Yurika Adelia

24 10 3
                                    

Masa SMA adalah masa – masa paling indah, begitu kata kebanyakan orang. Bermodalkan seragam putih abu – abu, sepatu hitam, dan beberapa buah buku juga alat tulis yang tidak lengkap. Sangat berbeda dengan masa SMP yang memiliki banyak aturan.

Siswa SMA adalah sekumpulan manusia yang sudah mulai mandiri, sekumpulan orang - orang berseragam putih abu- abu, yang melambangkan proses kedewasaan mereka. Dan seperti kebanyak siswa SMA pada umumnya, hari senin menjadi hari paling ditakutkan. Bukan dalam artian angker atau horror, karena dihari itu mereka akan dihadapkan pada sebuah kewajiban yang membuat mereka harus berdiri berjam – jam dibawah terik sinar matahari sambil memberi hormat kepada sang saka merah putih.

Hari itu, seorang cewek yang dikenal teman – temannya dengan sebutan Yuri, memberikan aba – aba siap-grak-istirahat-ditempat-grak kepada teman – temannya di dalam barisan kelas XI IPA 2. Aba – aba siap dari Yuri diindahkan oleh mereka. Setelah itu Yuri kembali ke barisannya. Menyamakan status dengan teman – temannya di kala upacara bendera berlangsung.

***

Yuri memasuki ruang kelas XI Ipa 2 bersama dengan dua orang sahabatnya, Mia dan Kaila. Senin pagi merupakan hal yang sangat melelahkan bagi mereka, beruntung jika amanat yang disampaikan oleh pembina upacara tidak panjang kali lebar, bahkan ada pembina upacara yang tidak lain adalah guru olahraga mereka yang jika sudah berpidato tidak tahu lagi harus berhenti dimana. Dan pagi ini mereka cukup beruntung karena yang memberikan amanat bukanlah sang guru olahraga.

Mia membuka topi dan meletakkannya dengan asal kedalam laci meja, mengambil buku PR-nya didalam tas lalu pergi mendekati meja Kaila dan Yuri.

"Lihat matem dong Yur, Kai." Kata Mia meletakkan bukunya diatas meja Yuri dan mengambil bangku terdekat lalu duduk disamping mereka. Kaila yang melihat tingkah temannya itu hanya bisa geleng – geleng kepala.

"Ini. Kebiasaan banget sih lo, Mi. makanya kalau diajak kerja kelompok, lo ikut." Ucap Yuri sambil memberikan buku PR matematikanya kepada Mia.

"Iya Yur. Kan lo tau sendiri, kemarin tu gue sibuk. Lagi ada job. Hehe"

"Lo masih nari, Mi? gak capek apa?" Kaila bertanya sambil memandang setiap angka yang ditulis oleh Mia, hasil salinan dari PR Yuri.

"Iya Kai. Kan bulan depan sekolah mau ngadain pensi. Jadi gue sama teman – teman sibuk di Sanggar. Eh, lo gak mau ikutan Yur? Udah lama lho. Gak kangen?"

Mia berhenti menulis dan melihat Yuri yang bengong di tunjuk seperti itu. Kaila juga melakukan hal yang sama dengan Mia. Kalau dipikir - pikir, Yuri memang jago menari, tapi sudah lama sekali Kaila tidak melihat Yuri menampilkan tariannya. Selama ini Kaila tidak merasa temannya itu sedang sibuk dengan hal lain. Biasanya setiap jam istirahat, Yuri akan pergi ke aula sekolah dan latihan menari bersama Mia dan teman – teman sanggarnya yang lain yang kebetulan juga satu sekolah.

Yuri tidak hanya pandai menari, ia juga pandai berakting diatas panggung. Jika ada pementasan drama perwakilan dari sekolah, Yuri pasti dipilih sebagai tokoh utamanya. Kaila masih ingat ketika ia dan Yuri dipilih sebagai pemeran antagonis dan protagonis untuk sebuah drama Cinderella. Yuri, sebagai saudara tiri Kaila saat itu, benar – benar pandai memainkan peran sebagai orang jahat. Raut wajah Yuri sangat tegas, tapi sebenarnya Yuri memiliki hati yang sangat lembut.

"Ehh. Gue? nari? kayaknya enggak dulu deh. hhehe" sanggah Yuri sambil menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal.

"Dilarang sama Obi?" Mia memberi pertanyaan yang seketika membuat Yuri membelalakkan mata dan menatap tajam kepada dirinya.

"Ya enggaklah. Obi selalu nge-support gue kok. Emang lagi ga pengen aja." Bantah Yuri, tidak terima jika Obi disalahkan.

"Gue ke toilet bentar ya." Yuri mengambil bukunya yang telah selesai disalin oleh Mia, memasukkannya kedalam tas, lalu berdiri dari tempat duduk dan melangkahkan kaki keluar kelas. Entah kenapa, mood -nya seketika berubah setelah mendengar ucapan Mia tadi.

Absolutely YouWhere stories live. Discover now