02

3.3K 100 2
                                    

○○○○○

"Kenapa Muka lu murung banget fy" Tanya Nisa.

"Gapapa" jawab lifya Singkat.

"Jujur aja" ucap Eca.

"Tau jujur aja kek" ucap ana mendukung Eca.

"Nanti aja gue ceritanya. Lagi gak mood" ucap lifya.

"Yaudah nanti kalo mood lo udah enakan panggil kita aja. Kita siap dengerin kok" ucap Eca menenangkan Lifya.

"Sip" balas lifya singkat.

°°°°°
Bel pulang sekolah telah berbunyi 5 menit yang lalu. Namun, dikelas Lifya masih cukup banyak orang. Ya dengan alasan apalagi selain malas untuk berdesak-desakan.

Lifya berjalan menyusuri koridor yang cukup sepi. Lifya berjalan santai dengan menikmati suasana. Ya walaupun sepi Lifya tetap menikmatinya.

"Fya!!! " teriak seorang lelaki dari kejauhan. Lifya lantas langsung memutarkan badannya 180° ke belakang. Suara itu tak asing di telinga Lifya. Ya  siapa lagi kalau bukan fian.

"Lu di jemput ?" tanya Fian pada Lifya.

"Nggak, kenapa? " jawab Lifya.

"Mau bareng gak? Gue anter sampe rumah ko. Tenang aja" ajak Fian meyakinkan Lifya.

"Tumbenan ngajak bareng. Lagi kesambet setan apaan lo kaya gini" jawab Lifya curiga dengan muka temannya yang satu ini. Lebih tepatnya sahabat.

"Tuh gue baik salah, gue jahat salah. Yaudah kalau gak mau" ucap Fian baper ingin meninggalkan Lifya.

"Yaudah iya gue bareng lu. Tapi serius kan? Nanti suruh bayar lagi dah" ucap Lifya tak meyakinkan muka Fian yang serius.

"Bomat ah serah. Cepetan ke parkiran."ucap Fian pada Lifya.

Mereka berjalan berdua berdampingan menuju parkiran. Cukup dekat jaraknya. Ya, bahkan sangat dekat. Tangan mereka bisa bersentuhan tanpa sengaja. Akhirnya mereka sampai di parkiran.

"Pake tuh helm!" perintah Fian pada Lifya.

"Iya ah sabar apa bawel!" seloteh Lifya kepada Fian yang agak menyebalkan.

"Lama amat pake helm doang, bisa gak sih?" tanya Fian agak kesal karena Lifya cukup lama memakainya.

"Ini gimana cara nguncinya?" tanya Lifya pada Fian.

"Sini gue gituin"ucap Fian mendekati tubuhnya dan memasangkan pengunci helmnya.
"Gitu doang gak bisa" ledek fian ke lifya.

"Bomat" ucap lifya singkat sambil menjulurkan lidahnya (melet 😛)

"Naek GC neng mau gue tinggal?" ucap Fian tak sabaran.

"Sabar kali bang baru juga di nyalain tuh mesin" ucap Lifya membalas candaan Fian sambil naik ke motor Fian.

Fian mengendarai motor agak sedikit pelan karena dia tau dia sedang membawa perempuan. Lifya sangat menikmati di setiap perjalanan. Hampir tak ada percakapan. Namun akhirnya fian memulai pembicaraannya.

"Fy" panggil Fian dengan lembut.

"Hm" jawab Lifya yg sedang fokus meliat kanan kiri.

"Mau ke taman gak?" tanya Fian pada Lifya.

"Hah? Makanan? Ngomong apa sih gak denger" ucap Lifya sambil bertanya. Fian meminggirkan motornya dan berhenti.

"Mau ke taman gaaa!?! BUCONG amat sih lu" tanya fian sewot karena sedari tadi Lifya memang tak mendengarnya.

"Ooohh ke taman? Ayo aja gue mah" jawab Lifya.

"Oke" jawab fian singkat.

Fian mengendarai motornya menuju taman kota. Seusai mereka menempuh perjalanan yang tak jauh dari sekolah, akhirnya mereka sampai.

Lifya turun dari motor menunggu Fian yg sedang memarkirkan motornya.

"Weh sedeng helm gue lo pengen pake terus?" omel Fian pada Lifya yang masih memakai helm nya.

"Oh iya lupa hehe" ucap Lifya santai sambil nyengir.

"Nyengir lagi lo sini helm gue pea" celoteh Fian melebihi emak emak.

"Bacot ah. Tolong bukain dong hehe" pinta Lifya pada Fian.

"Sini mana" ucap Fian.

Setelah selesai berdebat Lifya dan Fian berjalan menuju sebuah bangku panjang. Disana mereka duduk berdua berdekatan.

"Fy"

"Yan"

Ucap mereka berdua di waktu yang bersamaan.

"Mau ngomong apa?" tanya Lifya.

"Lo dulu" ucap Fian mengalah.

"Gue suka sama yoga yan"

"Lo suka dia? Yang bener? " tanya Fian tak percaya.

"Iya bener. Tadi gue abis di labrak sama kakel yang suka juga sama Yoga. Terus kak Yoga nyelamatin gue gitu, terus dia nanya keadaan gue. So sweet banget kan? " ucap Lifya menjelaskan. Namun tak di dengar jelas oleh Fian. "Weh bocah sableng malah bengong"

"Hah?" respon Fian kaget

"Lo gak denger?" tanya lifya

"Denger ko" jawab Fian singkat

"Bagus lah jadi gue gak cape jelasin ulang"

"Tadi lo mau ngomong apa yan?" tanya Lifya sembari menaikan sebelah alisnya.

"Gak jadi gue lupa. Balik yuk" ajak Fian

"Yuk udah sore" ucap Lifya.

*Fian prov*

Baru tau gue rasanya sakit hati kaya gini.  Batin Fian.

Dari dulu gue nunggu waktu yang pas buat ngomong tapi gue gak pernah dapet. Sekalinya dapet dia malah suka sama yang lain.

Gak nyangka gue bisa secinta ini sama tuh cewe. Gue gak akan nyerah.

Gue mengendarai motor dengan tatapan kosong. Melewati jalan kota yang ramai. Gue tak membuka percakapan sama sekali sampai tujuan rumah Lifya. Gue canggung untuk mulai.

"Makasih Fian" ucap Lifya dan mengeluarkan senyuman manisnya.

"Sama-sama" balas gue singkat dengan tatapan kosong

"Hati-hati" ucap Lifya namun tak gue respon. Gue langsung pergi meninggalkan sosok wanita yang gue cintai di depan halaman rumahnya. Bahkan gue gak nunggu dia masuk terlebih dahulu.

"Argh" gue bergerak menahan sakitnya hati berpecah belah saat gue dengar kata nama Yoga dari mulut Lifya. Gue berpikir bagaimana bisa dia menyukai sosok Yoga. Pertanyaan itu selalu terbayang dalam otak gue.

Gue gak boleh kaya gini terus, gue bakal buktiin kalo gue cowok. Gue gak akan nunjukin rasa sakit gue. Batin Fian

¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥
Jangan lupa vote and komen
Sorry klo ada yg gk nyambung dan typo 😁
¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥¥

Kakak Kelas DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang