21

944 26 1
                                    

"Ayo dah siap nih" ucap lifya sambil menuruni anak tangga. Pakaian yang sederhana membuat paras lifya tambah keluar alhasil jantung fian berdegup sangat kencang.

Kayanya gue ga jadi nyatain sekarang deh biar gue tahan aja. Tapi sakit liat dia sama yoga. Gue suka sama lo fy. Batin fian.

"Lah emang mau kemana lo" tanya yoga meledeki lifya.

"Kan lu mau ngajak gue keluar kan?" tanya lifya dengan penuh kepercayaan.

"Pede banget lo orang ga jadi gue pengen maen sama bang dave" jawab yoga sambil tertawa.

"Ih nyebelin. Yaudah mau ngomong apa tadi cepetan!" ucap lifya dengan emosi.

"Ga jadi, biar lo penasaran aja hehehe" jawab yoga dan melanjutkan duelnya dengan bang dave.

"Ish nyebelin" ucap lifya yang langsung menaiki anak tangga dan kembali ke kamar dengan wajahnya yang bete. Fian lebih memilih memendamnya.

°°°°°°°
"Lo suka sama adek gue ya?" ucap bang dave tiba tiba saat bermain game.

"Ah so tau lu bang" elak fian.

"Gue kenal lu dari kecil ya kali gue ga tau" lanjut bang dave.

"Ya gitu lah biasa anak muda" jawab fian.

"Yah tapi sayang udah keduluan Yoga" ucap bang dave sambil menepuk punggung fian.

"Haha. Gapapa deh lagian itu juga pilihan fya bang" ucap fian pasrah.

"Yailah gitu doang nyerah lu" ucao bang dave.

"Bukannya gitu bang. Hati lifya bukan buat mainan. Gue cuma takut nanti gue ngecewain dia. Mending kita sebatas sahabat aja. Gue udah seneng di prioritasin fya ko walau hanya sebatas sahabat bang." curhat fian ke bang dave. Yang sebenarnya bang dave sudah mengetahui.

"Hahaha ngakak. Lo curhat bro idih mantap bener" ucap bang dave sambil tertawa.

"Jahat lu bang" balas fian dan melanjutkan duelnya bersama bang dave.

°°°°°°°°°
Lifya berbaring di atas kasur. Berusaha mengingat kejadian hari ini. Dimana lifya sangat senang karena Yoga sudah tak bersikap dingin dengannya. Tapi di satu sisi lain lifya merasa kesal denga fian. Penuh tanya di otaknya. Lifya sangat ingin tahu apa yang ingin fian katakan. Lifya berusaha melupakan namun gagal. Membuatnya gelisah.

Lifya mengambil handphone nya. Ngescroll instagram miliknya. Melihat beberapa foto tag kan milik Yoga. Lifya ngestalk akun Yoga dengan sangat teliti. Tak sadar air mata lifya jatuh ke pipi. Melihat sebuah komen dari cewe yang membuat hati lifya sakit. Bukan karena itu saja. Bahkan Yoga membalasnya dengan sebutan sayang. Dilihatnya lagi tanggal upload. Ternyata itu sudah lama. Lifya merasa lega. Namun lifya bingung kenapa dia menangis.

"Kenapa aku nangis si ga jelas banget" batin lifya.

Tak lama handphone lifya berdering. Telpon dari Yoga.

"Halo" ucap Yoga.

"Halo juga ka. Ada apa ya?"

"Gapapa"

Telponnya pun terputus. Yoga memutus hubungan telponnya. Lifya hanya heran untuk apa Yoga menelpon. Bahkan menanyakan saja tidak.

"Oh ya belom beli keperluan besok" ucap lifya berbicara sendiri.

Lifya segera mengganti bajunya dan turun kebawah.

"Yan anterin ke toko buku ya?" bujuk lifya dengan nada lemah lembutnya. Yang bisa membuat orang tidak bisa menolak.

"Pen gue culik ni bocah" batin fian

"De nitip cemilan sama es" ucap bang dave.

"Iya" balas lifya.

Fian dan lifya berboncengan menuju toko buku. Melewati taman yang biasa lifya datangin. Lifya jadi teringat kala itu. Dimana lifya dan Yoga duduk berdua bersama. Namun tak tahu kenapa kini lifya tidak ingin memikirkan Yoga. Lifya hanya terfokus pada keperluannya.

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Jangan lupa vote and comment:)

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Kakak Kelas DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang