan ujung lidahnya, “Ini minuman apa?” wajar saja anak rumah bertanya macam itu, “Rasanya aneh.” Komentarnya mengikuti.

Sang pakar yang masih dengan santainya menikmati, yaitu Jimin, tak ambil pusing, “Kau itu terlalu banyak minum susu. Bayi besar!” celetuk Jimin. “Lihatlah para orang dewasa bersenang-senang,” tuturnya, dan, “kau akan menemukan kesenangan sejati di dalamnya.”

Jungkook menghabiskan wiski seharga puluhan dollar dalam tegukan terakhir, “Ahh!” desahnya, menikmati. “Kau semakin pandai semenjak keluar dari panti, Belajar dimana kau?”

“Yang jelas bukan dari Jeon Jungkook.”

“Oh, begitu. Baik...., aku bisa terima. Tapi awas nanti jika kau meminta ilmuku. “ ancam Jungkook setengahnya dan diikuti oleh tawa ringan. Tiga sekawan itu larut dalam cengekerama untuk beberapa saat.

***

Keempat roda berpasangan depan belakang itu berhenti tepat di depan gerbang rumah Jungkook. Penumpangnya yang hanya dua orang keluar bergantian dari sisi yang berlainan. Taehyung lebih dulu membuka pintu mobil, berdiri di depannya untuk menunggu langkah kaki Inspektur Jungdae.  Pandangan kedua manusia itu terfokus pada potret rumah mengenaskan dengan hiasan garis kuning polisi yang menjolok dari dominasi warna putih dan abu-abu.

“Sebaiknya kita tidak masuk ke sana.” Pendapat inspektur lebih dulu. “Aku tidak yakin Jungkook mendekam di sana. “ lanjutnya untuk memberi alasan. Kemudian beralih menatap Taehyung untuk mendapat pemufakatan.

“Kita tunggu saja di sini sampai ia kembali. “ itu bukan ide yang terdengar bagus, bahkan tampak enggan dilakukan. Namun Taehyung tak punya bahan pemikiran, juga stok jadwal untuk dilakukan. “Bagaimana?” lanjutnya balik meminta persetujuan.

“Yeah...., “ uap hangat keluar dari mulut sang inspektur saat ia melenguh, “Apa boleh buat. Kita akan menunggunya dalam mobil. “ meekapun beranjak dari tempatnya tanpa sepatah kata.

-

Masa penggerak waktu sudah kembali pada kepala waktunya. Ialah angka satu dan dua yang terletak paling atas saat jarum menitan sudah memutar dirinya sejauh tiga ratus senam puluh derajat. Sang inspektur mulai jemu dengan penantian limapuluh menitnya. Penjagaannya terhadap sisi jalanan untuk mencari sosok Jungkook pun mulai kendor. Sehingga lebih dari satu kali, kepalanya terjatuh dalam kemudi lantaran meruyup.

“Inspektur, Anda baik-baik saja. “ tanya Taehyung dengan sifat dasar kepeduliannya.

“Tidak, aku tidak apa-apa.” sifatnya defensif, “Sudah barang biasa untukku. Kemarin malam, banyak pekerjaan dan berkas yang harus kutangani, tak terkecuali Jeon Jungkook.” Mendadak, memori kecil di otak Jungdae, memutar wajah Jungkook dalam hitam putih, “Kau percaya ia pelakunya?”

Taehyung butuh jeda untuk mencerna dan mendapatkan jawabannya. Sesaat kedua bibir tipisnya merapat, “Entahlah....., aku menganal orang itu. “ dan itulah jawabannya, “.....,atau tidak.”

“Empat hari yang lalu, aku memberitahunya tentang pelaku dalam kecelakaan ayahnya, “ saat si polisi itu menjelaskan, jelas Taehyung terkejut. “Aku bilang dia seorang montir langganan ibunya.” Lanjutnya, “Tapi setelah itu, Jungkook yang menyelesaikan sisanya. Menuru—“ sekejab, mulutnya berhenti manakala mengikuti arah pandang Taehyung yang tak lagi padanya. Sejauh lima belas meter di depan, sosok laki-laki dengan Hoodie hitamnya, tengah terhuyung-huyung dalam langkah kemari.

Jeon Jungkook. Reaksi Taehyung lebih dulu.

Langkah kakinya cepat menghampiri orang yang lama ditunggunya, tangannya pun reflek memegang bahu Jungkook saat pria itu nampak buruk dengan wajah letih dan mata sayu, “Jungkook!” panggil Taehyung menyadarkan, “Kau tak apa?” yang sama sekali khawatir.

Orang yang bersangkutan hanya bungkam, bahkan pandangannya pun tak fokus mengarah pada lawan bicaranya. Tak sampai hitungan detik kedua, tubuh itu amberuk dalam pelukan Taehyung, “Ak-aku ti—“ rapik Jungkook sebelum akhirnya pingsan menggantikan kesadarannya.


===bersambung===

I NEED U / KOOKV (BTS FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang