Ujian Akhir Sekolah bagi siswa kelas tiga hanya tinggal hitungan hari, setelah itu Ujian Nasional menanti mereka. Bagi anak – anak kelas X dan XI, ini adalah suatu kebahagiaan karena mereka mendapat jatah libur dari kekalutan kakak kelasnya. Tapi hal itu tidak berlaku bagi Yuri, Yuri sama kalutnya dengan Dylan yang saat ini tengah belajar dengan ekstra tanpa dapat memberi kabar setiap saat kepada Yuri.
Yuri mendengus sembari meminum es sirup di gelasnya. Lama – lama ia bosan menanti kabar dari Dylan yang tak kunjung datang. Sudah lebih dari 8 jam Dylan tidak mengaktifkan ponselnya. Yuri mendecak sebal, mulai menutup buku – buku.
Kaila melihat Yuri uring – uringan, cukup merasa ada sesuatu mengganggunya, "Lo kenapa?" Tanya Kaila begitu Yuri membereskan alat – alat tulis.
"Gak kenapa - napa."
Kaila dan Obi mengernyit. "Kenapa tutup buku?" Obi bertanya dan turut merapikan peralatannya. Sekali lagi Yuri menjawab, "Gak kenapa - napa"
Obi diam. Kaila masih membuat rangkuman. Hari ini, mereka sedang belajar bersama di rumah Kaila. Meskipun kakak kelas akan menghadapi UAS, mereka juga harus mempersiapkan diri untuk mengikuti Ujian Semester beberapa hari lagi. Dan meskipun Obi tidak berada di jurusan yang sama dengan Yuri dan Kaila, Yuri merasa bertanggung jawab menyertai Obi belajar bersamanya. Yuri tidak ingin nilai Obi turun lagi. Siapa tahu esok ia akan berada di Universitas yang sama dengan Obi, dan itu mungkin bisa tercapai jika nilai Obi meningkat.
"Buat rangkuman apa sih, Kai?" Obi bertanya hati – hati, sudah cukup lama ia tidak berbicara dengan Kaila. Kaila bergumam, "Alkana, alkena, alkuna." Jawabnya singkat.
"Hah?" sahut Obi tidak mengerti. Kaila diam saja.
Tidak lama, Mia datang membawa Dewa. Turut duduk di meja bundar ruang tengah rumah Kaila, ia menaruh tas dan mengeluarkan buku – bukunya. Dewa melakukan hal yang sama.
"Sorry telat. Tadi ada masalah dikit." Ujar Mia memerhatikan wajah temannya satu – persatu. Yuri menyipitkan mata menatap Mia lalu beralih ke Dewa yang cengar – cengir tidak jelas, "Masalah rumah tangga?" Canda Yuri sambil tertawa. "Ih. Apaan sih!" Ketus Mia galak lalu cemberut. Obi, Dewa dan Kaila ikut tertawa.
"Kok cuma si Kai yang belajar? Lo sama Yuri ngapain di sini? Numpang lesehan doang?" Dewa angkat bicara, membuka buku Kimia dengan ketebalan di atas rata – rata miliknya. Melihatnya saja Obi sudah merasa mual, apa lagi membaca dan memahami semua pembelajaran yang ada di dalamnya.
"Gue udah selesai. Obi menyelesaikan diri." Jawab Yuri, Dewa mencoba mencerna kalimatnya. Obi tidak peduli dengan ucapan Yuri, ia mengeluarkan PSP dan menekan tombol On. Selang beberapa menit mereka membuka tiap lembaran buku, mencatat sesuatu didalamnya lalu membuka lembar halaman berikutnya, kecuali Yuri dan Obi. Obi sibuk bermain. Yuri sibuk memperhatikannya.
Tiba – tiba Mia berhenti menulis dan meletakkan pena di atas meja, "Besok kita pergi yuk. Ke game centre yang di Sudirman itu." Usul Mia dengan mata berbinar dan senyum yang amat lebar. Yang lain tampak berpikir kemudian mengangguk setuju. "Boleh deh." Timpal Kaila.
Yuri terdiam sejenak, tadi pagi Bu Merry meneleponnya, memintanya untuk datang ke sekolah hari minggu, karena naskah sudah jadi dan para pemainnya sudah ditentukan. Kecuali peran untuk pangeran. Mereka masih belum menemukan orang yang tepat.
"Maaf, gue engga bisa." Tolak Yuri. Teman – temannya sedikit heran.
"Kenapa?""Gue latihan drama untuk acara perpisahan sekolah."
Kaila, Mia, Dewa ternganga sama kagetnya. Obi berdeham biasa saja sambil terus memainkan PSP-nya.
"Sejak kapan?" Mia bertanya antusias. Sudah lama ia tidak melihat Yuri memainkan peran di atas panggung. Pikirannya jadi berputar mengingat kali terakhir ia menyaksikan pertunjukan Yuri. Saat itu Yuri berperan sebagai kakak tiri dari Kaila. Yuri benar – benar menghayati perannya, sosoknya begitu tegas dan membuat banyak orang jengkel karena ucapannya yang terlalu sinis. Mia saja jadi ingin menjambak rambut Yuri saat itu juga jika ia tidak mengenal siapa Yuri ketika itu.
YOU ARE READING
Absolutely You
Teen FictionSahabat adalah orang yang selalu ada, dimanapun dan kapanpun. Sahabat adalah orang yang selalu menyisihkan waktu hanya untuk mendengar segala keluh kesahmu; tentang hidup, tentang keluarga, atau pula tentang cinta. Tapi, apa jadinya jika orang yang...