Seorang laki – laki duduk di ruangan kantor Kepala Sekolah di SMA-nya. Ia menundukkan kepala, bukan pertanda menyesal tapi dikarenakan rasa bosannya yang berjam – jam mendengar ceramah sang kepsek. Wanita disebelahnya hanya menatap lelaki itu dengan raut wajah kecewa. Ini sudah yang kesekian kali anak nya membuat masalah. Jika biasanya hanya melalui guru BK, sekarang ia malah dihadapkan oleh seorang kepala sekolah.
Kepala sekolah yang memberikan nasehat dan petuah, melantunkan setiap kata – kata bijak yang kini telah menumpuk di kepalanya. Berharap kata demi kata yang terangkai sebagai kalimat itu dapat masuk ke telinga laki – laki itu, membentuk sebuah paragraf yang padu didalam kepalanya dan menetap disana.
Tapi tampaknya kata – kata itu hanya menjadi sebuah kata – kata yang masuk melalui telinga kiri dan keluar dari telinga kanan, tanpa dicerna oleh si lelaki. Rasanya ia sudah bosan mendengar ceramah yang selalu-sama-isinya, baik itu dari wali kelasnya, guru BK, dan kini dari kepala sekolah.
"Kamu dengar, Bobi?!" begitu ketus si kepsek kepada si lelaki itu, sambil mengacungkan penanya menunjuk si laki – laki yang kini sudah berani menatap wajahnya lagi.
"Iya pak" jawabnya lalu kembali menunduk, memasang wajah iba.
"Bapak mau bicara sama mama kamu. Kamu bisa pergi sekarang." Tambah kepala sekolah.
"Baik pak." Sahutnya sambil melangkahkan kaki keluar ruangan, meninggalkan wanita yang sejak tadi bersamanya di ruangan itu. Wanita itu hanya menatap datar kepadanya.
Mampus gue, pikir Obi. Ia berjalan keluar lalu menutup pintu ruangan, berjalan kearah balkon lantai dua didepan ruangan kepsek. Memegang kepalanya yang kini mulai terasa pusing. Entah hukuman apa lagi yang akan diberikan kepadanya.
Ia tertangkap basah sedang makan di kantin saat jam pelajaran berlangsung, itu karena perutnya lapar. Bukan karena dia ingin membolos. Tapi percuma saja, guru yang mengajar sudah tidak menaruh kepercayaan padanya dikarenakan memang kebiasaan Obi dari dulu suka cabut jam pelajaran Bahasa Jerman.
Obi membayangkan ketika ibunya keluar dari ruangan itu, memasang muka lesu karna menaruh kekecewaan terhadap anak sulungnya. Ia juga tidak tahu apa yang akan dilakukan ayah kepadanya jika ibu sampai memberitahu ayah masalah ini. Mungkin komik – komiknya akan disumbangkan ke panti asuhan terdekat, atau mungkin mobilnya akan ditahan untuk beberapa bulan. Membayangkan itu saja sudah membuat Obi kalut.
15 menit kemudian, ibunya keluar dari ruangan mengerikan itu. Benar saja, ibu Obi memasang raut wajah kecewa, menahan amarah kepada anak lelakinya. Obi menelan ludah melihat ekspresi dari ibunya. Ia tahu, setelah ini ceramah panjang menantinya di rumah.
"Obi. Kita pulang!" Tegas ibunya kepada Obi yang tanpa sadar dari tadi tengah melangkah mundur, menjauhi aura hitam yang melayang – layang dikepala sang ibu.
"Haik.. haikk.." Jawab Obi terbata – bata sambil mendekati sang ibu, berjalan beriringan dibelakang sosoknya. Langkahnya cepat mengikuti langkah perempuan itu.
Selama melewati ruang kelas, semua mata tertuju pada Obi dan ibunya, mereka bukan memandang rendah Obi, mengagumi orang tua Obi yang berkebangsaan Jepang lebih tepatnya. Tapi tetap saja Obi merasa mereka sedang memandang sinis kepadanya, membayangkan itu, ia hanya bisa menunduk malu.
***
"Ibu tidak bisa memberi tahu ayah masalah ini. Bisa – bisa penyakitnya kambuh." Ujar Maria kepada anak lelakinya setelah berada didalam mobil. Obi seketika kaget mendengar pernyataan sang ibu. Ia menatap ibunya yang kini sudah tidak memasang wajah suram. Maria menyalakan mesin mobil lalu mulai menyetir.
Obi memasang safety belt,ia ingin meminta maaf, tapi ragu apakah sang ibu mau memaafkannya. Akhirnya, ia memberanikan diri untuk bicara.
"Maafin Obi, bu." Obi meminta maaf dan memasang wajah tanda bersalah. Kali ini ia benar – benar merasakan penyesalan.
YOU ARE READING
Absolutely You
Teen FictionSahabat adalah orang yang selalu ada, dimanapun dan kapanpun. Sahabat adalah orang yang selalu menyisihkan waktu hanya untuk mendengar segala keluh kesahmu; tentang hidup, tentang keluarga, atau pula tentang cinta. Tapi, apa jadinya jika orang yang...