07

2.1K 65 0
                                    

(Yoga prov)

Gue bingung harus ngapain untuk sekarang ini. Pikiran gue juga ga karuan. Mau cerita tp gue ga sepenuhnya percaya sama sahabat gue. Keluarga gue kenapa begini amat si. Orang tua gue juga udah tua tapi otaknya masih kaya bocah. Hal sepele di buat besar dan akhirnya bokap gue ga pulang untuk seminggu.

(Author prov)

Yoga berjalan meninggalkan taman belakang menuju kelas. Yoga duduk di bangkunya lalu menaruh kepalanya di atas tangannya. Yoga teringat oleh sosok lifya yang kini membuat dia tersenyum sendiri jika mengingatnya. Yoga berpikir hanya lifya yang kini dapat membuatnya tersenyum. Namun yoga bimbang akan itu. Mungkin yang di rasakan yoga kini hanya kagum. Tapi setiap yoga dekat dengan lifya, yoga merasa tenang. Perasaan yang kini membuat permasalahannya menjadi rumit.

"Woi gila!! bengong sambil senyum" ucap rizal mengacaukan lamunannya.

"Ha apaan si gaje" balas yoga malu.

"Wets jangan² lo lagi jatuh Cinta ya? " tanya eza.

"Wah ni anak bisa jatuh Cinta juga toh" ledek Rizki.

"Apaan si lo pada" jawab rizal.

"Mending baca buku ego daripada ganggu orang yang lagi jatuh Cinta ea" ucap eza meledek.

"Bacot lo" ucap rizal sambil menimpuk pulpen ke arah eza.

"Selaw masnya santai aja" ucap eza.

"Shut kaya bocah" ucap rizal so dewasa.

Mereka berbincang lelucon yang membuat semuanya tertawa sangat kencang sampai² ketua kelas memarahi mereka terkecuali dengan yoga. Teman² yoga heran dengan sikapnya yang kini pendiam.

"Tadi senyum² sendiri sekarang diem heran gue sama ni anak" ucap rizki.

"Au kesambet setan iprit ego yang di pohon mangga" ucap eza.

"Lah kocak pada bacot dah ah gue cabut dulu mau bolos bubay" ucap yoga sedikit alay.

"Idih jiji gue nyet" ucap eza

"Cuih" ucap rizki.

"Tunggu yog gue ikut" ucap rizal.

Mereka berdua bolos pelajaran hingga pulang sekolah. Sementara itu yang lain di kelas tetapi bukan belajar melainkan tidur.

°°°°°°

"Fy balik? " tanya fian.

"Iya lah ya kali gue nginep" jawab lifya.

"Seh santai. Jalan yuk" ajak fian.

"Ogah lu bau" jawab lifya.

"Lah batu. Ayo nonton" ucap fian.

"Ogah lu om om nanti gue di culik" ucap lifya.

"Maoan di culik lu" ucap fian.

"Yeh lu kan psikopat" ucap lifya.

"Apa hubungannya kampay. Pokonya lu harus ikut gue" ucap fian sambil menarik tangan lifya menuju parkiran.

"Yaudh gausah narik tangan gue" ucap lifya agak kesal.

"Iya maaf" ucap fian.

"Ko tumbenan si lu ngajak gue nonton ada apa gerangan" tanya lifya heran.

"Ga ada apa apa si gue pengen nonton aja ya kali gue nonton sendiri" ucap fian ngenes.

"Dasar jones" ucap lifya sambil ngakak.

"Eh ngaca lu juga jones" ucap fian membuat lifya berhenti tertawa.

"Klo gue si jomblo happiness klo lu beda lu jomblo ngenes" ucap lifya kembali tertawa.

"Udah ah seneng banget lu temennya jomblo" ucap fian mengalah.

Mereka langsung menuju bioskop untuk menonton film. Setelah memarkirkan motornya fian menggandeng lifya.

"Ngapain pake di gandeng si" ucap lifya nge gas.

"Biar lu ga ilang anak ayam" jawab fian dengan bercandaan.

"Yaudah gausah di gandeng juga" ucap lifya kesal.

"Yaudah iya maaf" jawab fian mengalah.

Tak heran jika mereka di lihat oleh orang orang. Dari tadi mereka jalan namun tak akur. Bertengkar di sepanjang jalan. Bahkan sampai ada yang heran oleh kelakuan mereka. Sudah remaja namun kelakuan masih seperti anak kecil. Yang sukanya berantem dan saling caci maki. Namun dengan itu membuat persahabatan mereka erat. Entah apa yang akan terjadi jika fian mengatakan bahwa dia menyukai lifya.

®®®®®®®®®®®®®®®®®®®®®
Jangan lupa vote and comment

Maaf ya klo kurang:v
®®®®®®®®®®®®®®®®®®®®®

Kakak Kelas DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang