Surprise! (2)

19 9 0
                                        

Cuaca pagi itu Mostly Cloudy, Hampir sebagian langit di Kota Duri ditutupi awan. Awan – awan itu bersatu layaknya ombak yang membentang dilautan. Sekolah Yuri merupakan salah satu daerah yang langitnya tertutup awan. Bahkan matahari pun malu untuk menampakkan diri pagi itu.

Beberapa siswa berjalan gontai, seakan masih merasakan sensasi nikmatnya tidur di suasana pagi yang mendung. Yuri salah satunya. Ia melangkahkan kaki memasuki gerbang sekolah, tidak lupa menyapa security yang hendak menutup gerbang sebelum kemudian berjalan lunglai menuju ruang kelasnya.

Seperti biasa tapi tidak begitu sering, Yuri berjalan melewati lorong – lorong sekolah, di mana setiap ia melewati kelas - kelas ia mendapatkan sapaan dari orang – orang yang mengenalnya. Walaupun gontai, ia tetap tersenyum membalas sapaan itu.

Selama jam pelajaran pertama berlangsung, langit semakin gelap saja. Membuat Yuri menjadi semakin malas dan mengantuk. Tiap kali ia menguap, maka teman – teman disekitarnya juga akan melakukan hal yang sama. Guru yang mengajar tidak bisa berbuat banyak selain melanjutkan proses belajar mengajar.

Jam di dinding kelas hampir menunjukkan pukul 9, gerimis mulai berdatangan. Ketika Yuri melihat pintu, memperhatikan gerimis – gerimis yang berakumulasi menjadi hujan, ia tiba – tiba melihat seorang laki – laki melewati pintu depan kelasnya bersama dengan seorang guru.

Laki – laki itu hanya menampakkan punggungnya, karena ia berjalan membelakangi para siswa yang berada didalam kelas. Punggung itu, seperti punggung milik seorang laki – laki yang pernah dilihat Yuri, cara berjalan dan potongan rambutnya juga sama.

Konsentrasi belajar Yuri semakin buyar. Oleh mendung, oleh hujan, dan oleh sebuah punggung.

***

Bel istirahat telah berbunyi, tapi Yuri terlalu malas menginjakkan kaki diluar kelas. Baginya, menginjakkan kaki diluar ketika sedang hujan adalah kesalahan fatal, karena saat itu ia sedang tidak membawa minyak angin pun jaket tebal yang melindunginya dari dingin.

"Lo kenapa? Sakit?" Tanya Dewa, salah satu teman sekelas Yuri yang mengenakan kacamata minus, tapi tidak tebal. Jabatannya adalah wakil ketua kelas.

"Engga kok, lagi ngantuk aja." Jawab Yuri pelan.

"Kalau ada apa – apa bilang aja." Tawar Dewa, lalu pergi meninggalkan kelas setelah Yuri membalasnya dengan anggukan.

Beberapa menit setelah itu, tiga orang cewek teman sekelas Yuri datang memasuki kelas, membawa gosip tentang anak baru di kelas sebelah yang merupakan pindahan dari SMA Swasta yang cukup populer di daerah mereka. Anak baru itu menetap di ruang kelas XI tepat di sebelah kelas Yuri. Yuri langsung mengangkat badannya yang lesu sejak pagi tadi. Ia teringat akan sosok yang ia lihat melewati kelasnya ketika jam pelajaran fisika tadi. Sebuah punggung yang terlihat familiar dimatanya.

Ketika Yuri berdiri dan hendak bertanya kepada mereka, Kaila dan Mia sudah lebih dulu berlari memasuki kelas dan menarik – narik tangannya dengan histeris. Seketika para manusia yang saat itu berada di dalam kelas mengalihkan pandangan kepada mereka.

"Penting, Yur. Ini masih hangat." Teriak Mia dengan antusias dan terus menyeret Yuri berjalan keluar kelas. Kaila juga memasang ekspresi yang sama seperti Mia, tapi tidak berpikir untuk menyeret Yuri seperti yang dilakukan Mia.

"Apanya yang hangat? Jangan bilang lo ngomongin ubi madu yang dijadikan menu spesial sama ibu kantin!" Tegas Yuri hampir mengerahkan seluruh tenaga untuk menahan tarikan Mia.

"Ya enggaklah! Ini lebih penting dari sekedar ubi!" Ketus Mia tak mau kalah. Memang sih, ubi madu sedang digemari oleh siswa bahkan guru – guru, tapi tidak disituasi seperti ini.

Absolutely YouWhere stories live. Discover now